Egoismu Membuatku Tak Betah

Kala itu kabut pagi masih menyelimuti sepanjang jalan yang kutempuh. Aku terus menerobos lalu lalang kabut pagi bersama dengan sepeda yang kuayuh dengan cepat. Memang pagi ini aku ada janji dengan seorang temanku untuk pergi ke suatu tempat untuk melepas lelah selama seminggu ini harus berkutat dengan pelajaran-pelajaran yang tiada habisnya.

Terus ku kayuh sepedaku dengan cepat karena takut temanku akan menunggu terlalu lama. Ku tarik rem sepeda untuk mengendalikan kecepatan sepeda di kala hendak berbelok menuju tikungan. Hal ini kulakukan agar sepedaku tidak meluncur cepat hingga akan mengakibatkan sepedaku terpeleset dan jatuh. Aku tak ingin hal ini terjadi, karena menurutku itu adalah suatu hal yang amat sangat memalukan.

Akhirnya sampailah aku di rumah temanku. Setiba disana, kutemui temanku sedang berasik-asikkan menonton tv. Segera ku parkirkan sepedaku di depan rumahnya. Kuketuk pintu rumahnya berkali-kali untuk memastikan temanku berada di dalam. Ketukan pertama tidak ada jawaban, ketukan kedua masih belum ada tanda-tanda orang menjawab, lalu kubulatkan tekad untuk mengetuk pintu itu untuk ketiga kalinya dengan sekuat tenaga. Aku berharap temanku segera keluar untuk menemuiku. Setelah ketukan ketiga ku lakukan, aku mendengar suara orang yang sedang berlari tergesa-gesa. Tak lama setelah aku mendengar itu datanglah sosok seorang dengan nafas yang terengah-engah. Itulah temanku.

Tanpa berbincang-bincang terlalu lama, kami akhirnya memutuskan untuk segera berangkat menuju tempat tujuan kami pagi itu.
Selama di perjalanan, kami berdua bercerita kesana kemari, menceritakan setiap suatu hal yang terngiang dalam pikiran. Tak terasa, sudah jauh jarak yang telah kami tempuh. Hingga akhirnya, sampailah kami di tempat tujuan kami. Kala itu kami pergi ke sebuah bazar buku gratis di kota kami. Begitu mendapat berita ada bazar buku “gratis” kami langsung bersemangat untuk mengunjunginya.
Untuk sampai ke tempat itu kami harus menyebrang i sebuah jalan yang cukup ramai pagi itu. Hampir-hampir kami berdua berputus asa karena selalu ada saja kendaraan yang lewat. Begitu kami melihat jalanan terlihat sedikit lenggang kami dengan cepat mengayuh sepeda, hingga akhirnya samapailah kami di tempat tujuan kami itu. Tanpa berpikir panjang, kami segera memakirkan sepeda dan berlari kencang menuju tempat itu. Kami berdua tersenyum setelah melihat ada banyak buku yang tersebar di hampir seluruh isi tempat itu. Kami berjalan lambat sambil mengamati satu persatu buku-buku yang dipajang di tempat itu. Aku begitu kagum melihat pemandangan ini, karena aku sangat suka sekali dengan banyaknya buku-buku disitu. Namun temanku tidak terlalu kagum, karena dia telah lebih dulu mengunjunginya. Aku mengamati buku-buku itu selayaknya guru yang sedang menilai hasil ulangan muridnya. Satu persatu buku kuamati, siapa tahu aku akan menemukan buku yang baik.
Aku butuh waktu lama untuk meneliti satu persatu buku itu. Lama-kalamaan temanku pun kesalmelihat kelakuanku seperti itu. Akupun memintanya untuk menungguku sebentar lagi, temanku pun menyetujuinya. Detik telah berlalu, menit telah berjalan, jam pun menunjukkan hari mulai siang, namun aku belum selesei melakukan kegiatanku tadi. Teemanku dengan setia menungguku meskipun sambil duduk dan terlihat diwajahnya yang mulai terserang serangan kantuk karena bosan. Tapi, aku tidak terlalu memedulikan hal itu, karena memang yang sedang aku cari belum ketemu. Aku akan terus mencari apa yang aku mau agar keinginanku bisa tercapai. Setelah lama menunggu temanku pun mengajakku untuk pulang saja bersamaan dengan itu aku sudah selesei menyusuri semua buku yang ada di tempat itu. Dan akhirnya kami pun pulang.
Dalam perjalanan pulang terlintas dari benak kami, sebelum pulang ke rumah kita akan menuju ke tempat yang menyediakan Wi-fi gratis. Maklumlah, anak muda selalu mencari cara agar pengeluaran hidup lebih sedikit.
Di tempat itu aku segera membuka komputer yang telah disediakan. Kubuka browser dan kutuliskan disitu “nama film terpopuler di Indonesia” lalu aku tekan tombol enter di keyboard. Secara serentak muncullah berbagai macam jenis film-film yang selama ini aku cari. Tanpa menunggu waktu lama aku segera mendownload semua judul film yang ada.
Hari mulai menjelang sore, namun belum semua film sudah di download. Temanku yang sedari tadi sudah bosan memakai jasa internet gratis ini sejak tadi sudah beranjak dari tempatnya untuk berjalan-jalan mengelilingi tempat itu. Lalu, temanku pun mengajakku untuk pulang, namun akau bersikeras supaya dia menungguku sampai semua film yang kudownload terinstal semuanya. Diapun mengiyakan walau dengan wajah yanf terlihat amat kesal. Seperti menahan amarah terhadap diriku.
Setelah semua film sudah terinstal akupun mebgajaknya pulang. Temanku menyambut ini dengan anggukan kepala dengan wajah yang terlihat amat lesu, namun aku sangat bahagia karena, aku sudah mendapatkan film-film yang aku nantikan.
Beberapa hari setelah kejadian ini, temanku mulai menunjukkan aura menjauh dariku. Berbuat yang tidak menyenangkan menurut perasaanku. Akupun bertannya-tanya dalam hati dan pikiranku, apa gerangan yang telah terjadi. Setiap akan tidur selalu kupikirkan hal ini, sampai suatu malam aku mendapat sebuah mimpi yang samgat mengejutkan sekaligus menyadarkanku. Yaitu, aku mendapat jawaban akan permasalahanku ini. Temanku mulai berbuat seperti itu karena dia sudah tidak betah akan keegoisan yang selama ini selalu ada di setiap tindakan dalam hidupku.
SELESEI
Kisah ini diambil dari seseorang yang amat sangat dekat dengan diriku.
Sumber gambar :Screenshot_20200416_153506|690x688
#LombaCeritaMini
#2.0
#dictiocomunity
#EgoismediSekitarKita
#CeritadiRumahAja
#DiRumahAja

1 Like