Egoisme Petaka Rachel

Gemercik air yang terus mengalir, suara jangkrik yang terus bersahut sahutan yang diiringi dinginnya malam itu. Duduk dengan terus menompang dagu dengan pikiran yang entah tanpa arah. Kristal bening yang seakan tidak bisa di cegah. Jam yang terus berotasi namun tidak ada tanda sedikitpun dari seorang untuk bergerak. Seorang dengan mata bulat, hidung kecil mungil, pipi merah chubby, dan rambut cokelat yang terurai menjuntai punggung. Seorang itu bernama Rachel, seorang remaja berumur 17 tahun, seorang remaja yang selalu merasakan kesendirian dan kegelapan ditengah keramaian kota.

Tok tok pintu diketuk dari luar, Rachel keluar kamu “teriak orang dari luar” , Rachel berdiri dengan sedikit menghela nafas pelan dengan sedikit menyeka kristal bening yang telah mengotori pipi chubby nya. Iyaa “jawab Rahel malas sambil membuka pintu”. Pintu itu terbuka dengan sekali tarik. Tubuh menegang seketika, melihat siapa yang berdiri dari balik pintu itu.

Apa yang anda lakukan kesini? “Tanya Rachel dengan nada dingin”, Rachel maafkan papa hel “orang itu berkata dengan suara pelan dan penuh penyesalan”. Ya yang berbicara dengan Rachel sekarang ini adalah ayah kandung Rachel. Ayah yang dengan keegoisannya meninggalkan keluarganya dengan wanita lain, ayah yang dengan egoisnya menceraikan isterinya dan meninggalkan Rachel. Setelah kepergian ayahnya Rachel hidup seorang diri tanpa ada yang menemani, bekerja banting tulang diumur yang masih remaja, menanggung beban hidup sendiri dengan bekerja sebagai pelayan di salah satu warung makan di pinggir jalan. Bahkan Rachel tidak bisa melanjutkan pendidikannya di bangku SMP. Dan sejak umur 14 tahun dia dinyatakan menderita leukimia stadium akhir.

Ayah Rachel terus meminta maaf bahkan sekarang ini air matanya sud

Add images

ah mengalir deras penuh penyesalan, namun apa guna penyesalan yang telah berujung, sekarang ini Rachel sudah menutup mata dengan badan yang sudah lungkalai di pelukan sang Ayah.

Tamat

Screenshot_2020_0413_181738