EGOISME DI SEKITAR KITA : DI DALAM PENYESALAN

Dahulu semua orang kukira memiiki hati yang baik bertindak dan berperilaku sesuai norma yang berlaku, saling tolong menolong sesama manusia. Seperti kata ibu - bapaku, kata kakekku, dan seperti cerita di film kartun yang kunikmati setiap pagi. Aku beranjak mulai tumbuh SD, SMP, SMA sampai beranjak dewasa. Sewaktu SD aku hanya melihat anak-anak polos yang baik hatinya, hanya sebagian saja yang terlihat nakal. Namun ,… saat SMP mulai kutemui banyak hal yang berbeda, kutemui mereka mulai ingin menunjukan eksistensinya. Mereka bingung akan siapa sebenarnya diri mereka. Mereka tidak seharusnya menemukan siapa diri mereka namun mereka sendirilah yang harus menentukan ingin menjadi apa diri mereka.

Lingkungan sosial adalah salah satu unsur pembentukan karakter dan kepribadian mereka, terlepas dari peran utama keluarga dan lembaga pendidikan. Terlebih saat menginjak masa putih abu-abu , di mana masa ini adalah masa di mana aku dan kawan – kawanku harus memilih mau jadi seperti apa aku, apakah aku ingin terus menjadi orang baik seperti kata ibuku? Begitu pula seperti cerita film kartun yang kunikmati setiap pagi yang selalu mengajariku untuk terus menolong orang – orang yang kesusahan, untuk terus berusaha memperjuangkan peri kemanusiaan dan keadilan?

masa ini adalah masa sulit bagiku, di sekelilingku mengatakan bahwa hidup itu cuman sekali, buat apa dibuat susah? Buat apa harus mikirin orang lain? Toh, mikirin diri sendiri aja belum tentu mampu, ngapain ngurusin orang lain?

semenjak itu aku terus memikirkan nasibku, aku terus belajar dan berusaha kelak aku bisa menggapai setiap anganku, ya saat itu masuk di universitas negeri nomor satu di negeri ini adalah harapanku. Aku terus belajar, pagi, siang berganti petang terus seperti itu. Tak kenal lelah aku terus belajar tanpa memperdulikan hal – hal yang terjadi di sekitarku. Aku tak peduli sanak saudaraku bagaimana dan sedang apa mereka. suatu saat tetanggaku telah dijemput ajalnya oleh malaikat Izrail, seraya orang – orang sekampung sibuk dengan bacaan Yasin dan tahlilnya aku-pun tetap sibuk dengan buku - bukuku tanpaku hiraukan bagaimana perasaan sanak saudara tetanggaku.

Akhirnya tiba saatnya…
Hampir copot jantungku. kutunggu hasil pengumuman seleksi ke perguruan tinggi impianku, hari demi hari, menit demi menit, detik demi detik, aku perhatikan penuh cemas dan harap untuk dapat lolos seleksi. Aku terkejut lemas tak mampu berkata. Mataku terpelolok saat aku melihat di mana namaku tertenteng pada posisi teratas dari nama- nama lainya.

Aku bersorak-sorai penuh kesombongan, HAHAHA!, tanpaku pedulikan sekelilingku banyak raut kecewa yang tenggelam dalam kegagalan.

Waktu terus berjalan, aku larut dalam ambisi di mana aku ingin menjadi yang terbaik di antara pesaing - pesaingku, aku menganggap semua orang yang ada di sekitarku adalah lawan atau bakal lawan. Di senja hari menjelang petang saat week end aku terbiasa menghabiskan waktu untuk pergi mencari kesenangan untuk menghilangkan rasa penatku, saat itu aku sedang bersama teman kencanku. Seperti biasa aku pergi mengendarai motor sport kesayanganku. Tak terasa ternyata aku hampir menyentuh angka 200km/h. teman kencanku pun matanya terpejam sambil memeluk erat tubuhku. sungguh kunikmati momen – momen seperti itu dan masih seperti biasa tak kuhiraukan orang – orang di sekelilingku.

Terus kupikirkan diriku sendiri , ego dan ambisi telah mengalahkan nurani. Kuteguk sebotol minuman. Tak kuhiraukan aku lempar botol bekas minum itu ke sampingku, kudengar ada teriakan dan cemoohan dari sebuah mobil yang terkena botol minuman yang kulempar tadi. Seperti angin berlalu aku hiraukan mobil itu dan aku melanjutkan perjalanan.

Kulihat Indomaret tidak terlalu jauh dariku, aku ingin berhenti sejenak untuk menikmati secangkir kopi, aku panik seketika! Rem blong ! aku bingung dan cemas tapi kucoba tutupi agar tak membuat teman kencanku cemas. GUBRAKKK!!!.. aku tersungkur dan kulihat pacarku sudah tidak berdaya. Aku ingin sekali menolongnya namun menolong diriku sendiri saja tak mampu. Aku bingung, heran sambil kutahan rasa sakit ini. kenapa tak satu pun orang yang mau menolongku dalam keramaian ini?. Waktu demi waktu perlahan ada orang yang menghampiriku aku sangat bersyukur ada orang yang masih mau menolongku. Namun orang ini aneh dia sangat seram sampai membuat hatiku bergetar.

Takku sangka dia adalah malaikat maut yang ditugaskan untuk mejemputku, namun aku berharap pada dia untuk memohon kepada Tuhan supaya diberikan waktu bagiku untuk menuliskan sebuah pesan.

Langsung ketulis sebuah pesan pada secercah kertas disaku, dengan kubangan air merah yang ada di sekelilingku. Pesan itu berbunyi

“AKU KECEWA AKU TIDAK PERNAH PEDULI SIAPA -SIAPA”

-TAMAT-
[#LombaCeritaMini #2.0 #dictiocommunity #EgoismediSekitarKita #CeritaDiRumahAja #DiRumahAja](http://#LombaCeritaMini #2.0 #dictiocommunity #EgoismediSekitarKita #CeritaDiRumahAja #DiRumahAja)