Efektifkah Sistem Pendidikan Daring di Indonesia?


Haloo Youdicts

Pandemi COVID-19 yang masih terjadi sampai saat ini di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia berdampak pada sistem pendidikan. Perubahan sistem pendidikan tatap muka menjadi sistem pendidikan daring merupakan langkah yang diambil pemerintah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Sistem pendidikan daring sendiri merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online dengan memanfaatkan platform pembelajaran seperti zoom, google classroom, google meet dan sebagainya.

Sistem pendidikan daring diberlakukan pada jenjang pendidikan dimulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran tatap muka di ruang-ruang kelas. Dalam praktiknya,sistem pendidikan daring ini memiliki dampak positif dan negatif.

Selama keberjalanannya sampai saat ini, menurut kalian efektifkah sistem pendidikan daring di Indonesia ?

Summary

Kompas.com

3 Likes

menurut ku sangat tidak efektif. apalagi di jenjang SD. mereka belum bisa menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. mereka lebih memilih untuk memuaskan diri mereka terlebih dahulu dibandingkan belajar. seperti bermain game online yang sangat berdampak buruk bagi mereka. bahkan ada kasus dimana anak -anak yang mengalami keterbelakangan mental karena bermain game, ataupun yang merugikan orang tua mereka secara finansial. selama belajar daring, peran orang tua sangat diperlukan dalam membantu proses belajar mengajar. bagamana dengan orang tua merka yang pergi pagi pulang sore yang tidak memiliki waktu lebih untuk anaknya? ini yang menjadi tahap awal menurunnya kualitas SDM kita.

menurut saya efektif tidaknya penerapan sistem pendidikan daring itu dilihat dari jenjang pendidikannya. Untuk jenjang SMP, SMA, bahkan kuliah masih bisa dikatakan efektif dalam penerapan daring karena di jenjang tersebut mereka sudah bisa untuk belajar mandiri (tanpa harus tatap muka dengan tenaga pendidik), sedangkan untuk jenjang SD menurut saya belum bisa dikatakan efektif dalam penerapan daring karena jenjang SD merupakan tahap dimana mereka mempelajari hal-hal dasar, khususnya di kelas 1-3 SD mereka sangat membutuhkan pendamping.

Pendidikan daring di Indonesia yang telah berjalan selama ini bisa dikatakan tidak semaksimal KBM tatap muka. Kita melihat banyak pengakuan dari para siswa yang merasa kurang nyaman dan semakin terbebani dengan sistem pendidikan daring. Dengan pendidikan daring, guru atau pengajar mempunyai keterbatasan dalam menerangkan suatu pelajaran karena tidak bisa berinteraksi secara primer (langsung). Para siswa, guru, dan bahkan orang tua yang tidak terbiasa dengan sistem ini pun juga mengalami culture lag. Apalagi bagi mereka yang terhalang akses internet dan sarana pendidikan daring, tentu ini menjadi hal yang sangat memberatkan bagi mereka. Mau tidak mau, mereka harus membiasakan diri dan beradaptasi dengan kondisi yang ada. Namun, dengan segala keterbatasan sistem daring ini, kalangan-kalangan yang terdampak haruslah bijak dalam menyikapi dan memanfaatkanya dengan baik.

Dari pengalaman saya yang pernah mengajar siswa SD melalui daring saya rasakan tidak efektif, nyatanya ketika pembelajaran daring melalui google meeting sulit sekali melatih fokus mereka terutama untuk siswa kelas rendah kadang secara offline saja mereka belom tentu paham apalagi sevara online di tambah ada beberapa orang tua yang masih gaptek. Dan pada akhirnya kembali lagi menggunakan whatsapp hanya untuk memberikan tugas tanpa adanya penyampaiam materi ke mereka. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring sistem ini hanya efektif dalam pemberian tugas saja, di masa masa seperti sekarang ini aktivitas anak lebih banyak dirumah berasama orang tua tentunya orang tua lah yg harus lebih ekstra memperhatikan kegiatan belajar anak selama dirumah

Kalau menurut saya, sebenarnya pembelajaran daring kurang efektif apalagi diterapkan pada janjang Sekolah Dasar yang mana pelajar di usia itu masih memerlukan banyak interaksi dan afeksi dari teman-teman maupun guru mereka. Tiap anak juga memiliki proses yang berbeda-beda dalam menangkap ilmu pengetahuan yang mereka dapat. Namun, tidak dapat dipungkiri, jika di masa pandemi seperti ini, pembelajaran daring menjadi solusi yang terbaik menurut saya. Sebab jika memaksakan pembelajaran luring untuk jenjang SD yang mana anak-anak di usia mereka wajib diawasi karena masih belum sepenuhnya mengerti tentang tanggung jawab pada dirinya sendiri. Akan susah seorang guru jika selain mengajar, juga harus mengawasi satu persatu siswa mereka agar mematuhi prokes.

Menurut saya, pembelajaran daring di Indonesia ini kurang efektif. Karena dari pengalaman dan apa yang saya lihat dilingkungan sekitar. Banyak anak umumnya dari tingkat SD dan SMP yang menggunakan waktu belajar mereka dengan bermain, malah media daring yang harusnya digunakan untuk belajar mereka gunakan untuk bermain game online. Pembelajaran daring ini umumnya tidak seperti pembelajaran tatap muka langsung, dimana guru atau dosen menjelaskan materi secara langsung dan diskusi langsung jadi siswa/mahasiswa dapat memahami apa yang disampaikan saat itu. Dalam pembelajaran daring ini dari pengalaman saya ada dosen atau guru yang hanya memberikan tugas tanpa menjelaskan materinya terlebih dahulu. Jika siswa/mahasiswa yang rajin pasti akan mencari materi atau belajar otodidak. Tapi jika mereka yang malas ya mereka hanya bisa bekerjasama untuk mengerjakan tugas-tugasnya itu.

Nah, tidak efektif untuk siswa SD, saya sebagai mahasiswa merasa masih efektif jika perkuliahan dilakukan secara daring, tetapi saya mempunyai adik kelas 3 SD, dan saat offline dia dan teman-temannya tidak bisa hanya diam untuk fokus pembelajaran padahal itu diajari secara langsung apalagi kalau melalui meet dan zoom. Dan setuju juga banyak orang tua yang masih kurang gaptek, karena dalam sehari hari kebanyakan hanya menggunakannya untuk medsos dan browser, jadi mungkin akan merasa agak asing dengan menggunakan aplikasi untuk pembelajaran daring.

Menurutku masih belum efektif, jika melihat adik saya sendiri yang masih smp saat pembelajaran daring mereka terkesan lebih santai. Santai disini dengan artian bahwa mereka tidak lebih semangat dibandingkan dengan sekolah tata muka pada umumnya, cenderung bangun siang, dan mungkin juga karena mereka tidak memahami apa yang diberikan guru pada saat pembelajaran melalui platform online tersebut jadi mereka menyalurkan kejenuhan dengan bermain game atau membuka media sosial. Sehingga peran orangtua yang berperan sangat penting dalam mengawasi pembelajaran daring ini. Apakah dari kalian ada yang mempunyai adik yang seperti ini juga?

Kalau untuk saya sendiri sebagai mahasiswa tahun ke 3 saat pembelajaran daring, merasa sangatlah berat karena berbagai tipe dosen yang terkadang hanya memberikan tugas tanpa menjelaskan materinya terlebih dahulu, atau pembelajaran melalui video tapi video tersebut tidak kunjung diupload sehingga menumpuk dan membuat rasa malas apalagi jika video berdurasi berjam-jam. Hal tersebut yang mendasari saya mengapa sistem pembelajaran daring ini masih belum efektif walaupun merupakan opsi paling baik untuk saat ini.

2 Likes

Menurut saya, pembelajaran daring ini tidak efektif, terutama untuk jenjang pendidikan SD dan SMP. Dimana pembelajaran diusia mereka dibutuhkan bimbingan dan arahan yang intens. Karena, mereka belum bisa memilah dengan cermat aktivitas mana yang perlu dilakukan dan aktivitas mana yang tidak diperlukan.

Terlebih lagi, diusia mereka masih belum waktunya untuk diperkenalkan dengan smartphone. Saya mengamati aktivitas daring saudara saya yang masih kelas 2 SD. Sebenarnya miris melihat sistem pembelajaran di SD mereka. Ambil contoh di perguruan tinggi, kita masih mendapat fasilitas untuk bertatap muka lewat zoom agar mendapat penjelasan lebih dari dosen, dan diberi kesempatan untuk bertanya. Mereka tidak mendapat itu. Guru hanya memberikan instruksi membaca dan memahami materi halaman sekian, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Ditambah juga, tugas tugas yang mungkin tidak sesuai dengan porsi anak-anak. Jadi mereka bukan tambah rajin, tetapi tambah malas untuk mengerjakan dan memilih untuk bermain diluar.

Disini juga faktor orang tua mempengaruhi. Orang tua harus ikut berkontribusi dalam menjelaskan materi kepada anak. Ketika orang tua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, orang tua tidak bisa memberikan perhatian intens, bahkan ada orang tua yang tidak paham dengan materi anak-anaknya. Apalagi ada orang tua yang memiliki 2-3 anak yang sama sama di jenjang SD. wah kebayang nggak tuh pusingnya bagaimana? Dan itu semua fenomena yang saya temukan selama pembelajaran daring di lingkungan sekitar saya.

Jika diamati, sistem pembelajaran daring sudah siap dan banyak juga platform untuk membantu media pembelajran, tetapi sumber daya manusia yang belum siap terhadap perubahan itu.

1 Like

Sependapat dengan teman-teman yang lain, ini kurang efektif terutama bagi siswa SD.

Sebagai mahasiswa, saya merasa sistem ini masih cukup efektif karena mahasiswa sudah mampu berinisiatif, mencari bahan sendiri dan belajar otodidak. Jadi tidak sepenuhnya “disuapi” oleh pengajar.

Namun ada sisi kurang efektif nya yaitu ketika dosen memberikan tugas. Bagaimana cara dosen mengontrol plagiarisme jika ujiannya online? Sesama mahasiswa bisa dengan mudah menyontek saat ujian (pengalaman sendiri hehe)

Pembelajaran secara daring memiliki sisi positif dan negatif yang saling berkaitan, Hal ini yang nantinya dapat dijadikan sebagai indikator seberapa efektif pembelajaran secara daring. Menurut KBBI, kata efektif berarti ada efeknya, dapat membawa hasil, berhasil guna. Oleh karena itu, efektif atau tidaknya pembelajaran secara online itu sangat relatif, tergantung dari komponen apa yang dapat mendukung atau tidaknya pada proses pembelajaran secara online. Sebagai contoh, pembelajaran daring bisa dibilang efektif karena mampu mendorong mahasiswa untuk lebih atraktif dalam proses KBM, mendorong adanya inisiatif untuk mencari bahan belajar sendiri yang tentunya lebih luas lagi sehingga dapat menambah wawasan mereka, dll. Beda cerita ketika banyak kendala yang dihadapi, sepertinya halnya ketersediaan kuota dan jaringan, gagap teknologi, teknologi yang dimiliki, kegiatan KBM yang cenderung monoton (log in, absen, tugas, log out), dll. Tentunya, apabila menemui kendala kendala seperti tersebut, pasti akan menyatakan pembelajaran daring kurang efektif.
Jadi, pembelajaran daring efektif atau tidak? relatif. Lebih banyak sisi positif atau negatif yang diterima.

1 Like

Menurut saya pembelajaran secara daring tidak efektif terutama terhadap anak SD yang dikarenakan ilmu yang disampaikan tidak efektif dan kurang kondusif daripada secara tatap muka dan ditambah tidak adanya fasilitas yang mendukung untuk saat pembelajaran terutama pada anak yang dari keluarga tidak mampu secara finansial dalam memiliki kuota dan alat daring.

Iya benar yang diutarakan menurut Sherly, seperti yang saya temui, anak-anak SD memiliki kematangan pola pikir masih belum bijak dalam menggunakan handphone untuk menunjang pendidikan. Kebanyakan masih disalahgunakan untuk mendownload aplikasi game dan semacamnya. Perlu perhatian lebih dari orang tua untuk mengontrol anaknya dalam penggunaan handphone yang optimal dalam menunjang pendidikan seperti mengontrol pemakaian handphone dalam sehari, mengajari anaknya menggunakan aplikasi pendidikan, dan sebagainya. Untuk orang tua yang bekerja pulang pagi pulang sore, menurut saya bisa minta tolong ke kerabat dan sanak keluarga untuk ikut membantu mengontrol penggunaan handphone, orang tua menjadi contoh teladan bagi anaknya dalam hal penggunaan handphone yang bijak dan memberi motivasi bagi anak dengan cara yang menyenangkan dalam memanfaatkan waktu dengan baik.

1 Like

Segala sesuatu pasti memiliki kelebihan kelemahannya masing-masing termasuk pada sistem pendidikan daring yang hari ini sedang kita rasakan di tengah pandemic seperti ini. Yap, mungkin seperti yang sudah dikatakan teman-teman di atas, hasil dari diberlakukannya sekolah online adalah tidak efektifnya proses belajar mengajar khususnya pada pendidikan SD-SMP. Bahkan bisa saya katakan SMA dan perkuliahan pun tidak efektif. Hal ini dikarenakan keterbatasan fasilitas yang tidak semua siswa memiliki fasilitas yang memadahi, atau kondisi di rumah yang tidak kondusif untuk belajar dan lain-lain. Namun semua itu adalah konsekuensi yang harus diambil kaena untuk saat ini belum terbentuk sistem pendidikan yang efektif di tengah pandemi. Maka dari itu sangat diperlukan dukungan dari pihak-pihak lain seperti pemerintah dan orang tua. Pemerintah harus memberikan fasilitas yang terbaik bagi siswa yang kurang mampu, kemudian orang tua siswa SD dan SMP sebaiknya mendampingi anaknya dalam proses belajar dan mengajar. Semoga dengan kondisi yang seperti ini tidak menghambat pendidikan di Indonesia untuk menjadikan bangsa yang cerdas.

Keefektifan pendidikan daring menurut saya sudah berkembang dibanding awal-awal dimulainya pandemi COVID-19. Sistem pembelajaran daring yang sesuai dengan jenjang pendidikan sebaiknya diterapkan dan dimaksimalkan oleh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Contohnya : Untuk mahasiswa tentunya sudah memiliki rasa tanggung jawab yang lebih daripada anak SD/SMP/SMA. Tantangan terbesar menurut saya adalah sebagai tenaga pendidikan di jenjang SD/SMP yang notabennya perlu banyak interaksi dengan murid.

Sekarang tentunya banyak dari kita yang menganggap bahwa sistem pendidikan daring di Indonesia tidak efektif. Kenapa? Karena minat belajar dan minat mengajar di Indonesia belum setara dengan negara-negara lainnya.

Disini ada beberapa tips yang saya ambil dari website Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional perihal “bagaimana caranya agar pembelajaran secara daring dapat dilakukan secara efektif?”

  1. Kelola waktu dengan baik
  2. Carilah tempat nyaman
  3. Siapkan perangkat yang dibutuhkan
  4. Komunikasi dengan pengajar dan teman belajar
  5. Jaga Kebersihan

Sekian, terima kasih

Dengan sistem pembelajaran secara daring menurut saya kegiatan belajar mengajar seharusnya dapat dilakukan lebih efektif, meskipun ada beberapa aspek yang kita tidak bisa dapatkan jika kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online. Namun menurut saya kegiatan belajar mengajar secara online di indonesia masih kurang efektif, tenaga pengajar maupun siswanya masih kurang memaksimalkan sarana yang ada. Seharusnya kegiatan belajar mengajar secara daring/online dilakukan dengan lebih interaktif sehingga siswa benar benar memperhatikan dan ilmu dapat tersampaikan dengan lebih baik, namun nyatanya tenaga pengajarnya kurang bisa melakukan hal tersebut. Siswanya sendiri juga jadi “meng-akal akali” kegiatan belajar mengajar secara online ini.