Efek Halo Seorang Peragawati pada Penilaian di Masyarakat

Efek halo adalah bias kognitif dalam melakukan penilaian menyeluruh atas seseorang/objek dan penilaian atas kriteria pertama akan menyebabkan penilaian pada kriteria yang lain cenderung disesuaikan dengan kriteria yang pertama (Thorndike, 1920). Profesi yang melibatkan penampilan seperti peragawati memiliki kerentanan pada efek halo ini. Bagaimana efek halo yang memberikan pengaruh pada masyarakat mengenai profesi peragawati?

2 Likes

Terminologi Halo Effect


Efek Halo atau halo effect pada awalnya didefinisikan oleh ahli psikologi Thorndike pada tahun 1920, efek halo merupakan suatu penilaian seseorang terhadap suatu informasi yang diterimanya sebagai penilaian secara menyeluruh sebagai sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk dan penilaian ini mendasari untuk pengambilan suatu keputusan. Kemudian pengertian efek halo diterapkan pada beberapa ilmu terapan yang memiliki kebutuhan definisi seperti akuntansi. Salah satu buktinya adalah pada penelitian O’Donnell and Schultz, Jr (2005)

Keputusan audit yang dilakukan oleh auditor dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah oleh halo effect. Halo effect dapat terjadi jika auditor sangat terkesan atas pemahaman awal mengenai bisnis klien. Keputusan yang bias ini dapat disebabkan auditor melakukan pengambilan keputusan secara holistik yang dipengaruhi oleh efek halo. O’Donnell and Schultz, Jr (2005)

Halo effect merupakan suatu bias kognitif (Jensen and Smith, 2016). Efek halo yang terdapat dalam pengambilan keputusan seseorang dapat dijelaskan melalui teori kognitif (Utami and Wijono, 2014). Teori kognitif dapat dijelaskan melalui psikologi kognitif. Psikologi kognitif mempelajari mengenai bagaimana seseorang menerima, mempelajari, mengingat, dan memikirkan mengenai suatu informasi yang diterimanya sehingga psikologi kognitif juga mempelajari bagaimana seseorang menerima berbagai macam bentuk informasi kemudian mengapa seseorang mengingat beberapa fakta namun melupakan fakta yang lainnya (Sternberg and Sternberg, 2012).

kompas id
Sumber: kompas.id

Teori kognitif kemudian menghasilkan firasat, kepercayaan, dan asumsi seseorang untuk memberikan penilaian atas seseorang atau suatu informasi yang diterimanya dan hal ini berkaitan dengan efek halo dimana seseorang akan memiliki asumsi ketika merespon apa yang dilihatnya (Octavian and Utami, 2016). Kognitif berhubungan dengan pembentukan pengalaman. Pengalaman diharapkan dapat memperkecil pengaruh halo effect dalam mempengaruhi keputusan seseorang. Tujuan penggunaan pengalaman adalah agar peneliti selanjutnya dapat memperoleh bukti yang empiris berupa faktor yang dapat memitigasi halo effect pada seseorang.

Efek Halo Profesi Peragawati


Efek halo merujuk pada fakta bahwa begitu manusia membentuk kesan menyeluruh tentang seseorang, maka cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian terhadap sifat-sifat spesifiknya. Kesan pertama menjadi kesan menyeluruh dan berefek kuat atau sulit digoyahkan, sehingga dapat menjadi hukum keprimaan (law of primacy). Kesan pertama menjadi penting untuk menimbulkan efek halo. Efek halo bisa ditimbulkan melalui ciri-ciri fisik atau perilaku. Jika kesan pertama positif, maka kecenderungan selanjutnya adalah positif demikian pula sebaliknya (Wardani, 2017).

Peragawati merupakan seseorang yang dipekerjakan untuk tujuan menampilkan dan mempromosikan pakaian mode atau produk lainnya dan untuk tujuan iklan atau promosi atau yang berpose untuk karya seni. menggunakan gerakan tubuh yang mampu melakukan Peragawati melakukan suatu kegiatan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung baik verbal maupun nonverbal serta mampu memberikan efek kepada orang lain. Menjadi peragawati profesional harus mampu memenuhi persyaratan khusus seperti; tinggi badan minimal 165 cm, berat badan yang proposional, kepribadian yang baik, kecerdasan serta fisik yang menarik.

Unggulnya seorang model maka Ia akan terlihat sempurna dalam menggunakan berbagai produk fashion dari para designer. Seorang model yang unggul selalu di idamkan oleh para fotografer, para make up artist dan tentunya para designer serta para stakeholders lainnya. Mereka mampu dimuat di media massa, sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas. Penggunaan produk fashion designer akan ikut dikenal oleh masyarakat luas apabila seorang model tersebut memiliki kemampuan yang profesional dan telah dikenal oleh publik (Nihayati, 2013)

Kriteria secara fisik pada profesi peragawati akan mempermudah seseorang untuk melakukan penilaian awal melalui penampilan. Hal ini seperti yang dijelaskan Nihayati (2013) bahwa keunggulan peragawati akan membawa kesuksesan pada desainer. Penilaian tersebut termasuk pada bagaimana seorang peragawati mendapat efek halo. Peragawati dituntut untuk memiliki penampilan prima sehingga menimbulkan kesan awal produk desain menjadi baik.

Referensi
  1. Mulyana, D. (2013). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Cetakan ke-17. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

  2. Nihayati, Laily. 2013. Karier TOP Sebagai Mode Fashion. Jakarta: PPM Management

  3. Wardani, GW Winny. 2017. Faktor Kegagalan Persepsi Pada Pembentukan Citra Partisipan Dalam Debat Politik Di Televisi. Jurnal Desain Vol. 4 No. 2 Januari 2017 http://repository.wima.ac.id/20007/1/3-Studi_eksperimental_.pdf

2 Likes