Dosa-dosa apa saja yang mengharuskan kita untuk Taubat?

taubat

Taubat adalah menyadari, menyesali dan berhenti dari berbagai perbuatan/perilaku yang menyebabkan mendapat dosa yang telah dilakukan, kemudian memohon ampun kepada Allah swt Yang Maha Pengampun, selanjutnya adalah berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.

Dosa-dosa apa saja yang mengharuskan kita untuk Taubat ?

Taubat lebih diutamakan untuk memohon ampunan apabila melakukan dosa besar, walaupun ketika melakukan dosa-dosa kecil pun sebaiknya kita juga tetap melakukan taubat. Dosa besar ialah setiap dosa yang diancam oleh Allah mendapatkan balasan siksaan neraka. Demikian dikatakan oleh seorang ulama dari kalangan golongan Ulama Salaf. Bertolak dari pengertian ini, maka yang disebut dosa kecil adalah kebalikan dari itu, yaitu dosa-dosa yang tidak membawa sangsi siksaan neraka. Para sahabat dan Tabiin berbeda-beda pendapatnya mengenai hal ini. Menurut pendapat yang dapat dijadikan pedoman ialah, bahwa dosa besar itu ada 17 macam, yang kesemuanya dapat diketahui uraiannya dari berbagai Hadis Nabi SAW.

Tujuh belas macam dosa besar itu empat macam terletak di hati, yaitu:

  1. Menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu.

  2. Berbuat maksiat yang terus menerus.

  3. Putus asa mengharapkan rahmat dari Allah.

  4. Merasa aman dari ancaman siksaan dari Allah.

  5. Penyaksian dusta dan bathil. (Menjadi saksi palsu, dengan memberikan keterangan yang dusta dan tidak benar).

  6. Menuduh berzina seseorang yang tidak berzina.

  7. Melakukan perbuatan sihir.

  8. Bersumpah palsu, yaitu bersumpah membenarkan sesuatu yang sebenarnya salah, atau menyalahkan sesuatu yang sebetulnya benar.

  9. Minum minuman yang memabukkan (minuman keras).

  10. Makan harta benda anak yatim secara dzalim

  11. Makan harta riba, sedang ia sendiri mengetahui hal itu.

  12. Persetubuhan di luar nikah (zina).

  13. Persetubuhan antara sesama jenis (Liwath).

  14. Membunuh seseorang tanpa haq.

  15. Mencuri.

  16. Melarikan diri dari medan perang, yaitu jika seorang muslim menghadapi dua orang kafir, atau 10 orang muslin menghadapi 20 orang kafir.

  17. Durhaka atau berani kepada kedua orang tua.

Di luar yang 17 macam ini, sebenarnya masih banyak lagi dosa besar lain, seperi: bunuh diri, takabbur, berjudi memutus silaturahmi, berkata atau berbuat dusta, meninggalkan shalat lima waktu, membatalkan puasa Ramadhan dengan tidak ada alasan yang dapat dibenarkan, curang dalam hal sukatan, timbangan atau ukuran, dan lain sebagainya. Menurut Adz-Dzahabi, sebagaimana yang dinukil oleh Yusuf Qardhawi bahwa, dosa besar itu ada 70 (tujuh puluh) macam banyaknya

Dosa kecil itu dapat juga berkembang dan berubah menjadi dosa besar dengan adanya berbagai sebab, yaitu:

  1. Apabila dosa kecil itu dikerjakan terus-menerus atau dikekalkan saja mengerjakannya tanpa ada hentinya. Karena itu ada yang mengatakan :

    “Bukan dosa kecil lagi jika dikekalkan mengerjakannya dan bukan dosa besar lagi jika dimohonkan ampunannya”.

  2. Adanya anggapan kecil pada dosa yang dilakukannya. Dosa itu jika oleh yang melakukannya dianggap besar, maka di sisi Allah dianggap kecil, dan jika oleh yang mengerjakannya dipandang kecil maka di sisi Allah dipandang besar. Sebabnya ialah karena anggapan besar itu timbul dari hati yang sebenarnya tidak suka melakukannya atau ingin menjauhinya.

    Kalau akhirnya dosa itu dikerjakan juga, hal ini disebabkan misalnya karena hebatnya godaan dan lain sebagainya. Ketidak sukaan malakukan inilah yang menyebabkan dosa yang dikerjakan sangat sedikit meninggalkan bekas dalam hatinya. Sebaliknya jika dosa itu dianggap kecil oleh yang melakukannya, tidak lain sebabnya ialah karena hatinya amat condong melakukannya. Kecondongan inilah yang menyebabkan dosa yang dikerjakannya sangat membekas dalam hatinya. Selain itu, sikap memandang kecil akan dosa, mempunyai efek negatif. Orang menjadi tidak takut berbuat dosa dan kurang perduli terhadap dosa.

  3. Dosa kecil itu dikerjakan dengan senang hati dan merasa nikmat. Sebabnya ialah karena dosa yang dikerjakan dengan gembira dan ni‟mat, ia akan berbekas sangat mendalam dalam batin, bahkan juga akan menimbulkan kehitaman yang sangat pada kalbu. Tidak ada rasa penyesalan dan selalu ingin mengulanginya lagi. Perasaan berbahagia di dalam dosa, satu hal yang sangat buruk.

  4. Dosa kecil itu dikerjakan dengan perasaan aman dari kontrol/balasan Tuhan. Sebetulnya perbuatan apapun besar atau kecil tidak mungkin terlepas dari kontrol atau pengawasan Tuhan. Tuhan amat sangat teliti mengawasi segala sesuatu. Hanya orang yang bodoh/sesat yang merasa dirinya aman dari kontrol Tuhan itu. Kalaupun (tampaknya) aman dari balasan Tuhan, barangkali karena Tuhan memang menangguhkan balasan itu sebagai kemurkaan-Nya, agar dengan demikian makin banyak lagi dosa yang dikerjakan. Perasaan aman dari pengawasan/balasan Tuhan, menyebabkan seseorang krasan berkecimpung dalam noda dosa dan makin berani melakukannya.

  5. Dosa kecil itu diberitahukan atau diperlihatkan kepada orang lain. Adakalanya dosa tersebut dilakukan dengan tidak diketahui orang lain, tetapi kemudian diberitahukan kepada orang lain. Dan adakalanya pula waktu melakukannya memang di hadapan orang lain. Orang yang demikian telah melakukan dua macam pelanggaran. Sebenarnya dosa yang dikerjakannya menjadi rahasia dirinya sendiri, sebab hanya dia sendiri yang mengetahui. Tetapi tutup yang diberikan oleh Allah itu justru malah dibuangnya jauh-jauh dengan perbuatannya memberitahukan dosanya itu kepada orang lain yang semula tidak tahu.

    Begitu juga dosa yang sebenarnya dapat dilakukan dengan diam-diam dengan tidak diketahui orang lain, mengapa dilakukan dimuka orang lain? Jadi pelanggarannya yang pertama, karena ia melakukan kemaksiatan itu, dan pelanggarannya yang kedua karena cara ia melakukan dosanya itu dapat menggerakkan keinginan buruk orang lain untuk menirunya. Dengan begitu, satu macam kemaksiatan tersebut mengandung dua macam pelanggaran sekaligus.

  6. Dosa kecil itu dilakukan oleh orang alim yang mempunyai banyak pengikut. Orang yang alim mempunyai pengaruh besar kepada para pengikutnya. Karena itu dosa yang dikerjakannya kemungkinan besar akan diikuti pula oleh para pengikutnya. Inilah yang menyebabkan dosa kecil tadi berubah menjadi dosa besar.

Referensi :

  • TM. Hasbi Ash-Shiddiqi, Al-Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1971.
  • Imam AI-Ghazali, Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mu’min (Bandung: CV. Diponegoro, tahun 1975).
  • Yusuf al-Qardhawy, Taubat, Pustaka Pelajar, Jakarta, 1998.
  • Humaidi Tatapangarsa, Akhlak yang Mulia, Surabaya ; PT Bina Ilmu, 1980