[Diskusi TOGA] Minuman Herbal sebagai Alternatif Pencegahan Covid-19

Selani menerapkan PHBS untuk mencegah virus Covid-19 ada kebiasan lain ditengah pandemi Covid-19 ini. Belum tersedianya vaksin Covid-19 menyebabkan masyarakat mencari berbagai alternatif untuk mencegah infeksi dari virus covid-19 .Fenoma tersebut menyebabkan minuman herbal/jamu kembali menjadi tren. Alasannya masyarakat kembali menerapkan budaya konsumsi minuman herbal/jamu ditengah pandemi Covid-19, sebagai berikut:

  1. pengaruh media massa. Salah pemberitaan mengenai Covid-19 di Indonesia adalah jamu tradisional. Menurut informasi yang dikutip dari portal berita Pemerintah Provinsi Jateng mengatakan bahwa permintaan jamu tradisional meningkat ditengah pandemi Covid-19
  2. ‎Pilihan rasional. Tentunya terdapat berbagai macam cara untuk pencegahan maupun pengobatan, dalam menerapkan perilaku mengkonsumsi jamu ditengah pandemi Covid-19, masyarakat membuat keputusan berdasarkan pilihan rasionalnya
  3. ‎Fugsional. Termasuk Indonesia Salah satu upaya mencegah penyakit Covid-19 ini adalah dengan meningkatkan imun tubuh. Guru Besar Farmasi,ITB Daryono Hadi Tjahjono menyatakan bahwa saat ini, tanaman herbal banyak dimanfaatkan masyarakat untuk pencegahan virus Covid-19 ini. Tanaman herbal Yang umum dikonsumsi adalah kunyit,temulawak, Dan Jahe. Beliau menjelaskan bahwa kunyit (Curcuma longa L) mengandung senyawa metabolit bahan alam berupa kurkumin yang dilaporkan memiliki potensi terapeutik yang beragam seperti antibiotik, antivirus, antioksidan, antikanker, dan untuk penanganan penyakit alzheimer. Kurkumin (atau turunannya, yaitu kurkuminoid) juga terdapat pada temulawak, jahe, serta tanaman sejenis. Selain senyawa kurkuminoid, terdapat puluhan senyawa kimia lain yang terkandung di dalam tanaman tersebut. Beliau menjelaskan, secara empiris, gabungan kandungan senyawa kimia dari tanaman yang bermanfaat sebagai imunomodulator untuk menjaga daya tahan tubuh. Efek farmakologi gabungan senyawa kimia (multi senyawa) dalam tanaman tersebut tentu bisa berbeda dengan efek farmakologi senyawa kurkumin secara tunggal (Permana, 2020).