Diskriminasi Kecantikan Bisa Merusak Psikologis

Hi Youdics, menurut kamu apa definisi dari ‘cantik’? Bagaimana kamu mendefinisikan ‘wajah cantik’ itu sendiri? Memang sulit rasanya, tak ada yang mampu mendefinisikan standar kecantika. Definisi ‘cantik’ tergantung pada persepsi yang kian berganti dari waktu ke waktu.

Standard kecantikan di Indonesia masih menjadi fokus dan tujuan wanita di dunia termasuk asia. Standar kecantikan semakin bertambah dengan adanya pengaruh dari perkembangan teknologi digital, terutama media sosial. Pada era ini, standar kecantikan seolah ikut ditentukan oleh perkembangan dan pendapat yang ada di media sosial atau komentar dari netizen di Twitter, Facebook, dan Instagram.

Ini adalah kondisi ketika opini publik menjadi sedemikian penting. Eksistensi menjadi tujuan utama seseorang mempercantik diri. Isu sosial ini mungkin terdengar biasa saja dan sering dibahas di platform manapun. Namun, semakin hari ternyata kecantikan yang ada di Indonesia masih mengurangi kepercayaan diri oleh wanita termasuk Indonesia. Penyebabnya itu, sebagian besar dari perempuan itu sendiri dan selebihnya oleh kaum pria. Berdasarkan sumber penelitian terdapat 4000 remaja yang sebanyak 14 persen remaja depresi mempunyai jerawat yang parah dan sangat banyakk. Hampir 25 persen dari remaja yang berjerawat banyak dan sulit disembuhkan mempunyai pikiran untuk bunuh diri.

Menurut akademisi Muzayin Nazarudin, cantik menurut media adalah kurus, langsing, putih, berambut lurus hitam panjang, modis, dan selalu menjaga penampilan, serta rutin melakukan perawatan tubuh agar awet muda. Kecantikan di social media juga bisa berujung gangguan dismorfik tubuh. Hal itu merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya merasa malu dan cemas akan kekurangan atau cacat yang ada pada tubuhnya. Dismorfik tubuh membuat seseorang akan terus menerus melakukan perubahan dan tidak pernah puas dengan kecantikan yang dimilikinya.

Selain itu beberapa penyebab lainnya adalah dapat memengaruhi kondisi psikososial seseorang. Komentar netizen yang berlebihan bisa membuat seseorang merasa tertekan dan frustasi. Seseorang menjadi gelisah saat kalimat-kalimat negatif mewarnai kolom komentar media sosialnya.

Beberapa issue dan komentar yang mengandung standard kecantikan adalah

“Coba kalau kamu putih sedikit, pasti kamu bakal cantik”

“Coba kamu diet, pasti banyak cowok yang mau sama kamu”

“Coba kulit kamu gak hitam, pasti kamu sudah punya pacar”

Seberapa sering ungkapan-ungkapan itu muncul dipikiran kamu? Mungkin sebagian orang memandangnya sebagai hal biasa, tidak perlu baper. Tetapi sebnarnya pernyataan-pernyataan tersebut sebenarnya tidak biasa, sama sekali tidak biasa. Kondisi sosial seperti ini merupakan sebuah bentuk penjajahan terhadap tubuh perempuan karena perempuan dijerumuskan dalam sebuah standar konservatif yang membuat mereka merasa tidak nyaman dengan tubuh mereka sendiri.

Selain itu terdapat juga faktor yang memandang perempuan di Indonesia terhadap skin tone putih. Buktikan saja, berapa banyak produk kecantikan di Indonesia memberikan iming-iming kulit putih, alih-alih kulit yang sehat? Perhatikan saja, karakteristik fisik seperti apa yang dimiliki oleh model iklan pada sebagian besar produk kecantikan di Indonesia?

Padahal, seperti yang kita ketahui, Indonesia sendiri adalah negara multikultural dan heterogen yang di dalamnya hidup berbagai macam suku bangsa, agama, adat istiadat, golongan, tak terkecuali etnis dan ras. Perempuan-perempuan Indonesia tidak hanya terlahir dengan kulit putih, tetapi ada juga yang terlahir dengan kulit kuning langsat, kulit hitam, kulit sawo matang, dan lain sebagainya.

Standar kecantikan selalu menjadi fokus jati diri dan menggerus rasa percaya diri perempuan. Tidak sedikit perempuan menilai dirinya tidak cantik karena berkulit gelap atau cokelat. Tidak sedikit perempuan menilai dirinya jelek karena memiliki rambut ikal dan keriting. Tidak sedikit perempuan merendahkan diri karena memiliki tubuh yang gemuk dan tidak langsing.

Sepatutnya kamu, sebagai perempuan tidak perlu merasa sedih. Kamu harus bisa berdamai dengan diri mereka sendiri, dan sepatutnya juga kamu harus tegas terhadap stigma-stigma menjatuhkan.

Untuk itulah, perlu adanya batas tegas yang menggarisbawahi bahwa cantik tidak harus putih. Cantik tidak harus kurus. Cantik tidak harus langsing. Cantik tidak harus memiliki rambut lurus. Cantik tidak harus berhidung mancung. Semua perempuan cantik selama mereka bisa nyaman dengan diri mereka sendiri.