Dimana letak perbedaan konsep Ekonomi Berbagi yang sudah dikenal sejak lama dengan konsep Ekonomi Berbagi yang dipandang sebagai sesuatu yang baru ketika menjelaskan fenomena Uber, Go-Jek, dan perusahaan sejenis?

Konsep ekonomi berbagi sejatinya sudah dikenal masyarakat sejak lama. Fenomenanya sendiri memang sedang viral di dunia bisnis saat ini.
sharing economy

Bentuk paling sederhana dari konsep ekonomi berbagi adalah meminjam atau meminjamkan uang antar tetangga. Bank juga menerapkan konsep ini dimana bank mempertemukan pemilik sumber daya (deposan) dengan pemakai sumber daya (peminjam).
Nah, di era teknologi informasi saat ini, fenomena serupa juga terjadi. Salah duanya dialami oleh perusahaan startup nasional berikut ini: Go-Jek dan Traveloka. Kita semua tahu bahwa di dalam satu aplikasi ojek online “Go-Jek” tidak hanya berisi fitur untuk memesan ojek secara online saja, tetapi juga sudah merambah ke jasa logistik (Go-Box), pengiriman makanan (Go-Food) bahkan sampai jasa pembelian tiket bioskop online (Go-Tix), dan masih banyak lagi. Padahal mereka juga tidak memiliki aset berupa kendaraan. Kemudian, ada Traveloka, yaitu perusahaan penyedia layanan tiket pesawat dan hotel online terbesar di Indonesia. Perubahannya ini tentu menggoyang kemapanan para pemain tradisional di industrinya masing-masing. Gebrakan para perusahaan startup yang menggerogoti para petahana (incumbents) seolah tidak memberi ruang gerak bagi petahana.
Tidak ada satupun yang tahu pasti apakah fenomena ini akan terus berlanjut dan menjadi sebuah model bisnis masa depan yang menjanjikan. Tetapi yang jelas, para pelaku bisnis tidak boleh ketinggalan kereta. Mereka harus jeli melihat peluang bisnis dengan konsep ekonomi berbagi yang layak untuk dipertimbangkan. Pemerintah pun harus mendukung perkembangan perusahaan ekonomi berbagi domestik untuk mampu bersaing, di ranah nasional maupun global.