ABSTRAK
DILENTAS: INOVASI PEMANFAATAN DAUN BELUNTAS UNTUK
PEREDA DISMENORRHOE SEBAGAI PENINGKAT PRODUKTIVITAS
GENERASI PENERUS BANGSA DI ERA MILENIAL
(INSPIRASI Q.S. AL-AN’AM: 99)
Nurul Faizah Widayani, Choirul Inayah
MA DARUSSALAM
Fayfaizah484@gmail.com
Kemajuan suatu bangsa hanya bisa terjadi apabila semua elemen bangsa
diberi akses yang adil untuk berkembang dan berkontribusi tanpa terkecuali.
Kehidupan di era digital berjalan serba instan dan serba cepat. Tujuan nya adalah
untuk dapat bekerja dengan praktis, efektif dan efisien guna meningkatkan
produktivitas diri. Tingkat produktivitas seseorang sangat penting, terutama pelajar
sebagai generasi penerus bangsa. Gangguan kesehatan menjadi salah satu faktor
penghambat produktivitas seseorang. Dismenorrhoe atau nyeri haid adalah salah
satu gangguan kesehatan yang di alami sekitar 50% wanita didunia sehingga
menyebabkan turunnya produktivitas diri. Perkembangan didunia kesehatan
memunculkan banyak jenis obat dan pengobatan sebagai alternatif pilihan dalam
mengatasi gangguan kesehatan. Pada dasarnya setiap penyakit pasti ada obatnya
seperti yang telah diungkapkan pada hadits riwayat muslim “Setiap penyakit ada
obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah
Azzawa Jalla” (H.R Muslim). Pengobatan tradisional menjadi alternatif terbesar
hingga angka 65,01% di Indonesia. Pemanfaatan tanaman disekitar lingkungan
menjadi ciri khas obat tradisional. Dalam Al-Qur’an surah Al-An’am (99)
diterangkan Allah SWT telah menciptakan berbagai macam tumbuh – tumbuhan di
muka bumi ini agar umat manusia dapat mengambil manfaatnya. Oleh karena itu,
untuk mengatasi permasalahan dismenorrhoe di kalangan perempuan terutama
pelajar putri dibuatlah alternatif obat herbal yang terbuat ekstrak daun beluntas
(Pluchea Indicha L.). Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian dimulai dengan pembuatan ekstrak daun beluntas yang
diberi nama DilenTas. Pengujian dilakukan kepada 25 responden dengan rentang
usia 13-20 tahun, kemudian hasil pengujian diambil dari data anilisis secara
kualitatif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa eksrak daun beluntas (Pluchea
Indicha L.) dapat mengatasi dismenorrhoe dalam waktu ±10 menit. DilenTas dibuat
dengan praktis dalam bentuk kapsul dan ekstak kering (teh) sehingga mudah di
konsumsi. 100% responden menyatakan bahwa dengan mengonsumsi DilenTas
dismenorrhoe yang dirasakan dapat teratasi sehingga kegiatan dapat dilakukan
dengan lancar dan produktivitas diri semakin naik.
Keyword: Al-An’am (99), Dismenorrhoe, Pluchea Indhica, Produktiv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan di era digital berjalan serba instan dan serba cepat. Tujuan nya
adalah untuk dapat bekerja dengan praktis, efektif dan efisien guna meningkatkan
produktivitas diri (Muslimah, 2017). Tingkat produktivitas seseorang sangat
penting, terutama pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Namun, banyak faktor
yang dapat mempengaruhi turunnya produktivitas diri salah satu nya adalah
gangguan kesehatan. Dismenorrhoe merupakan salah satu gangguan kesehatan
yaitu rasa sakit atau nyeri sewaktu haid (Fi’ismatillah, 2019). Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian dismenore didunia cukup tinggi, diperikrakan
sekitar 50 dari seluruh wanita yang mengalami dismenorrhoe dalam siklus
menstruasi. Hal ini menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan sehari
– hari. Keadaan tersebut mengakibatkan turunnya kualitas hidup perempuan dan
produktivitas diri (Pratiwi, Wilda Rezki, Nurul Hesti, Ayuni Wulandari, 2020).
Maraknya perkembangan didunia kesehatan memunculkan banyak jenis
obat dan pengobatan. Namun, menurut data Susenas 2007 menunjukkan bahwa dari
penduduk yang mengeluh sakit 65,01 memilih pengobatan sendiri menggunakan
obat dan atau obat tradisional. Pengertian obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian,
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman(Supardi and Susyanty, 2010).
Beluntas (Pluchea indica L) merupakan tumbuhan semak yang bercabang
banyak, berusuk halus, dan berbulu lembut. Umumnya tumbuhan ini ditanam
sebagai tanaman pagar atau bahkan tumbuh liar. Tetapi dibalik itu, tanaman tersebut
memiliki banyak manfaat terutama pada bidang kesehatan. Manfaat dan khasiat
daun beluntas untuk kesehatan dapat digunakan sebagai antibacterial extract,
mengatasi bau badan,bau mulut yang tidak sedap, serta penghilang rasa nyeri.
(Aulia Debby Pelu, 2017).
Al-Qur’an diturunkan dengan keindahan serta kesempurnaan-Nya dan
Allah tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Semua yang ada didunia
2
diciptakan dengan tujuan beserta manfaatnya. Seperti yang dijelaskan dalam AlQur’an surah Ali Imron (3) ayat 191
َو ” يَتَفَ َّكُر
ِ ِهْم
َو َعلَى ُجنُوب
َوقُعُودًا
ِذي َن يَذْ ُكُرو َن ََّّللاَ قِيَا ًما
َّ
ال
َما َخلَقْ
ْر ِض َرَّبنَا
ْْلَ
َوا ِت َوا
ِق ال َّس َما
ْ
و َن فِي َخل َت َهذَا
ِقنَ
بَا ِط ا َعذَا َب النَّار“ ًًل ُسْب َحاَن َك فَ
Artinya: “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah swt ketika berdiri, duduk dan
berbaring. Mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi, “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka lindungilah
kami dari azab neraka.”(Fatimah, 2019). Begitu juga dengan tanaman yang ada
disekitar lingkungan pasti memiliki manfaat dalam penciptaannya. Salah satu nya
yaitu tanaman beluntas atau Pluchea indica L. Dan Allah tidak menciptakan suatu
penyakit, melainkan juga menciptakan obat sebagai penyembuh dari penyakit
tersebut. Jabir radhiallahu‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah
Shallallahu‘alaihiwasalla
َو ِل دَا ء دَ ا ٌء، ُك ِل
ِذَا
فَإ
ِص ُء أ ْي َب ُ
َوا
دَ الدَّا ِء بَ
َ
َر ِن أ
ِذْ
ب للاِ ِإ
Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan
sembuh dengan izin Allah AzzawaJalla.” (HR. Muslim)(Eklamsia et al., 2017)
Oleh karena itu, untuk mengatasi dismenorrhoe dibuatlah obat herbal dengan
memanfaatkan extrak daun beluntas untuk meningkatkan produktivitas diri dan
kualitas hidup wanita yang diberi nama DilenTas. DilenTas adalah obat herbal
dengan memanfaat sumber daya alam yang ada yaitu tanaman beluntas sebagai
alternatif penghilang rasa nyeri pada saat haid atau menstruasi. Dengan mengikuti
era digital yang serba instan dan cepat, DilenTas dikemas dengan praktis dan instan
sehingga dapat dibawa secara praktis dan dapat dikonsumsi sewaktu-waktu.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dikerjakan peneliti
dengan orientasi pada upaya penggalian, penelitian, dan pengembangan obat
tradisional, agar lebih luas dan tuntas dikerjakan, sehingga dapat digunakan secara
aman dan efektif oleh masyarakat. Studi fitokimia pernah dilakukan penulis pada
profil fitokimia dan aktivitas farmakologi beluntas (Pluchea indica L) yang
berdasar studi empirik dan ilmiah berpotensi sebagai bahan obat dan analgesik
(Fitriansyah and Indradi, 2018)
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah yaitu:
- Bagaimana cara memanfaatkan tanaman beluntas sebagai obat untuk
mengatasi dismenorrhoe? - Bagaimana membuat inovasi ekstrak tanaman beluntas yang mudah
dikonsumsi? - Bagaimana meningkatkan produktivitas perempuan dengan mengurangi
penderita dismenorrhoe?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan karya tulis
ilmiah sebagai berikut: - Membuktikan bahwa ekstrak daun beluntas dapat mengatasi
dismenorrhoe. - Membuat inovasi ekstrak beluntas yang mudah di konsumsi.
- Meningkatkan produktivitas wanita dengan mengurangi penderita
dismenorrhoe.
1.4 Manfaat
Setelah tercapai tujuan pembuatan karya tulis ilmiah ini, maka manfaat yang
didapat adalah sebagai berikut: - Menemukan alternatif lain dalam mengatasi dismenorrhoe dengan
menggunakan tanaman beluntas. - Mengurangi penderita dismenorrhoe dikalangan perempuan terutama
pelajar. - Meningkatkan produktivitas perempuan dan pelajar putri.
- Memberikan pengetahuan terhadap masyarakat bahwa tanaman
beluntas dapat menjadi obat herbal mengatasi dismenorrhoe - Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan pengembangan
penelitian selanjutnya.
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Ayat
Islam adalah agama mulia yang diturunkan oleh Allah SWT, untuk
menuntun mausia dalam mengamalkan dan mengembangkan akal pikirnya guna
kebaikan manusia dan sekitarnya. Allah SWT telah menciptakan berbagai macam
tumbuh – tumbuhan di muka bumi ini agar umat manusia dapat mengambil
manfaatnya sebagaimana firman Allah dalam Al – Qur’an surat Al An’am ayat 99
ْن َز َل ِم َن ال َّس َما ِء َما ًء
َ
ِذي أ
َّ
َش ْي ء َو ُهَو ال
َبا َت ُك لِ
ِ ِه نَ
ْخ َر ْجنَا ب
َ
أ
َر َ
ََحب ا ُمتَ
ُُج ِمْنُهُ
ْخ َر ْجنَا ِمْنُهُ َخ ِِض ًرا نُ ْْخِر ف فَ
َو َأ ِم َن َ
ا ِكبًا
ْعنَا ب َوال َّزْيتُو َن
َ
َو َجنَّا ت ِم ْن أ
َوا ٌن دَانِيَةٌ
ْن
ِعَها قِ
ْ
َو النَّ ْْخ ِل ِم ْن َطل
ال ُّر َّما َن ُهۗ
ِ
َر ُمتَ َشاب
َو َغْي
ِ ًها
ْشتَب
ِ
ا ا ْن ُظ ُم ُروا إ
ِذَ
َمِر ِه إ
ٰى ثَ
لَ
ْنِع ِه
َم َر َويَ
ثْ
ْو أ ۚ م يُ ْؤ ِمنُو َن َ
ِل ُكْم ََليَا ت ِلقَ
َٰ
َّن فِي ذَ
ِ
إ
Artinya:” Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan
dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma
mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
Pada Ayat di atas Allah SWT menjelaskan bahwa penciptaan tumbuhtumbuhan merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, sebagaiman pada lafal
ِ ُِه نَبَا َت ُك لِ َش ْي ء
ْخ َر ْجنَا ب
َ
أََف yaitu Allah SWT menciptakan berbagai macam-macam
tumbuhan, salah satunya yaitu tumbuhan sebagai obat dan juga pada lafadz
َٰى ثَ
لَ
ِ
ْن ِعُه ُظ ُروا إ
َمَر َو اْن يَ
ْ
ث
َ
ِذَا أ
َمِرِه إ
Allah SWT menjelaskan bagaiman fungsi tumbuhan dan kegunaannya, satu
diantaranya yaitu tumbuhan sebagai bahan baku pengobatan tradisional.
Dari tafsir Quraish Shihab, kemajuan ilmu pengetahuan telah dapat
membuktikan kemahaesaan Allah. Di bagian akhir ayat ini disebutkan “Unzhurû ilâ
tsamarihi idzâ atsmara wa yan’ih” (amatilah buah- buahan yang dihasilkannya).
5
Perintah ini mendorong perkembangan Ilmu Tumbuh-tumbuhan (Botanik) yang
sampai saat ini mengandalkan metode pengamatan bentuk luar seluruh organnya
dalam semua fase perkembangannya (Shihab, 2001).
Menurut Syaikh Muhamad Ash-Shaym (2006), tumbuhan menjadi obat
yang sangat populer disamping bahan alam lainya seperti madu dan telur dalam
kehidupan Rasulullah SAW, beliau sering menggunakan untuk mempertahankan
kesehatan tubuh. Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dijadikan oleh AllahSWT
sebagai makan pelindung (protector food) dan obat penyembuh yang sering
dicontohkan dalam pengobatan Rasullah Muhamad SAW diantaranya adalah:
minyak zaitun, bawang putih, bawang merah, buah delima, buah labu dan gandum.
Rasullah Muhamad SAW menyuruh pada umatnya agar mau berusaha mencari obat
ketika tubuh sedang dalam keadaan sakit, karena itu merupakan bentuk dari rasa
sabar yang dicontohkan beliau. Sebagaimana disebutkan dalam sabdanya:
َم ْن َعِل
َمُهُ
ْن َز َل لَُهُ ِشفَا ًء، َعِل
َ
أ
ِالَّ
ًء إ
ِز ْل دَا
ْن
ْم يَ
َّن للاَ لَ
ِ
إ ُهُ
َم ْن َج ِهلَ
َو َج ِهلَُهُ
َمُهُ
“Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan
menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya
dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu
Majah, dan Al-Hakim)(Utomo, 2017)
Daun, bunga, buah, biji, batang, kayu, kulit kayu, akar, rimpang atau bagian
tanaman lainnya, yang mungkin seluruhnya dapat terfragmentasi. Sedangkan
definisi dari pengobatan herbal adalah penggunaan obat untuk mengurangi,
menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit dengan
menggunakan bagian-bagian dari tanaman seperti biji, bunga, daun, batang dan akar
yang kemudian diolah menjadi tanaman obat herbal. Pengobatan herbal merupakan
bagian dari Complementary and Alternative Medicine. National Center for
Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) mendefinisikan CAM
sebagai beragam kelompok sistem perawatan medis dan kesehatan, praktek, dan
produk yang tidak umumnya dianggap sebagai bagian dari pengobatan
konvensional (Oktora et al., 2006)
2.2 Menstruasi/Haid
6
Menurut bahasa, kata haid merupakan mashdar dari fi’il: khaadayahidukhaidon. Dalam kamus Maqoyisul Lughoh disebutkan bahwa khaada artinya
adalah mengeluarkan air yang berwarna merah Dan menurut arti syara‘ ialah darah
yang terjadi pada wanita secara alami, bukan karena suatu sebab, dan pada waktu
tertentu. Adapun haid (menstruasi) dalam perspektif medis yaitu suatu proses
pelepasan lapisan dalam dinding rahim akibat pengaruh hormon yang terjadi secara
berkala pada wanita yang sudah mencapai usia subur.(Fi’ismatillah, 2019).
2.3 Dismenorrhoe
Dismenorrhoe merupakan istilah untuk rasa sakit sewaktu haid.
Dismenorrhoe dikaitkan dengan produksi hormone progesterone yang meningkat.
Hormone ini dihasilkan oleh jaringan ikat (corpus luteum) yang berfungsi sebagai
pengganti jaringan indung telur setelah melepaskan sel telur yang matang setiap
bulan. Berdasarkan nyerinya, dismenorrohe dibagi menjadi beberapa. Salah
satunya adalah dismenorrohe primer. Dismenorrhoe primer adalah rasa nyeri yang
timbul sejak pertama kali mengalami haid. Dan akan berkurang keluhan sakitnya
seiring berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormone tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.(Fi’ismatillah, 2019)
Nyeri haid (dismenorrhoe) merupakan gangguan fisik yang sangat
menonjol pada wanita yang sedang mengalami menstruasi berupa gangguan
nyeri/kram pada perut. Nyeri haid (dismenorrhoe) memiliki dampak yang cukup
besar karena menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Perempuan yang
mengalami nyeri haid (dismenorrhoe) pada saat menstruasi akan merasa terbatas
dalam melakukan aktivitas. Karena terganggunya aktivitas, maka terganggu pula
produktivias seorang perempuan.(Putri, Yunus and Fanani, 2017)
2.4 Beluntas (Pluchea Indica L.)
Salah satu tanaman asli Indonesia yang tersebar dengan luas dibeberapa
daerah di Indonesia serta berpotensi untuk dikembangkan yaitu tanaman beluntas
(Pluchea Indica L.) yang merupakan salah satu tanaman dari suku Asteraceae yang
mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, minyak atsiri, asam klorogenik, natrium,
kalium, magnesium, dan fosfor sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan
tanin . Beluntas (P. Indica) merupakan tanaman yang termasuk dalam herba famili
7
Asteraceae yang tumbuh secara liar di daerah kering di tanah yang keras dan
berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar. Beluntas sering dimanfaatkan sebagai
obat tradisional yaitu untuk menghilangkan bau badan dan mulut, mengatasi kurang
nafsu makan, mengatasi gangguan pencernaan pada anak, menghilangkan nyeri
pada rematik, nyeri tulang dan sakit pinggang, menurunkan demam, mengatasi
keputihan dan haid yang tidak teratur, hal ini disebabkan adanya kandungan
senyawa fitokimia dalam daun beluntas. Disebutkan bahwa dalam daun beluntas
terdapat berbagai senyawa antara lain lignan, terpena, fenilpropanoid, bensoid,
alkana, sterol, katekin, fenol hidrokuinon, saponin, tanin, dan alkaloid. Kandungan
senyawa dalam daun beluntas memiliki beberapa aktivitas biologis yaitu sebagai
antiinflamasi, antipiretik, hipoglikemik, diuretik dan berbagai aktivitas
farmakologi.(Fitriansyah and Indradi, 2018)
2.5 Perhitungan Dosis Obat
Tepat dalam pemberian dosis berarti jumlah obat harus sesuai dengan
standar agar dosis yang diberikan tidak berlebihan atau kurang. Dosis adalah
takaran obat yang diberikan kepada pasien yang dapat memberikan efek
farmakologis (khasiat) yang diinginkan(Nazara, 2019). Perhitungan dosis yang
akan diberikan berlandaskan table konversi dari D.R. Laurence and A.L.
Bacharach.
Table 1: Tabel Konversi Dosis
Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg
Mencit 20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Tikus 200 g 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Marmot 400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing 2 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera 4 kg 0,16 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
8
2.6 Produktivitas di Era Digital
Kemajuan suatu bangsa hanya bisa terjadi apabila semua elemen bangsa
diberi akses yang adil untuk berkembang dan berkontribusi tanpa terkecuali.
Akses yang adil bagi perempuan terhadap pendidikan, pekerjaan, dan ranah-ranah
publik lainnya akan membuka kesempatan bagi perempuan untuk lebih berdaya
dan berkontribusi pada kemajuan sebuah bangsa.(Zuhriyah, 2018)
Perempuan dituntut untuk meningkatkan kompetensinya untukmemasuki
pasar industri kerja ataupun dunia usaha masa depan. Perempuan memiliki
peluangyang lebih terbuka lebar, lapangan pekerjaan yang serba otomatis dan
digital semakin banyak.Di era kerja yang baru, pekerjaan yang membutuhkan fisik
perlahan berkurang dan lebihmembutuhkan kecerdasan, kejelian, dan kemampuan
menguasai teknologi Untuk sukses di era Revolusi Industri 4.0 atau era Digital,
perempuan perlu meningkatkan keteramilan di bidang teknologi, yang didukung
oleh kemampuan komunikasi dan leadership,terutama dalam menjalankan
pekerjaan atau bisnis yang dikelola secara mandiri. Menurut data yang dirilis
McKinsey Global Institute, pada 2030 Indonesia berpotensi menjadi negara
dengantingkat ekonomi terbesar ke-7. Salah satunya dengan meningkatkan
pemberdayaan perempuandi sektor ekonomi.(Utami, 2019).
9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah-langkah sistematis yang dilakukan untuk
mencapai target penelitian yang ada. Alur penelitian pada karya tulis ilmiah ini
dijelaskan pada bagan sebagai berikut:
Pengumpulan Fakta dan
Informasi
Studi Literatur
Identifikasi dan
Perumusan Masalah
Eksperimen
Pengujian
Evaluasi
Rancangan Program Kerja
START
STOP
10
3.1 Studi Literatur
Mengumpulkan berbagai informasi tentang masalah di kalangan
perempuan yang dapat menghambat produktivitas perempuan, salah satunya
adalah dismenorrhoe. Mencari sumber alternative tanaman herbal yang dapat
dijadikan obat dismenorrhoe. Dalam hal ini, informasi yang didapat bersumber
kepada internet, artikel artikel, dan jurnal.
3.2 Pengumpulan Fakta dan Informasi
Untuk memperkuat informasi yang didapat serta meninjau kebenarannya,
di lakukan pengumpulan fakta dan informasi dengan menyebarkan angket tertutup
kepada kalangan perempuan dalam rentang usia 13 sampai 20 tahun. Yang mana
rentang usia tersebut termasuk pada masa produktif seorang perempuan.
3.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Identifikasi dilakukan dengan menelaah hasil informasi yang didapat dari
lapangan dan merumuskan masalah yang ada sehingga dapat menentukan solusi
yang tepat untuk menjawab permasalahan yang ada.
3.4 Eksperimen
Meakukan eksperimen untuk membuat obat herbal pereda nyeri haid dari
daun beluntas yang dikemas dengan praktis dan mudah dikonsumsi, serta diminati
oleh kaum digital yang serba cepat. Dilakukan beberapa macam eksperimen
dalam pembuatan obat ini, dengan cara menjadikan dalam bentuk kapsul dan
dalam bentuk minuman herbal(teh).
3.4.1 Waktu dan Tempat
Nama Kegiatan : Eksperimen pembuatan obat Pereda nyeri haid dari
daun beluntas (dalam bentuk kapsul dan ekstrak
kering)
Hari dan tanggal :Senin, 1 September 2020 sampai Jum’at, 5
September 2020
Tempat : Laboratrium MA Darussalam
3.4.2 Alat dan Bahan
Alat:
11
− Pisau
− Nampan
− Blender
− Kapsul kosong
− Kantung teh celup
− Sendok
− Wadah
Bahan:
− Daun beluntas (Bahan utama)
− Pandan (Sebagai tambahan aroma pada teh)
3.4.3 Perhitungan Dosis
Dosis ekstrak daun beluntas sebagai agen analgesik ketika diuji pada
berbagai model hewan uji pada dosis 200 mg/kg bb, kemudian dikonversikan ke
mencit. Konversi dosis dilakukan dengan melihat tabel konversi, yaitu ditentukan
pada berat badan manusia 70.Kg dan tikus 200.g (Laurence and Bacharach, 1964).
Berdasarkan perhitungan konversi dosis diperoleh konversi dosis untuk manusia70 Kg ke mencit-20 gr adalah 387,9.
Dosis untuk mencit= 200mg/KgBB
Dosis Absolute untuk mencit 20g = 200 mg/kg BB X 0,02 kg
= 4 mg
Dosis manusia = 4 mg x 387,9 (konversi mencit- manusia)
= 1551,6 mg (untuk manusia 70 kg)
= 1551,6 mg/70 kg = 22,16 mg/kg
3.4.3 Prosedur
Langkah-langkah pembuatan kapsul daun beluntas: - Pisahkan daun beluntas dengan batang
- Cuci daun beluntas hingga bersih
- Potong kecil kecil daun beluntas, lalu keringkan
12 - Keringkan daun beluntas selama 3 sampai 4 hari atau sampai dau beluntas
benar benar kering - Daun beluntas yang sudah kering dihaluskan hingga menjadi serbuk
- Serbuk daun beluntas di masukkan kedalam kapul kosong
- Kapsul DilenTas siap dikonsumsi
Gambar 0.1 : Kapsul DilenTas
Langkah-langkah pembuatan ekstrak kering (teh) daun beluntas: - Pisahkan daun beluntas dengan batang
- Cuci daun beluntas hingga bersih
- Potong kecil kecil daun beluntas, lalu keringkan
- Keringkan daun beluntas selama 3 sampai 4 hari atau sampai dau beluntas
benar benar kering - Daun beluntas yang sudah kering di masukkan kedalam kantong teh celup
- Ekstrak kering (teh) DilenTas siap dikonsumsi
Gambar 0.2: Teh Beluntas
13
3.5 Pengujian
Pengujian obat herbal Pereda nyeri haid dari daun beluntas ini dilakukan
kepada 25 perempuan yang sedang mengalami dismenorrhoe dalam rentang usia
13 sampai 20 tahun dengan menggunakan metode wawancara terbuka.
3.6 Rancangan Program Kerja
Sasaran penggunaa obat ini untuk wanita dalam masa produktiv seperti
remaja, siswi, santriwati, dan lain lain. Rencana tindak lanjut setelah eksperimen
dilakukan adalah bekerja sama dengan home industry obat herbal untuk
membantu meningkatkan program pemerintah dalam mengembangkan UKM
Indonesia. Serta sosialisasi edukasi kepada remaja dalam penanganan
dismenorrhoe sebagai upaya meningkatkan produktivitas remaja. Dengan obat ini
diharap dapat menjadikan Indonesia yang lebih maju dan berkembang, terutama
mengoptimalkan peran wanita dalam perkembangan negara di era digital.
3.6 Evaluasi
Hal yang terakhir dilakukan adalah Evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan
tujuan mengukur dan memperbaiki hasil penelitian yang telah dilakukan
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah
Di era digital ini, tingkat produktitas seseorang sangat penting, terutama
pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Namun, banyak faktor yang menghambat
produktivitas diri salah satunya adalah dismenorrhoe. Dismenorrhoe atau nyeri
haid kerap kali menjadi penghalang dalam beraktivitas sehingga dapat menurunkan
produktivitas.
Oleh karena itu, dibuatlah penelitian tentang hal ini sebagai usaha
meningkatkan produktivitas diri terutama pada perempuan dengan mengumpulkan
informasi yang sebenarnya.Untuk mendapatkan informasi yang aktual digunakan
metode angket tertutup sebagai bahan acuan penelitian. Observasi sasaran yang kita
14
tuju yakni 50 perempuan dan pelajar putri rentang usia 13-20 tahun. Observasi
dilakukan di Pondok Pesantren Darussalam.
Dari hasil angket menyatakan bahwa 72% responden selalu mengalami
dismenorrhoe. 44% dari mereka merasa terganggu dan 22% dari mereka merasa
sangat terganggu akibat nyeri yang ditimbulkan ketika haid atau menstruasi. 64%
responden mengalamai dismenorrhoe hingga rentang waktu 3-4 hari. 76% dari
mereka hanya membiarkan dismenorrhoe ini karena tidak tahu apa yang harus
dilakukan, sehingga mereka merelakan untuk menghentikan diri dari kegiatan yang
dilakukan. Namun, istirahat tidak sepenuhnya menghilangkan rasa nyeri tersebut.
Apabila diberi obat, 98% memilih untuk mengonsumsi obat herbal.
Maka dibuatlah inovasi obat herbal sebagai penghilang nyeri haid dengan
memanfaatkan tanaman pekarangan rumah yaitu daun beluntas atau Pluchea indica
L yang diberi nama DilenTas. Menurut penelitian dari Sibarani (2013),
menunjukkan bahwa Pluchea indica L pada bagian daun memiliki potensi
farmakologis sebagai agen analgesik ketika diuji pada berbagai model hewan uji
pada dosis 200 mg/kg bb.(Fitriansyah and Indradi, 2018)
4.2 Pembuatan Dilentas
DilenTas adalah obat herbal penghilang nyeri haid atau dismenorrhoe
yang terbuat dari ekstrak daun beluntas. Daun beluntas memiliki kandungan
minyak atsiri yang tinggi membuatnya memiliki bau yang khas, sehingga
kebanyakan orang kurang menyukai dalam mengonsumsi daun tersebut. Oleh
karena itu, DilenTas dibuat dengan campuran daun pandan (Pandanus
amaryllifolius) sebagai pengganti aroma khas dari daun beluntas. Dari hasil
angket menyatakan 44% responden menyukai obat herbal dengan bentuk ekstrak
kering (teh) dan 26% menyukai obat dalam bentuk kapsul.
Oleh karena itu, DilenTas dibuat dalam 2 bentuk, yaitu ekstrak kering (teh)
dan kapsul. Ekstrak kering daun beluntas di kemas dalam kantong teh sehingga
praktis dalam penyeduhan. Sedangkan kapsul DilenTas dikemas dalam bentuk
kaplet yang berisi 4 kapsul, sehingga mudah dibawa kemana-mana dan mudah di
konsumsi sewaktu-waktu.
15
4.3 Pengujian DilenTas
Pengujian DilenTas dilakukan dengan memberikan sampel produk inovasi
kepada 25 orang yang sedang mengalami dismenorrhoe. Tempat pengujian
dilakukan di Pondok Pesantren Darussalam. 15 responden diberi sampel DilenTas
berupa kapsul dan 10 responden diberi sampel DilenTas berupa ekstrak kering (teh).
Setiap responden diberi 1 kapsul dan 1 kantong teh. Pengujian dilakukan selama 3
hari pada masa haid (menstruasi) yang artinya sama dengan 3 kali pengulangan.
Hasil pengujian yakni wawancara terbuka pada hari akhir pengujian.
4.4 Hasil Pengujian DilenTas
Gambar 4.1: Persentase Hasil Wawancara
Keterangan: - Apakah setelah mengonsumsi DilenTas dismenorrhoe yang anda rasakan
berkurang? - Apakah DilenTas mudah dikonsumsi dan praktis?
- Apakah dengan berkurangnya dismenorrhoe yang anda rasakan dapat
memperlancar kegiatan anda ketika haid atau menstruasi? - Apakah anda tertarik dengan produk DilenTas?
Dari hasil wawancara terbuka, menyatakan bahwa 100% responden merasa
dismenorrhoe yang dialami mereda dalam rentang waktu ±10 menit. Dan 100% dari
mereka menganggap DilenTas mudah di konsumsi dan praktis. Dengan
berkurangnya dismenorrhoe yang dirasakan, 100% responden dapat melakukan
kegiatan dengan lancar, mulai dari kegiatan belajar, bekerja dan kegiatan sehari0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4
100% 100% 100%
92%
0% 0% 0%
8%
Persentase Hasil Wawancara
Iya Tidak
16
hari pada saat mengalami haid atau menstruasi. 98% responden menyatakan tertarik
dengan inovasi DilenTas.
4.5 Rancangan Program Kerja
Rancangan program kerja dibuat agar tujuan penelitian tepat pada sasaran
yang di inginkan. Rancangan program kerja dilakukan sebagai tindak lanjut setelah
penelitian.
4.6.1 Bekerja sama dengan industri obat herbal
Melakukan kerja sama dengan home industry obat herbal untuk membantu
meningkatkan program pemerintah dalam mengembangkan UKM Indonesia. Serta
dapat menambah lapangan pekerjaan. Home industry obat herbal akan berperan
sebagai produsen inovasi DilenTas.
4.6.2 Memberikan edukasi kepada remaja
Bekerja sama dengan instansi kesahatan dan PIK Remaja dan melakukan
sosialisasi edukasi penanganan dismenorrhoe kepada remaja, terutama pelajar putri
dan santriwati. Sosialisasi dapat dilakukan secara langsung dan virtual dengan
memanfaatkan media edukasi seperti zoom sebagai wadah pertemuan, Mentimeter
atau AhaSlide sebagai pengukur pengetahuan remaja dalam penanganan
dismenorrhoee. Sasaran tempat sosialisai yakni di sekolah, madrasah, pondok
pesantren, dan PMR (Palang Merah Remaja).
4.6 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yaitu Strengthsadalah
keunggulan dari dalam produk, Weaknessesadalah kelemahan yang berasal dari
internal. Oppurtunitiesadalah kesempatan yang ada dari luar produk dan Threats adalah
ancaman yang berasal dari eksternal.
4.6.3 Strengths (kekuatan)
- Praktis dan mudah dibawa kemana-mana
- Dapat dikonsumsi sewaktu-waktu
- Menggunakan bahan alami
- Disertai aroma pandan yang menenangkan
4.6.4 Weaknesses (Kelemahan) - Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat daun beluntas
17 - Proses pembuatan masih manual
4.6.5 Oppurtunities (Kesempatan) - Sumber daya alam yang mendukung
- Perkembangan teknologi
- Beralihnya masyarakat dari menggunakan obat kimia ke obat herbal
4.6.6 Threats (Ancaman) - Munculnya inovasi inovasi baru dalam perkembangan obat herbal
- Adanya produk mengatasi nyeri haid dengan bahan baku yang berbeda
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan sebagai berikut:
- Setelah dilakukan pengujian baik dalam bentuk ekstrak kering dan kapsul,
daun beluntas dapat mengatasi dismenorrhoe dalam kurun waktu ±10 menit. - DilenTas dikemas secara praktis, mudah di bawa, dan dapat dikonsumsi
sewaktu-waktu - Dengan mengonsumsi DilenTas, dismenorrhoe yang dirasakan berkurang
sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan lancar pada saat haid atau
menstruasi dengan begitu produktivas diri semakin naik.
5.2 Saran
Inovasi ini dapat diimplementasikan dengan baik apabila dilakukan hal-hal sebagai
berikut: - Adanya penelitian lebih lanjut dalam pengembangan inovasi ini yang
bertujuan agar inovasi ini dapat menjadi OHT (Obat Herbal
Terstandarisasi). - Adanya kerja sama yang baik antara pihak yang bersangkutan seperti pihak
produsen, pihak medis, pihak edukator, dan pemasaran produk inovasi
DilenTas.