Dari Tanah Kembali Ke TAnah, Dari Roh Kembali Ke Roh

Taman Surga

Seorang Kristen bernama al-Jarrah berkata:

“Sejumlah sahabat Syekh Shadruddin minum bersamaku. Mereka berkata kepadaku: ‘Isa adalah Tuhan, seperti yang kalian yakini. Kami tahu bahwa itulah yang benar, tapi kami menyembunyikannya dan berpura-pura mengingkari itu untuk menjaga keberlangsungan agama kami.’”

Maulana Rumi menjawab:

“Musuh Allah itu telah berbohong. Maha Suci Allah, itu adalah perkataan orang yang mabuk oleh anggur setan yang sesat, hina, menjijikkan, dan dibuang dari hadapan Sang Khaliq. Bagaimana bisa seorang manusia lemah yang lari dari tipuan orang-orang Yahudi dari satu tempat ke tempat lain dan badannya tidak lebih dari dua dzira’ mau menjaga tujuh langit yang tebal tiap langit itu setara dengan menempuh perjalanan lima ratus tahun, sementara jarak antara satu langit dengan langit lainnya juga lima ratus tahun, ketebalan tiap bumi juga lima ratus tahun, dan antara satu bumi dan bumi lainnya lima ratus tahun. Di bawah singgasana, terdapat lautan yang juga sedalam itu. Selain itu, Allah memiliki kerajaan laut yang lebih dari itu. Bagaimana bisa akalmu menerima bahwa seorang dengan bentuk yang paling rendah bisa mengatur semua itu? Selain itu, jika Isa adalah Tuhan seperti yang dikatakan orang-orang zalim itu, siapa yang menjadi Tuhan langit dan bumi sebelum Isa lahir?"

Orang Kristen itu berkata:

“Dari tanah kembali ke tanah, dan dari roh kembali ke roh.”

Rumi berkata:

“Jika Isa adalah Tuhan, lalu kemana rohnya pergi? Roh pergi menuju asal dan pencipta-Nya, jika asal adalah diri Isa itu sendiri yang juga merupakan Tuhan, lalu kemana rohnya pergi?"

Orang Kristen itu menjawab:

“Demikianlah kami menemukannya, lalu kami mengambilnya menjadi agama kami.”

Maulana Rumi kembali berkata:

“Kamu mewarisi emas palsu yang berwarna hitam pekat dari orang tuamu, kamu tidak mau mengubahnya menjadi emas murni dan tetap kamu dekap emas palsu itu sambil berkata: “Inilah yang aku warisi.” Atau kamu diwarisi oleh ayahmu sebuah tangan yang lumpuh, lalu kamu menemukan obat dan dokter yang bisa menyembuhkan tanganmu itu tapi kamu menolaknya dan malah berkata: “Beginilah adanya tanganku, aku tidak mau menyembuhkannya.” Atau kamu menemukan air asin di sebuah kota tempat ayahmu meninggal dan tempat kamu tumbuh besar, kemudian kamu ditunjukkan pada kota lain yang airnya begitu segar dan manis, tanaman tumbuh dengan lebat, dan penduduknya ramah-ramah, tetapi kamu tidak mau pergi ke desa itu untuk meminum air segar yang bisa menyembuhkan penyakit dan penderitaanmu, kamu malah berkata: “Kami sudah mendapati kota ini dengan airnya yang asin dan bisa menyebarkan penyakit, kami akan menjaga apa yang telah kami temukan.” Masya Allah, Orang yang waras dan memiliki intuisi yang tajam tidak akan mengatakan dan melakukan semua hal itu. Allah sudah menganugerahimu kecerdasan yang melebihi kecerdasan ayahmu, pandangan yang berbeda dengan ayahmu, dan beberapa titik perbedaan, tapi kenapa kamu menafikan kecerdasan dan pandanganmu sendiri dan justru malah mengikuti kecerdasan yang bisa membunuh dan menyesatkanmu?

Yutash—ayahnya adalah seorang tukang sepatu—ketika dia tiba di hadapan Sultan, ia kemudian diajarkan tatakrama kerajaan dan cara menggunakan pedang. Karena kelihaiannya, Raja memberinya pangkat yang tinggi. Ia justru berkata:

“Ayahku adalah seorang tukang sepatu, jadi aku tidak menginginkan pangkat ini. Tetapi, jika sultan tidak keberatan, berilah aku sebuah toko di pasar agar aku bisa mulai membuat sepatu.”

Seekor anjing, beserta sifat alamiahnya, jika ia diajari berburu dan menjadi anjing pemburu bagi sultan, ia akan lupa bagaimana ia dibesarkan, yang mengendus-endus di antara tumpukan sampah dan tempat-tempat sepi, serta mencari-cari bangkai. Sebaliknya, ia berlari bersama kuda-kuda cantik dan gagah, ikut berburu bersama sultan. Demikian juga gagak yang dipelihara oleh sultan, ia tidak akan berkata:

“Aku mewarisi dari ayahku tempat tersembunyi di atas gunung dan memakan bangkai, jadi aku tidak akan mengindahkan genderang sultan dan perburuannya.”

Jika pikiran hewan saja bisa tertuju pada sesuatu yang lebih baik dari yang diwariskan orangtuanya, maka betapa sialnya manusia di muka bumi yang diberi keutamaan akal dan kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk, tapi justru cara berpikirnya lebih rendah dari binatang. Kita berlindung kepada Allah SWT dari semua itu.

Adalah benar bahwa Isa diberi kehormatan oleh Allah dan menjadikannya sebagai orang dekat-Nya. Siapa yang melayaninya, berarti ia melayani Allah dan siapa yang patuh kepadanya, berarti ia patuh kepada Allah. Akan tetapi jika Allah mengutus seorang Nabi yang lebih utama dari Isa dan dari bisa mewujudkan sesuatu dengan tangannya seperti yang bisa diwujudkan oleh tangan Isa, bahkan lebih, maka wajib bagi kita untuk mengikuti Nabi yang baru diutus ini semata-mata karena Allah, dan bukan karena Nabi itu. Tidak ada yang patut disembah kecuali Allah, dan tidak ada yang patut dicintai kecuali Allah. Selain Dia, tidak ada patut dicintai.

“Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS. an-Najm: 42)

Artinya, puncak dari kecintaanmu pada sesuatu selain diri-Nya, mencari sesuatu selain-Nya, akan tetap berakhir pada Allah. Jadi cintailah Allah demi Dia semata.

Untuk menghias Ka’bah adalah sebuah obsesi yang sia-sia Kehadiran Allah adalah seluruh hiasan yang kamu butuhkan.

al-Hakim Sanai

[Seperti dikatakan]:

Karena mimpimu adalah mimpi yang tak kau paksakan
Kelopak mata yang dihitam-hitamkan tidak seperti kelopak mata yang
benar-benar hitam

Abu ftayyib al-Mutanabbi

Seperti pakaian usang dan compang-camping yang menunjukkan elegansi kekayaan dan kerendahan hati, demikian pula pakaian-pakaian yang sangat bagus dan indah menunjukkan kedudukan, keindahan dan kesempurnaan para faqir (orang yang merasa miskin di hadapan Allah). Ketika baju mereka terkoyak, maka hati mereka akan tersingkap.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum