Daging buatan laboratorium: pilihan yang lebih etis?

Daging kultur (cultured meat) adalah daging yang diproduksi melalui kultur sel hewan secara in vitro, bukan dari hewan yang disembelih. Proses kultur jaringan dilakukan pertama-tama dengan mengambil sampel initial sel otot hewan melalui proses biopsy. Sampel sel-sel otot kemudian dimasukkan ke dalam media pertumbuhan yang mengandung protein agar tumbuh menjadi sepotong daging yang berukuran besar. Setelah sel initial diperoleh, pembuatan daging ini tidak lagi membutuhkan binatang hidup karena dapat diperbanyak menggunakan sel yang sudah ada tersebut.

Cultured meat ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan daging sembelihan konvensional. Kultur jaringan akan menghasilkan daging yang lebih sehat dan bebas dari penyakit berbahaya yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan pada konsumen dibandingkan dengan peternakan konvensional yang kondisi lingkungannya tidak dapat dikontrol. Dapat juga ditambahkan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh manusia selain protein. Prosesnya juga lebih ramah lingkungan, karena tidak membutuhkan lahan peternakan yang luas dan menghasilkan polusi.

Daging kultur juga dianggap sebagai alternatif pilihan yang lebih etis karena tidak melibatkan proses penyembelihan. Proses biopsy untuk mengambil sampel tentu saja sama sekali tidak menyakiti hewan. Tentu saja ini bisa menjadi pilihan layak bagi mereka yang menentang kekerasan dan penyembelihan hewan.

No animals were harmed in the making of this meat.

Namun disamping nilai etisnya, daging kultur ini memiliki beberapa kekurangan. Biaya produksinya masih sangat mahal jika dibandingkan daging konvensional. Selain itu, konsep daging kultur ini masih bertentangan dengan beberapa nilai-nilai keyakinan tertentu. Daging ini juga belum tentu bisa diterima di masyarakat karena banyak yang beranggapan ini adalah “daging palsu”.

Dengan segala kontroversi dan pro kontranya, menurut kalian apakah daging kultur ini adalah pilihan yang lebih etis dibanding daging biasa? Apakah kalian mendukung atau menentang daging buatan laboratorium ini?

Referensi

Bryant, C. J. (2020). Culture, Meat and Cultured Meat. Journal of Animal Science, Volume 98, Issue 8, August 2020. https://doi.org/10.1093/jas/skaa172

Hasan, A. M. (2018). Siapkah Anda Mengonsumsi Daging Bikinan Lab yang Ramah Lingkungan?. Tirto.id. Diambil dari Siapkah Anda Mengonsumsi Daging Bikinan Lab yang Ramah Lingkungan?

Kontributor Wikipedia. Daging Kultur. Wikipedia Bahasa Indonesia. Diambil dari Daging kultur - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

McNalty, S. (2019). Is lab-grown meat the next frontier in ethical eating?. CBC News. Diambil dari https://www.cbc.ca/news/science/what-on-earth-newsletter-lab-grown-meat-green-energy-1.5281252

Saya sendiri menyambut baik penemuan daging kultur ini. Ini adalah terobosan masa depan, dimana untuk menghasilkan berton-ton daging sapi, hanya diperlukan seekor sapi, yang tidak terbunuh disembelih. Hebat sekali, bukan?

Barangkali jika daging kultur ini populer di masa depan, konsep peternakan akan berubah. Peternakan tradisional akan perlahan-lahan tergusur oleh laboratorium modern. Kemungkinan populasi hewan ternak hidup akan menurun, karena hanya butuh sedikit untuk menghasilkan banyak. Selain itu, kita bisa memodifikasi daging dengan mudah, sehingga kelak akan tercipta daging sapi yang sangat berkualitas dengan harga murah. Barangkali daging sapi Wagyu akan jadi tidak berharga karenanya.

Hanya masalahnya, di masa kini belum banyak yang tahu soal daging ini. Biaya produksinya juga masih mahal. Belum ada pihak yang benar-benar berani berinvestasi di sektor ini dan memproduksinya secara massal. Alhasil harganya masih mahal. Lagipula juga dibutuhkan fasilitas dan SDM khusus untuk mengembangkannya, lebih mudah beternak sapi secara tradisional.

Soal etis dan tidaknya, tentu ini adalah angin segar bagi penggiat anti penyembelihan hewan. Alasan apa lagi yang bisa mereka pakai untuk menentang non-vegetarian? Jika mereka menjadi vegetarian karena peduli terhadap hewan, harusnya tidak masalah dengan daging ini. Menurut saya ini pilihan yang lebih etis karena dengan memilih daging kultur, kita juga peduli terhadap isu-isu seperti kekerasan hewan, dampak lingkungan dari peternakan dan pemanasan global. Terlepas dari debat soal asli atau tidaknya daging ini, menurut saya ini tetap daging asli, hanya saja dibesarkan diluar tubuh hewan.

1 Like

Cultured meat merupakan salah satu inovasi dalam bidang teknologi pangan. Para ilmuwan mempercayai bahwa ini adalah salah satu upaya dalam mendukung diversifikasi pangan di tengah laju penduduk dunia yang semakin eksponensial. Apalagi jika dikaitkan dengan isu lingkungan, yang mana peternakan menyumbang gas emisi terbesar di bumi.

Apakah cultured meat ini pilihan yang etis atau tidak? Itu tergantung pada preferensi masing-masing. Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan bagaimana proses daging ini dibuat. Toh selama ini kita juga sudah banyak menjumpai hal serupa di sekitar kita, misalnya beras analog. Daging analog yang dibuat dengan cara dikultur ini jelas bukan suatu hal yang baru. Hanya saja di masyarakat kita belum banyak didistribusikan sehingga kecenderungan masyarakat mengenai cultured meat ini negatif.

Namun, saya memakhlumi kekhawatiran ini. Seperti yang kita tahu bahwa cultured meat ini dibuat dengan mengaplikasikan teknik DNA rekombinan, dimana strain dari 2 mikroorganisme yang berbeda digabungkan menjadi 1 sel yang sama. Meskipun telah menerapkan metode aseptis pada laboratorium, kemungkinan tercemarnya atau terkontaminasinya suatu media akan tetap ada. Inilah yang menjadi kekhawatiran masyarakat apabila harus mengonsumsi produk-produk makanan yang notabennya adalah produk GMO (Genetically Modified Organism), salah satunya cultured meat.

Meskipun demikian, setau saya, produk-produk berlabel GMO, termasuk cultured meat, telah melewati berbagai screening dan uji mikrobiologis yang mendetail sebelum didistribusikan ke konsumen. Sayangnya, produk-produk daging kultur ini masih jarang di Indonesia sehingga dianggap hal tabu karena masyarakat kita terbiasa dengan cara penyembelihan untuk menghasilkan suatu daging.

1 Like