Cinta Kepada Allah

Memahami Cinta Allah

Sesungguhnya manusia hidup dengan dipenuhi berbagai limpahan karunia Allah, baik lahir maupun batin, baik yang terdapat di sekitar diri manusia maupun yang ada di dalam dirinya sendiri. Semua itu merupakan bukti cinta Allah SWT kepada umat manusia. Atas semua kebaikan (nikmat) Allah itu, sudah sepatutnya jika manusia membalasnya dengan mencintai Allah sebagai Pemilik dan Pemberi kebaikan, keberuntungan, atau nikmat-nikmat tersebut.

Kemudian, cinta seorang Muslim kepada Allah mengharuskan ia mencintai Rasulullah SAW. Sebab, Rasulullah merupakan kekasih Allah. Rasulullah SAW pun sangat mencintai umatnya. Mencintai Rasulullah merupakan tanda mencintai Allah. Dan mencintai Rasulullah termasuk kunci meraih cinta Allah SWT. Orang yang mencintai Rasulullah SAW akan dicintai Allah SWT.

“Seorang hamba yang mencintai Allah maka ia akan dicintai pula oleh Allah SWT yang dicintainya. Dan hanya orang yang dicintai Allah, yang dianugerahi iman oleh-Nya.”

“Cinta manusia kepada Allah adalah dasar dari semua cinta kepada yang lainnya. Orang yang mencintai Allah maka ia akan mencintai semua yang mendekati Allah. Sesungguhnya cinta manusia kepada Allah akan menjadi energi yang mampu mengarahkan perilakunya menuju kebaikan dan keridhaan-Nya.”

Cinta kepada Allah, bukanlah sembarang cinta; tidak ada suatu apapun yang lebih dicintai dalam hati seseorang selain Sang Penciptanya, Kreatornya. Dialah Tuhannya, Sesembahannya, Pelindungnya, Pengayomnya, Pengaturnya, Pemberi rezekinya, dan Pemberi hidup dan matinya. Maka mencintai Allah –subhanahu wa ta’ala- merupakan kesejukan hati, kehidupan jiwa, kebahagiaan sukma, hidangan batin, cahaya akal budi, penyejuk pandangan dan pelipur perasaan.

Tiada suatu apapun menurut hati yang bersih, sukma yang suci, pikiran yang jernih lebih indah, lebih nyaman, lebih lezat, lebih menyenangkan dan lebih nikmat dari pada kecintaan kepada Allah, perasaan tenteram damai di sisi-Nya dan kerinduan akan perjumpaan dengan-Nya.

Yahya Bin Mu’adz berkata :

عَفْوُهُ يَسْتَغْرِقُ الذُّنُوْبَ فَكَيْفَ رِضَوَانُهُ؟، وَرِضْوَانُهُ يَسْتَغْرِقُ الآمَالَ فَكَيْفَ حُبُّهُ؟، وَحُبُّهُ يُدْهِشُ الْعُقُوْلَ فَكَيْفَ وُدُّهُ؟، وَوُدُّهُ يُنْسِي مَا دُوْنَهُ فَكَيْفَ لُطْفُهُ؟

“Ampunan-Nya mencakup (menggugurkan) seluruh dosa, lalu bagaimana lagi dengan ridho-Nya? Ridho-Nya begitu mendominasi seluruh cita-cita dan harapan, lantas bagaimana dengan kecintaan-Nya? Kecintaan-Nya begitu mengagumkan akal pikiran, lalu bagaimana dengan kasih sayang-Nya? Kasih sayangnya begitu melupakan segala yang selainNya, lalu bagaimana dengan kelembutan-Nya?

Maka, terukur dengan sejauh mana cinta kasih seseorang kepada Allah, sejauh itu pula ia akan merasakan lezat dan manisnya iman. Barangsiapa yang hatinya karam dalam kecintaan kepada Allah, maka cukuplah hal itu menjadikannya tidak perlu dengan kecintaan, kekhawatiran dan kepasrahan hati kepada selain Allah. Sebab tidak ada yang dapat memuaskan hati, tidak bisa mengisi relung-relung cinta hatinya, serta tidak bisa mengenyangkan rasa laparnya kecuali cinta kepada Allah –subhanahu wa ta’ala-.

Andakan saja hati seseorang mendapatkan segala apa yang melezatkan, tidaklah ia merasa damai dan tenteram kecuali dengan kecintaannya kepada Allah –subhanahu wa ta’ala-. Jika seseorang kehilangan cinta kepada Allah dalam hatinya, maka kepedihan yang dirasakannya jauh lebih parah dari pada kepedihan mata karena kehilangan cahaya pengelihatan, atau kepedihan telinga karena kehilangan pendengaran, hidung karena kehilangan penciuman dan mulut karena kehilangan kemampuan berbicara, bahkan kerusakan hati akibat kekosongan dari rasa cinta kepada Allah sebagai Penciptanya, Pencetus wujudnya dan Tuhan sesembahannya yang sejati, jauh lebih berat dari pada kerusakan fisik karena terpisah dari nyawanya.

7 tanda cinta kepada Allah SWT sebagaimana yang dituliskan Imam Al-Ghazali

  1. Tidak membenci atau merasa takut pada kematian
  2. Rela mengorbankan kehendaknya demi kehendak Allah
  3. Mengingat Allah sepanjang waktu
  4. Cinta pada Al Quran
  5. Tamak dalam beribadah
  6. Ibadah menjadi hal mudah baginya
  7. Pencinta Allah akan mencintai orang-orang yang menaatinya

Jadi jika kita mencintai seseorang maka kita harus lebih mencintai allah terlebih dahulu karena semua itu telah diatur oleh allah kalo allah saja dicintai apalagi manusia kalo mencari pasangan hidup itu menurut saya harus lihat agamanya apakah bagus atau kurang bagus, karena ketika aturan allah pun dituruti dan dijaga apalagi aturan kita dan sebaik baiknya mencintai adalah mencintai allah dan rasulnya berikut hadis tentang cinta kepada allah.

“Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Demi Dzat yang jiwaku ada di dalam genggaman-Nya, kalian tidak dapat masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian belum disebut beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.- Hadits riwayat Muslim.

“Riwayat dari Abdullah bin Abbas ra, berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Cintailah Allah atas anugerah nikmat yang diberikan kepadamu, dan cintailah aku karena cinta kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena mencintaiku.” - Hadits riwayat At-Tirmidzy dan al-Hakim.