Cinta, Antara Nikmat dan Musibah

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al-Qamar: 49)

Segala sesuatu itu ada kadarnya/ukurannya, termasuk didalamnya cinta.

Sebab bila cinta itu berlebihan maka yang ada adalah cinta yang buta. Dan itu tentu tidak baik. Sebab bila terlalu cinta, semua hal yang ada bisa dituruti tanpa harus berpikir pakai otak dahulu. Buruknya, bagaimana bila yang terjadi hanyalah cinta palsu, dimana tujuannya hanya harta. Yah, kita bisa tertipu oleh yang namanya cinta. Hati-hati terhadap orang yang menyalahgunakan cinta, semisal playboy, playgirl dll. Mereka hanya menggunakan cinta untuk kesenangannya sendiri, tidak peduli dengan orang lain, ia terlalu egois dengan yang namanya cinta. Mungkin mereka senang, tapi tidak bagi pasangan mereka.

Tapi bagaimana bila tanpa cinta ?

Yah, hidupmu akan terasa kurang berwarna. Sebab cinta adalah suatu anugrah yang patut kita diterima. Dan tidak ada keburukan di dalamnya. Bahkan merupakan sunah rasul. Dan tentu anugrah itu nikmat rasanya. Kalau ada yang lebih, kenapa tidak ?

Dan bila cinta itu tidak ada, tidak ada rasa ketertarikan, yang ada malah bisa memicu rasa benci, khususnya di dalam rumah tangga. KDRT, broken home itu adalah contohnya.

“Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah.” (HR. At-Tirmidzi : 1086)

Jadi, yang benar itu seimbang. Antara cinta dan benci.

Nah dari sini juga kita tahu, bahwa benci itu juga perlu, benci itu juga ada manfaatnya. Kita harus benci bila ada sesuatu yang menurut kita tidak baik pada pasangan kita. Sebab yang namanya keburukan sudah seharusnya kita singkirkan secepatnya agar tidak malah membudaya.

Dan juga kita ketahui dari sini bahwa sesuatu diakatakan baik atau tidak itu tergantung kondisi. Tidak melulu yang dipandang baik itu akan selalu baik untuk dilakukan, namun terkadang ia bisa menjadi pilihan yang buruk untuk dilakukan. Maka dari itu kita harus adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Dan juga cinta yang tidak dikontrol dengan baik, ia bisa menjadi musibah, seperti hamil diluar nikah, ‘pacaran’ yang merupakan awal dari proses kehamilan, dll.

Solusi paling mudah adalah nikah. Yah, meskipun umur masih muda dll, tetapi nikah itu adalah suatu bentuk keseriusan yang lebih daripada pacaran. Meskipun juga dalam umur yang muda, kepribadian dewasa belum terbentuk sempurna, tapi dari pada pacaran, nikah lebih bisa mengatur hubungan lawan jenis yang ada, sebab juga telah ada aturan-aturan tentang pernikahan yang lebih mengikat hubungan tersebut, seperti di UU, perda, dll. Apalagi hubungan nikah lebih jelas di publik, yang berbeda dengan pacar yang biasanya hubungan gelap/rahasia, bahkan orang tua mereka sendiripun tidak mengetahui hubungan mereka. Dengan hubungan yang lebih jelas, maka sulit untuk memutuskan hubungan yang ada, sebab berita akan putusnya hubungan akan segera diketahui publik, bila alasan putusnya tidak logis, tentu bisa jadi buah bicara masyarakat. Yang tentu hal itu telah menjadi sanksi tersendiri bagi si pelaku.

Atau solusi kedua, yaitu puasa. Yah saya sebagai orang islam tentu berpanutan pada nabi Muhammad SAW dan beliau telah memberikan solusi ini.

‘Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya"(HR. Al-Bukhari : 5066)

Simpulnya, kita sebagai ‘pecinta’ haruslah bisa mengontrol rasa cinta. Kita gunakan secukupnya sesuai kadarnya dan ukurannya. Jangan boros, jangan juga pelit. Oke ?

1 Like