Cerita Pendek : HATI KECILKU

HATI KECILKU

Oleh : Rizki Adi Saputra

Dua gadis kecil itu bergandengan dan berjalan mendekati halte bus yang ingin membawa nya pulang ke rumah, seketika langkah kakinya semakin cepat karena di terjang derasnya rintik hujan yang mulai membasahi rambut panjang mereka itu.

Sebentar lagi sampai , ucap salah satu gadis itu sambil terus berlari.

Disana hanya bertiga, dua gadis kecil itu dan seorang pria muda berpostur tinggi dengan kumis tipis dan jenggot panjangnya, membuat mereka terheran antara menahan tawa atau menahan dingin. Udara semakin dingin dan tak ada satu pun bus yang lewat, tubuh salah satu gadis itu gemeteran dan menggiggil kedinginan, kedua tangannya yang terus mengepal membuat pria berusia 21 tahun yang duduk tak jauh darinya itu terfokus melihatnya, pria itu menghampirinya dan mengenakan gadis itu sebuah jaket tebal supaya gadis itu tak lagi kedinginan.

“Terima kasih”, ucap gadis itu dengan ekspresi masih menahan dingin.

Pria itu bersikap dingin dan mulai mengalihkan pandangannya, lalu menjauh kembali ke tempat duduknya.

“kamu kenal dengan dia?” Tanya gadis itu

“tidak, namun aku merasa nyaman bila dia didekatku” ucap gadis itu, tanpa berfikir panjang lebar.

Dia baik sekali, dia meminjamkan jaket nya kepadaku padahal dia saja merasa seperti menahan kedinginan , batinnya sambil terus mengepal kedua tangan lembutnya itu. Gadis itu memberanikan diri mendekati pria itu seraya ingin mengobrol dan berkenalan agar suasana menjadi lebih hangat, Namun temannya menarik tangannya.

“Eh… kamu mau kemana, ingat kata ibu kamu, kita harus berhati – hati dengan seseorang yang tidak kita kenal, apa lagi ditambah dengan banyaknya penyebaran virus, kamu jangan egois, jangan gegabah, jangan ceroboh”, ucap temannya yang mulai mengkhawatirkannya.

”sebentar aja kok”, jawab singkat gadis itu. Ia pun berjalan mendekati pria tersebut.

“Hei kamu, kamu saja merasa kedinginan, kenapa kamu memberikan jaketmu kepadaku ?,” pertanyaan pertama yang terucap dari mulut gadis itu, membuat lelaki itu tersenyum paksa.

“Aku gak tega melihat kamu tersiksa karena menahan dingin, badan kamu gemeteran dan muka kamu pucat, batinku memerintahkanku untuk membantumu, perkenalkan namaku Imam, siapa namamu?” Tanya lelaki itu.

“Namaku Elma, salam kenal,” ucap gadis itu seraya tersenyum lebar.

Tak lama kemudian, bus datang menghampiri dan membawa mereka pulang kerumah mereka masing – masing, Mereka bertiga pun naik dan masuk kedalam bus. Hari semakin gelap, Eka sebagai teman dekat Elma yang selalu pulang bersamanya setelah pulang kuliah itu turun lebih dulu, karena rumahnya yang tak jauh dari halte.

“Elma, aku pulang duluan ya, kamu hati – hati, ingat kata ibu kamu”

Tak lama kemudian, kurang lebih 1 km, bus sampai didepan rumah Elma, dengan pagar hijau tinggi yang menutupi sebagian rumah dengan tingkat 2 itu, ia membuka pintu bus namun pria tersebut menggapai tangan gadis itu.

“Bolehkah aku minta nomor Handphonemu”, Tanya pria itu sebelum gadis itu menuruni tangga pintu bus tersebut. Gadis itu pun mengiyakan dan menuliskan nomor Hp nya disebuah kertas kecil yang ia ambil dari dalam tas kecilnya. Kemudian ia berlari masuk kedalam rumahnya mengingat langit sudah gelap bersama hujan deras.

Kebiasaan yang tak pernah gadis itu tinggalkan, tidak mengucapkan salam sebelum ia masuk rumah dan tidak menanggalkan sepatu kotornya itu di rak sepatu. Walaupun begitu, gadis itu tak pernah seharipun melupakan pola makannya, bahkan satu hari gadis itu bisa makan 4 sampai 5 kali, yang membuat ia tumbuh menjadi anak yang sehat dan memiliki badan yang gemuk. Pipi tembam dan gigi putihnya itu mulai menunjukan ekspresi bahagia, memandangi cermin seraya tersenyum lebar.

Ya Allah, apa ini yang dinamakan cinta ?”

Gadis itu terus membayangkan wajah pria yang ia temui di halte sore tadi, berharap ia dapat bertemu kembali dengannya. Hati kecilnya mulai berkata nyaman untuk seseorang, setelah sekian lama ia memutuskan untuk sendiri, tidak akan jatuh cinta lagi karena takut merasakan sakit hati lagi untuk yang kesekian kalinya. Namun ketika hati mulai berkata nyaman, semua bisa berubah. Gadis itu menjadi lebih bersemangat untuk menjalani hidup karena telah hadir penyemangat baru di dalam hidupnya. Walaupun demikian, ia juga masih terus memikirkan perkataan ibu nya untuk tidak dekat – dekat dengan seseorang yang tak dikenalnya, karena khawatir terkena virus, ia memutuskan untuk membatasi dirinya agar tidak dekat dengan orang lain, karena kesehatan itu lebih penting daripada ego.

image