Cerita Mini : Taman Sore

TAMAN SORE

Hidup adalah sebuah kekacauan dalam jiwa, mengangkat diri untuk sebuah kesempurnaan, terbang dalam pandangan kemewahan singgasana dunia lalu berkata “aku sempurna”, Itu adalah pemikiran seorang saudagar sebelum anak di sore itu mengubah pandanganya akan hidupnya.

Suatu sore saudagar itu bertemu dengan seorang anak disebuah taman yang di hiasi pohon palm di kedua sisinya, anak itu berlari pada saudagar itu lalu berkata,

“Selamat Sore tuan.” Ucap anak itu dengan wajah penuh keceriaan dan senyuman.

“Tuan, ibuku membuat kue, apakah tuan ingin membeli salah satu dari kue-kue ini.” Ucap kembali anak itu.

Lalu saudagar itu menatap anak yang berada di hadapannya lalu berkata “Sepertinya hari ini kamu sangat bahagia, apakah ketika aku membeli salah satu dari kuemu aku akan mendapatkan kebahagiaan sepertimu dan jika kue-kue ini dapat membuat sebuah kebahagian untukku, aku akan membeli semua kue-kue ini.”

Sejenak anak itu terdiam dalam sebuah kesunyian baru, lalu anak itu menjawab, “Tuan yang murah hati dan perkasa, saya tidak tahu cara menjawab pertanyaan tuan, tetapi ibuku pernah berkata kepadaku, setiap keping manisnya coklat, diciptakan dari luasnya proses yang Panjang dan harumnya secangkir kopi diciptakan dari pahitnya setiap butir buah. Karena Setiap jiwa yang tinggal didalam hati tuan adalah sebuah pemikiran akan kebahagian yang nyata.”

Ucapan anak di hadapannya mulai menghiasi pemikiran saudagar itu.

“Tidakkah kamu melihat anak-anak di seberang jalan sana, yang sedang bermain, sedangkan kamu harus berjualan kue.” Ucap saudagar itu.

Anak itu menatap anak-anak yang berada seberang jalan lalu kembali berkata kepada saudagar dihadapannya.

“Satu tahun lalu sahabat terbaikku pergi meninggalkanku selamanya, tetapi mimpi-mimpiku dan mimpi sahabatku tidak meninggalkanku, bahkan saat ini aku dapat melihat dunia baru yang lebih luas dan sekarang apakah tuan melihat sangkar di atas pohon di seberang jalan sana, sangkar itu dibuat oleh induk burung dengan paruhnya jauh sebelum anak-anaknya terlahir, karena induk burung memiliki mimpi akan masa depan bagi anak-anaknya, bukankah mimpi adalah ruang tanpa batas.”

Anak itu lalu menatap langit sore di atas taman itu, lalu kembali berkata,

“Jangan pernah bosan hidup dalam sebuah kebaikan karena orang yang telah pergi saja tidur dalam ketenangan dan tidak pernah bosan. Itu yang di katakan sahabatku sebelum meninggalkanku.”

Saudagar itu terus memandang anak dihadapannya dan mendengar jiwanya yang tertekan, kalau jiwa ini mengacuhkan kebaikan apakah kita akan merasakan kebenaran atau apakah hidup ini hanya tentang kepuasan, ucap pemikiran saudagar itu.

“Mungkin saat ini aku belum memakan kue-kuemu tetapi aku telah merasakan manisnya kue-kue itu. Setiap hari aku akan ketaman ini untuk bertemu kue-kue ini. Bolehkah aku membeli beberapa kuemu sekarang dan terima kasih untuk sore ini.”

Lalu saudagar itu pergi dengan sebuah pemikiran baru akan jiwanya.

Taman Sore, Bima Maarschal, Terima Kasih :blush: .

2 Likes