Cerita Mini (Egoisme di Sekitar Kita) : Maretku

Hari ini begitu menegangkan, hari yang dinanti-nantikan banyak orang namun tidak ingin hari itu terjadi. Debi yang sudah cukup lama berdiri didepan pintu memperhatikan seisi ruangan itu dan tanpa sadar air sudah mengalir melewati pipinya. Debi tidak ingin ini terjadi, namun ini adalah hidup yang akan terus berjalan tanpa henti.
“Deb, lo jangan nangis dong entar gue nangis nih,” ucap Lita sambil memeluk Debi. Debi melepaskan pelukan Lita.
“Lit gue gak mau hari ini berakhir dengan sia-sia,” dengan wajah serius. “Maksudnya? Jangan buat gue bingung deh,” tanya Lita dengan wajah bingungnya.
“Dua tahun rasa ini tertutup rapat dan hari ini adalah kesempatan terakhir gue karena gue yakin gak akan jumpa lagi sama dia,”.
“Teruss? Lo mau ungkapin?” tanya Lita dengan tidak yakin.
“Kalau itu sih gue belum tau Lit,” dengan pasrah.
“Gue harap lo gak bilang apa-apa sama dia,” ucap Lita dan pergi ninggalin Debi.
Debi bingung dengan perkataan Lita namun sudahlah dia tidak ingin berfikiran buruk kepada sahabatnya itu.
***
Semua kelas XII sudah berkumpul di lapangan dan acara dimulai dengan penampilan dari setiap kelas XII. Semua orang yang ada di lapangan menikmati acara dengan tawa dan canda. Setelah acara selesai siswa-siswi berfoto agar bisa dilihat dan dikenang suatu saat nanti, namu acara foto-foto dihentikan untuk sementara karena selanjutnya adalah acara untuk maaf-maafan karena kelas XII akan pergi meninggalkan sekolah ini. ini adalah kesempatan gue, gue gak mau hari ini menjadi sia-sia gumam Debi dalam hati.
Setiap orang memeluk teman-temannya dan saling meminta maaf, tangisan pecah saat itu juga. Mereka tidak ingin berpisah, namun itu harus terjadi. Terlalu banyak kisah yang tercipta di sekolah ini dan hanya bisa dijadikan kenagan.
Di tengah lapangan waktu semua orang sedang bersedih Debi hanya diam dan memandang seseorang dari kejauhan, ingin rasanya ia berlari dan memeluk seseorang itu. Seseorang yang sudah ia kagumi selama dua tahun terakhir, ketika Debi memberanikan diri untuk menemui orang itu. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang datang dari arah lain menemui lelaki itu, langkahnya terhenti waktu ia tahu perempuan tersebut adalah sahabatnya.
Debi mendekat kearah mereka untuk mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. “Angga, gue mau jujur sama lo,” ucap Lita kepada seseorang yang berdiri di hadapanya sekarang. “Yaudah bilang aja,” balasnya dengan santai. “Dari waktu kita SMP sampai sekarang gue memendam rasa sama lo, gue berani ngomong kayak gini karena gue takut kita gak jumpa lagi,” Lita hanya bisa menunduk dan saat itu tangisannya pecah.
“Gue…-“ Kalimat Angga terpotong saat Debi datang.
“Ini ya Lit alasan kenapa lo gak mau gue ungkapin perasaan gue sama dia,” tunjuk Debi ke Angga dan Lita kaget melihat orang yang bicara itu, karena itu adalah sahabatnya.
“Gak gini Lit caranya, gak harus kan lo tutupin semua ini dari gue,” Tangis Debi pecah, orang yang selama ini ia jadikan tempat curhatan ternyata adalah orang yang selalu terluka dengan curhatannya. Ada rasa penyesalan untuk rasa yang Debi simpan selama ini untuk Angga dan yang lebih menyakitkan sahabatnya menutup-nutupi semuanya darinya. Kalau saja ia tahu itu dari awal sudah pasti ia tidak akan menyimpan rasa untuk laki-laki itu.
Debi pergi meninggalkan Angga dan Lita karena ia tidak ingin semakin tersakiti dengan melihat mereka berdua.
“Deb tunggu, gue minta maaf kalo lo ngerasa gue udah hancurin semuanya. Tapi, gue udah lama suka sama dia dan itu jauh sebelum lo kenal dia,” Lita menghentikan jalan Debi dan mengungkapkan yang dia rasakan selama ini
“Lit, lo egois, gue pikir selama ini cuma lo yang ngertiin perasaan gue tetapi ternyata enggak, lo malah ngehianatin gue dengan terus dengerin cerita gue sementara lo terus deketin Angga,” ucap Debi dan setelah itu ia pergi meninggalkan Lita yang masih berdiri di tempatnya.
***
Di dalam kamarnya Debi menangis dan pikirannya buyar kemana-mana, ia merasa kisah SMA yang selalu ia banggakan berakhir dengan buruk. Di akhir sekolahnya banyak yang ia tinggalkan, kisah cinta yang selalu membuatnya bersemangat harus ia buang jauh-jauh dan ia juga kehilangan sahabatnya.
Maret, perpisahan dengan akhir yang mengecewakan.

#LombaCeritaMini
#2.0
#dictiocomunity
#EgoismediSekitarKita
#CeritaDiRumahAja
#DiRumahAja

(sumber gambar : Google)