Cerita Lucu "Profesi Bapak"

Suatu hari di sekolah SD. Dalam suasana belajar mengajar:
Guru: “Anak-anak ibu ada tugas. Ayo coba kamu sebutkan kata bijak yg sering dikatakan bapak mu”
Murid 1: “Bapak sering bilang: Hidup ini harus kita LANJUTKAN!”
Guru: “Wah, sepertinya bapak kamu itu pendukung partai demokrat, betul ya?”
Murid 1: “Betul bu”
Guru: “Baik. Ayo ada yang lain…”
Murid 2: “Bapak sering bilang: Hidup haruslah kuat layaknya BANTENG!”
Guru: “Oh ya ya… bapak kamu itu pasti pendukung partai PDIP ya?”
Murid 2: “Betul bu…”.
Guru: “Oh Pantesan. Ayo sekarang lanjutkan lagi… Yang lain…”
Murid 3: “Bapak sering bilang ke saya: Lebih Baik Memberi Daripada Diberi”
Guru: “Wah, itu betul sekali. Bagus…bagus… Bapak kamu pasti Ustad ya?”
Murid 3: “Bukan bu…”
Guru: “Oh, pasti bapak kamu seorang yg taat ibadahnya, betul kan?”
Murid 3: “Kayaknya tidak juga sih bu”
Guru : “Pasti bapak kamu orang baik. Dan sepertinya dia suka bersosialisasi, betul?”
Murid 3: “Tidak juga sih bu…”
Guru: “Terus jadi apa dong!” (kesal)
Murid 3: “Bapak itu seorang petinju bu”

Cerita Lucu Pengusaha dan Calon Karyawan

Seorang pengusaha dari sebuah perusahaan bonafid sedang melalukan test wawancara terhadap seorang calon karyawan.

Pengusaha: “Bagaimana latar belakang pendidikan Anda?”

Calon karyawan: “Sejak TK, SD, SMP, SMA sampai lulus sarjana S2 saya selalu ranking 1 dan jadi juara kelas.”

Pengusaha: “Keahlian apa yang Anda miliki?”

Calon karyawan: “Saya paling ahli dalam mengetik, membuat laporan rugi laba, analisis data dan soal pemprograman komputer, Bapak tak perlu khawatir… saya yang nomor 1.”

Pengusaha: “Apa posisi Anda di perusahaan sebelumnya?”

Calon karyawan: “Mulanya saya hanyalah staff biasa. Tapi karena saya selalu jadi yang nomor 1 di antara karyawan lainnya, hanya dalam waktu kurang dari setahun saya dipromosikan jadi kepala bagian.”

Pengusaha: “Seandainya diterima kerja di sini, apa yang bisa Anda berikan untuk perusahaan?”

Calon karyawan: “Saya akan membawa perusahaan bapak jadi nomor 1 diantara para kompetitor.”

Pengusaha: “Begini… Jujur saya terkesan dengan kata-kata Anda. Tapi maaf, saya tak bisa menerima Anda untuk kerja di perusahaan ini.”

Calon karyawan: “Lho… kenapa Pak?”

Pengusaha: “Karena saya mencari seorang karyawan… bukan sebotol kecap!!”

Calon karyawan: “(melongo…)”