Cerita Abu Nawas dan telur unta

cerita-lucu-abu-nawas

Suatu hari Raja Harun Ar- Rasyid menderita suatu penyakit yang aneh. Tubuh raja tiba- tiba kaku dan terasa pegal. Suhu badannya naik dan tidak kuat untuk melangkah. Penyakitnya semakin parah saat sang raja tidak mau makan.

Berbagai usaha telah dilakukan, hingga tabib dari manapun telah didatangkan , dan obat apapun dicoba, namun hasilnya tetap. Sang raja pun tak kunjung sembuh. Namun ternyata raja tidak menyerah. Sang raja akhirmya mengadakan sayembara dengan hadiah yang besar untuk ornag yang dapat menyembuhkannya.

Berita sayembara akhirnya terdengar oleh Abu Nawas. Abu Nawaspun tertarik untuk mengikuti sayembara. Tanpa berfikir lama Abu Nawas langsung menuju ke Istana Raja.

Kedatangan Abu Nawas untuk mengobati raja membuat sang raja heran .

“ Wahai Abu Nawas, mengapa kau mengikuti sayembara ini, padahal engkau bukan tabib?” Tanya sang raja.

“ Hehehe…, tuan raja jangan hanya melihat penampilanku saja, begini begini aku bisa menyembuhkan orang yang sakit seperti raja” Jawab Abu Nawas.

“Benarkah?” Sang rajapun kaget.

“ Tentu tuan raja” Jawab Abu Nawas meyakinkan.

“Sebenarnya sakit apa yang tuan raja derita?” Tanya Abu Nawas kembali.

“Aku juga tidak tahu, tapi seluruh tubuhku terasa sakit dan badanku panas Abu Nawas” Keluh Raja

“Hahaha” Abu Nawas justru tertawa terbahak-bahak

“Apa yang lucu Abu Nawas?” Tanya sang raja

“Sebenarnya penyakit seperti itu gampang sekali tuan untuk mencari obatnya” Jelas Abu Nawas

“ Sungguh, apa nama obat itu, lalu dimana bisa saya dapatkan obat itu.” Bujuk Abu Nawas penasaran.

“Baiklah, akan saya beritahu tuan Raja. Carilah dulu telur unta itu. Anda bisa mendapatkan dikota Baghdad ini” Terang Abu Nawas.

Seperti mendapat anugerah, sang raja merasa sangat gembira mendengar informasi tersebut dan bersemangat untuk mendapatkan obat itu.

“ Wahai Abu Nawas, awas kalau kau berbohong, akan ku hukum kau” Ancam sang raja

“Cari dulu telur untanya, janganlah kau asal main hukum saja tuan” sanggah Abu Nawas

Keesokan harinya dengan semangat untuk sembuh, sang raja berangkat dengan pengawalnya untuk mencari telur unta yang dimaksud oleh Abu Nawas. Ia sengaja menyamar menjadi rakyat biasa supaya tidak ada yang mengetahui bahwasanya dia adalah raja.

Pasar- pasar di kota Baghdad telah raja kunjungi, namun hasilnya nihil. Telur unta yang ia caripun tidak berhasil raja temukan. Namun raja tidak menyerah, ia mencoba mencari kerumah- rumah warga . Namun tetap saja telur unta tidak ada. Hingga akhirnya sampailah disebuah hutan. Pengawalpun nampaknya kelelahan, namun sang raja tidaka menghiraukannya.

“Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidak menemukan telur itu akan ku hukum kau” Gerutu raja

“Pengawal, bersiaplah kau untuk menghukum Abu Nawas” Perintah sang raja

“Siap tuan, lebih baik kita pulang saja sekarang. Sepertinya memang kita tidak ,menemukan telur itu” Jawab pengawal

Namun raja masih bimbang dengan keputusannya, sambil berfikir ulang. Tiba- tiba seorang kakek lewat dengan membawa ranting

“Tunggu dulu pengawal, coba tanyakan dulu kepada satu orang lagi”

“Baiklah tuan”

Sang raja akhirnya menghampiri kakek tersebut, namun melihat kondisi kakek yang sudah renta , sang raja menawarkan jasa untuk membawa kayu-kayu itu.

Sesampainya dirumah, kakek berterima kasih kepada raja

“Terimakasih nak, semoga Allah membalas kebaikanmu” Ucap sang kakek.

“Sama-sama kek” Jawab raja singkat.

“Oh ya kek, saya mau tanya. Apakah kakek punya telur unta?” Tanya raja yang sejak kemarin belum ditemukan

“Telur Unta?” Tanya kakek heran.

“Hahahaha” tiba-tiba kakek tertawa terbahak-bahak.

“Apakah pertanyaan saya salah kek” Tanya raja ragu.

“Nak, didunia ini mana ada telur unta. Setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan, bukan bertelur. Jadi mana ada telur unta?” Jelas Kakek.

Mendengar penjelasan kakek, sang raja dan pengawal sontak kaget.

“Astagaa, Benar juga. Mana ada ada telur unta, kan unta melahirkan bukan bertelur” Gumam raja baru tersadar.

“Awas kau Abu Nawas” tambah sang raja.

Dengan perasaan jengkel akhirnya sang raja dan pengawal kembali dengan tangan kosong. Keesokan harinya sang rajapun memanggil Abu Nawas untuk menghadapnya. Raja hendak memberi pelajaran kepada Abu Nawas karena telah berani mempermainkan sang raja.

Beberapa saat kemudian Abu Nawaspun tiba, namun dengan santainya Abu Nawas memberi senyum jenaka kepada raja.

“Hai Abu Nawas, beraninya kau membohongiku, sesuai dengan keputusanku bahwa aku akan menghukummu jika kau berbohong padaku. Mana ada telur unta. Unta itu melahirkan bukan bertelur.” Jelas Raja

“ Anda benar tuan.” Jawab Abu Nawas membenarkan.

“Lantas kenapa kau menyuruhku mencari telur unta? pokoknya sekarang kamu harus dihukum!!”. Perintah raja

“Tunggu dulu tuan, sebelumnya saya ingin bertanya”

“Tanya apa “

“Bagaimana kondisi tubuh tuan sekarang?”

“Aku merasa tubuhku sudah tidak pegal dan sakit seperti kemarin, suhu badanku juga turun” Raja pun terdiam sejenak.

“Abu Nawas, aku sudah sembuh, penyakitku hilang Abu Nawas”

“Aku faham, ternyata perjalananku kemarin membuat tubuh-tubuhku yang awalnya tidak bergerak, sekarang bergerak. Dan itu membuat aliran darahku menjadi lancer. Itu penyebabnya , terimakasih Abu Nawas.”

“Benar tuan, tubuh anda tidak dibiasakan untuk bergerak, sehingga aliran darah tuan membeku dan akhirnya menjadi penyakit. Untuk itulah saya menyarankan anda untuk bergerak dengan mencari telur unta tersebut.”

“Memang benar Abu Nawas, akhir- akhir ini saya jarang bergerak dan sering makan, itu mungkin penyebab saya sakit. Maafkan aku Abu Nawas telah memarahimu. Aku tidak akan menghukummu, namun aku justru akan memberi hadiah kepadamu karena kamu telah memberiku saran yang luar biasa”

“Terimakasih tuan” Jawab Abu Nawas.

Abu Nawas dan telur unta untuk obat Raja

Pada suatu hari, Baginda Harun al Rasyid merasakan sakit di seluruh anggota badannya. Untuk berjalan terasa berat hingga akhirnya ia memanggil tabib istana untuk mengobatinya, tapi ternyata hasilnya nihil. Lantaran tabib istana hingga tabib se-Kota Bagdad tak bisa mengobati, akhirnya ia membuat sayembara untuk para tabib agar bisa menyembuhkan penyakitnya. Barang siapa yang bisa mengobati penyakit Harun Al Rasyid akan diberi hadiah uang emas yang banyak.

Sayembara tersebut pun menyebar. Banyak para tabib yang akhirnya ambil bagian mengadu nasib untuk mengobati bagianda raja. Abu Nawas yang mendengar sayembara itu pun tertarik untuk mencobanya. Padahal ia sama sekali tak mempunyai kemampuan mengobati.

Hari yang ditunggu pun tiba. Abu Nawas menghadap Sultan untuk mencoba mengobatinya. “Hai Abu Nawas, rupanya engkau ikut pula dalam sayembara yang kuadakan ini!” kata Sultan.

“Benar, baginda,” kata Abu Nawas.

“Apa kamu bisa mengobati penyakitku ini?” tanya Harun al Rasyid.

“Hamba akan mencobanya baginda. Hamba akan mencoba menerapkan cara-cara yang belum pernah dilakukan oleh tabib lainnya,” jawab Abu Nawas meyakinkan.

Abu Nawas kemudian meminta baginda Harun al Rasyid untuk menerangkan penyakit apa yang diderita agar Abu Nawas bisa memberikan tindak lanjut. Baginda Harun al Rasyid pun menerangkan jika tubuhnya terasa nyeri, tangan dan kakinya terasa pegal-pegal. Setelah memeriksa, Abu Nawas tak langsung mengobati, ia meminta waktu 2 hari kepada baginda Harun al Rasyid untuk meramu resep obat terbaik.

Di bawah pohon yang rindang, ia terus berpikir resep untuk sang baginda. Maklum saja, ia bukan tabib sehingga ia pun bingung harus memberikan resep apa. Sambil duduk dan berpikir, dari kejauhan ia melihat seorang kakek tua yang masih sibuk sendirian memetik buah-buahan di kebun kurma. Abu Nawas yang heran langsung mendekati kakek tersebut.

Setelah bercakap-cakap dengan kakek tersebut, Abu Nawas mendapat jawaban jika kakek tersebut menjadikan aktivitas memetik buah sebagai kesibukan. Jika tak ada kesibukan, kakek tersebut malah merasa badannya pegal-pegal. Dari pertemuan itu, Abu Nawas menemukan penyebab sakitnya Harun al Rasyid.

Esok harinya, Abu Nawas menghadap baginda Harun al Rasyid. “Hai Abu Nawas, belum dua hari kau sudah menghadapku, mana obat untukku?” tanya Baginda Harun al Rasyid.

“Maaf hamba, baginda. Kali ini hamba datang belum membawa obat yang dapat baginda minum, sebab obat yang bisa sembuhkan baginda hanya telur unta. Baginda harus cari telur itu sendiri karena jika tak dicari sendiri, maka khasiatnya akan hilang,” terang Abu Nawas.

“Kalau itu yang kau sarankan, baiklah aku akan segera mencarinya,” jawab baginda.

Dengan sekuat tenaga Harun al Rasyid mencoba mencari telur unta di pasar. Para pedagang pun terheran. Bukankan unta itu beranak, bukan bertelur? Tapi mereka tak berani mengatakan hal itu sebab yang mencari baginda Raja. Setelah berkeliling kota dan tak menemukan satu pun penjual telur unta, Harun al Rasyid bertemu nenek tua yang menjelaskan jika unta tak bertelur tapi beranak. Ia lantas sadar jika ia baru dibohongi oleh Abu Nawas.

Sampai di kediaman, baginda Harun al Rasyid merasa kelelahan setelah perjuangan panjang mencari telur unta dengan berjalan. Ia pun akhirnya tertidur pulas karena capek yang diderita.

Esok harinya ia tampak segar bugar dan anehnya sakit yang diderita hilang. Ia lalu menyuruh para pengawal untuk meminta Abu Nawas menghadapnya. Tak lama kemudian Abu Nawas menghadap.

“Bagaimana baginda, apakah baginda telah menemukan telur unta yang hamba anjurkan?” tanya Abu Nawas setelah memberikan salam kedatangan.
“Rupanya engkau telah mempermainkanku, ya?” jawab bagianda dengan marah.

“Apa yang baginda maksud?”

“Engkau menyuruhku mencari telur unta, padahal unta tak bertelur, melainkan beranak,” terang Bagianda Harun al Rasyid.

Abu Nawas kemudian menceritakan pertemuannya dengan kakek tua itu hingga memperoleh hikmah jika anggota badan yang tak pernah digerakkan akan membuat orang sakit. Pengalaman itulah yang ingin diterapkan Abu Nawas kepada bagindanya supaya ia tak hanya memerintah tetapi juga bergerak.

“Tentu saja baginda tidak akan menemukan telur unta, sebab tidak akan mungkin ada unta yang bertelur. Tapi bukankan baginda sekarang sudah merasa lebih enakan?” tanya Abu Nawas setelah memberikan penjelasan.

“Benar…! Apa yang kau katakan itu benar Abu Nawas,” jawab Baginda yang tak lagi marah mendengar jawaban Abu Nawas. “Bahkan aku semalaman dapat tidur dengan pulas sekali.”

"Kalau begitu, betul jika ada pepatah yang mengatakan, ‘tidak ada kelezatan kecuali setelah kepayahan’,"sahut Abu Nawas.

Mendengar hal itu, Harun al Rasyid pun tertawa dan geleng-geleng kepala atas kecerdikan Abu Nawas. Kisah ini diceritakan dalam karangan Abu Nawas dan Telur Unta karya Imam Musbikin.