Bumi Kita Rumah Kita

Banyak yang tidak beres dengan dunia, sudah menjadi rahasia umum kalau bumi memang perlahan mulai hancur. Pemanasan Global, air yang sudah kelebihan muatan dan akhirnya naik kepermukaan, gunung – gunung yang marah, tanah sering bergetar karna sudah tidak kuat menopang semua beban, udara yang sudah penuh dengan polusi, banyak tumbuhan dan hewan yang menjadi langka, virus kecil yang membuat geger satu dunia. Dan apa yang biasa kalian lihat sekarang? Hanya sampah bukan. Lalu apa manusia penghuni planet ini peduli? Jawabannya hanya sebagian kecil yang peduli. Sisanya mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, Egoisme yang menyebabkan semua itu terjadi, banyak dari mereka yang hanya memikirkan untuk keuntungannya sendiri tapi merugikan bagi bumi dan makhluk lain.

Contohnya orang-orang tingkat atas itu, kenapa mereka terus menerus membangun gedung gedung besar yang sampai mencakar langit, dan menebang pohon yang mengganggu disekitar gedungnya. Mungkin tanpa mereka tahu tanah sedang menahan sakit akibat tubuhnya terus ditancapkan oleh bangunan yang besar. Dan juga kenapa mereka selalu mengambil ikan dilaut dalam jumlah yang tidak masuk akal, tidakkah mereka berfikir jika ikan dalam laut sudah habis lalu siapa yang akan menjadi teman air? Mungkin air akan kesepian tanpa adanya ikan-ikan yang menghiburnya. Lalu bagaimana dengan polusi yang dihasilkan pabrik apa mereka tidak sadar mungkin sebentar lagi oksigen akan digantikan dengan asap. Bahkan lebih parahnya orang-orang tingkat atas itu membuang limbah sampahnya kemanapun mereka mau, apa mereka tidak tahu laut dan tanah tidak berteman dengan sampah. Kenapa mereka suka sekali merusak bumi, apa mereka tidak memikirkan akibatnya? Tidak hanya berdampak bagi bumi, tapi juga bagi makhluk hidup lain yang tidak bersalah. Aku tahu kita tidak semuanya sama tapi kita hidup di planet yang sama, ini rumah kita, kita harus menyelamatkannya, kita bodoh tidak merawatnya sejak dulu.

Aku ingat ketika aku kecil, bermain dengan temanku di sebuah lapangan yang banyak pohon dan rumput hijau yang luas. Kita bersenang-senang disana, bermain dengan alam sangat menyenangkan. Tapi kini tempat itu sudah hilang, sudah tidak ada lagi pohon tinggi yang biasa kita panjat, tidak ada lagi hamparan rumput hijau yang kita pakai untuk berbaring sambil memandang langit, tidak ada lagi semak-semak tempat persembunyian saat bermain petak umpet. Sekarang tempat itu sudah menjadi pabrik tekstil, tidak hanya mengambil tempat bermainku semasa kecil tapi pabrik itu juga merusak sungai yang berada didekatnya. Mereka menghasilkan limbah beracun dan membuangnya ke sungai, padahal sebelumnya sungai itu sangat jernih, banyak ikan yang tinggal, tapi kini warna air di sungai itu sudah berubah menjadi warna coklat tanah, berbau busuk dan banyak sampah dipinggir sungai, menjijikan.

Bumi sudah sering kali memperlihatkan kemarahannya, tetapi apa mereka sadar? tidak, mereka malah melanjutkan keegoisannya, mereka terus memperbanyak gedung, menambahkan sampah dan menipiskan hutan. Tahun ke tahun manusia terus menerus merusak planet mereka sendiri. Aku yakin bumi sudah sangat Lelah, bumi sudah terlalu tua untuk menampung semua beban yang semakin bertambah. Suatu hari dia akan benar-benar murka kepada manusia. Andai semua makhluk dibumi mengubah pemikirannya mungkin bumi tidak akan merasakan rasa sakit ini, dia akan bahagia.

Aku ingin bumi bahagia dan sehat kembali, aku ingin dia beristirahat dengan tenang, kalau aku bisa berbicara kepadanya, aku ingin mengatakan hal-hal yang membuatnya tenang seperti “terimakasih kamu sudah mau menampung dan menjaga kami, terimakasih sudah menjadi rumah kami. Kami tahu kamu lelah, kamu telah menampung beban yang begitu berat dan menahan rasa sakit yang mendalam karna itu maafkan kami, ini salah kami dan keegoisan kami karna telah merusakmu. Tapi tenang saja suatu hari nanti itu akan berakhir, ada rencana yang indah dibalik rasa sakit yang dirasakan. Aku yakin itu, kamu pasti akan bahagia. Bertahanlah sebentar lagi.”

Karya : Ajeng Diva Kusuma Wardani