BPA FREE Pada Botol Plastik, Apakah Tetap Aman Digunakan?


Gambar : Label BPA FREE pada botol plastik
Sumber : cbc.ca

BPA FREE merupakan label yang biasa tercantum pada kemasan botol plastik. BPA atau bisphenol-A merupakan zat kimia berbahaya yang terdapat pada produk plastik jenis Polycarbonate (PC). BPA banyak ditemukan pada produk plastik yang sering kita gunakan sehari-hari, seperti botol minum, lensa kacamata, dan juga salah satu bahan kaleng makanan. Namun, banyak negara yang telah melarang penggunaan Polycarbonate sebagai botol plastik dan juga food packaging karena mengandung zat berbahaya BPA.

BPA berbahaya bagi tubuh, antara lain, BPA memberikan dampak negatif pada bayi. Berdasarkan penelitian pada tahun 2011, anak yang lahir dari ibu dengan kadar BPA lebih tinggi dapat lebih hiperaktif, cemas, dan depresi. Mereka juga menunjukkan reaktivitas emosional 1,5 kali lebih banyak dan agresivitas 1,1 kali lebih banyak (Joe M. Braun et al.,2011). Paparan BPA juga dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan PCOS (Polycystic ovary syndrome). Hal tersebut berdasarkan penelitian oleh Eleni Kandaraki pada tahun 2011 bahwa kadar BPA wanita penderita PCOS lebih tinggi 46% dibandingkan dengan wanita bukan penderita PCOS (Eleni Kandaraki et al.,2011).

Berbagai bahaya yang disebabkan oleh BPA atau bisphenol-A mengakibatkan larangan penggunaan Polycarbonate sebagai botol plastik dan juga food packaging di sejumlah negara. Sehingga, banyak ditemukan kemasan botol plastik dengan label BPA FREE yang menyatakan bahwa produk tersebut bebas kandungan BPA. Lantas, jika suatu produk plastik dinyatakan bebas BPA, apakah produk tersebut masih aman untuk digunakan?

Larangan penggunaan BPA membuat produsen mengganti zat BPA dengan zat alternatif lain seperti BPS (bisphenol-S). Peneliti dari National Academy of Sciences melakukan uji coba BPS terhadap plasenta tikus. Hasilnya, zat alternatif BPS dapat menembus melalui plasenta tikus, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan janin di dalam rahim tikus. Plasenta tikus memiliki struktur yang hampir mirip dengan plasenta manusia, oleh karena itu, efek yang ditimbulkan oleh BPS pada tikus kurang lebih sama dengan efek paparan BPS pada manusia (J. Mao et al.,2020). Maka dari itu, produk plastik berlabel BPA FREE tidak menjamin produk tersebut benar-benar aman dari zat-zat berbahaya. Jadi, perlu kita cermati kembali pembelian, penggunaan, dan perawatan produk plastik untuk kehidupan sehari-hari.

Referensi :

Braun, J. M., Kalkbrenner, A. E., Calafat, A. M., Yolton, K., Ye, X., Dietrich, K. N., & Lanphear, B. P. (2011). Impact of early-life bisphenol A exposure on behavior and executive function in children. Pediatrics, 128(5), 873–882.

Kandaraki, E., Chatzigeorgiou, A., Livadas, S., Palioura, E., Economou, F., Koutsilieris, M., Palimeri, S., Panidis, D., & Diamanti-Kandarakis, E. (2011). Endocrine disruptors and polycystic ovary syndrome (PCOS): elevated serum levels of bisphenol A in women with PCOS. The Journal of clinical endocrinology and metabolism, 96(3), E480–E484.

Mao, J., Jain, A., Denslow, N. D., Nouri, M. Z., Chen, S., Wang, T., … & Lei, Z. (2020). Bisphenol A and bisphenol S disruptions of the mouse placenta and potential effects on the placenta–brain axis. Proceedings of the National Academy of Sciences, 117(9), 4642-4652.

1 Like

Bisphenol A (BPA) adalah senyawa sintetis organik dengan rumus kimia (CH3)2C(C6H4OH)2 yang termasuk dalam kelompok turunan difenilmetana dan bisphenol, dengan dua gugus hidroksifenil. Ini adalah padatan tak berwarna yang larut dalam pelarut organik, tetapi tidak larut dalam air (0,344% berat pada 83 °C).