Bobot, bibit, bebet: zaman sekarang masih relevan?

Dalam budaya Jawa bobot, bibit, bebet adalah tiga hal atau kriteria yang umum diperhatikan ketika mencari jodoh atau pasangan. Kriteria tersebut menjadi semacam alat kalibrasi bagi orang Jawa untuk menentukan calon menantu yang baik bagi anak-anaknya.

Dalam The Centhini Story: The Javanese Journey Of Life, disebutkan bahwa bobot artinya kualitas diri, baik secara lahir maupun batin. Termasuk keimanan, pendidikan, pekerjaan, kecakapan dan perilaku si calon yang bersangkutan. Bibit adalah asal-usul atau garis keturunan bermakna bahwa orang tersebut harus jelas latar belakangnya. Dari mana ia berasal, dengan cara apa dan oleh siapa ia dididik. Karena meski bagaimanapun, watak atau karakter adalah sesuatu yang berpotensi diturunkan dalam keluarga. Bebet memiliki asal kata bebedan, atau cara berpakaian. Cara seseorang menampilkan dirinya merupakan penggambaran dari apa yang ada dalam sejatinya orang tersebut. Terlebih, zaman dulu cara berpakaian menunjukkan status sosial seseorang.

Zaman sekarang sebagian orang masih menjalankannya, namun sebagian sudah tidak. Jika seseorang sudah “mabuk cinta” terhadap pasangannya, bisa saja aspek-aspek ini kurang diperhatikan.

Menurut teman-teman, apakah konsep ini masih relevan di zaman sekarang? Bagaimana tanggapan kalian?

Referensi

Sundari, D. (17 Mei 2017). Memahami Makna Bobot, Bibit, Bebet. Kompasiana. Diambil dari https://www.kompasiana.com/dewisundari/591badbd317a61a21829b2b8/memahami-makna-bobot-bibit-bebet

2 Likes

Meskipun kita sudah mengalami perkembangan zaman yang jauh lebih modern dengan masuknya berbagai pemikiran dan kebiasaan baru, menurutku sebagai orang Jawa budaya bobot, bibit, dan bebet ini masih bisa dikatakan relevan dan justru masih penting. Pada dasarnya, pernikahan itu merupakan sebuah janji suci seumur hidup yang engga hanya menyatukan kedua mempelai tapi juga menyatukan kedua keluarga besar. Oleh karena itu, menurutku sangat penting bagi orang tua untuk mencari tahu siapa calon menantu mereka guna memastikan kualitas dan jati dirinya. Bobot, bibit, dan bebet merupakan suatu metode yang cukup efektif sebagai pencegahan hal-hal yang tidak kita inginkan untuk terjadi di masa depan.

Bobot menurutku adalah hal-hal dasar yang dimiliki dalam diri calon menantu. Bobot adalah bekal sang calon menantu untuk hidup bersama pasangannya, atau jika bagi calon menantu laki-laki adalah sebagai bekal untuk menghidupi istrinya kelak. Wajar jika orang tua sangat memperhatikan kriteria ini karena pernikahan pada dasarnya adalah momen penyerahan anak kesayangan mereka kepada menantunya.

Bibit merupakan proses untuk memastikan asal-usul keluarganya. Seperti yang aku bilang di atas, pernikahan itu juga menyatukan dua keluarga besar sehingga harus dipastikan bahwa keluarga sang calon menantu adalah keluarga yang baik agar dapat terjalin hubungan dan komunikasi yang harmonis.

Bebet kalo menurutku selain proses melihat cara berpakaian, juga dapat diartikan sebagai proses melihat sikap seseorang saat bersosialisasi dengan masyarakat. Kita sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian sehingga selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dengan demikian, kita harus bersikap baik di kehidupan sosial kita agar selalu dihargai dan dipandang baik oleh masyarakat.

Jadi dari fungsi yang aku sebutin, budaya bobot, bibit, dan bebet masih sangat penting dan relevan di zaman sekarang. Justru saat ini harusnya kita lebih waspada terhadap seseorang karena banyaknya penipuan yang tentunya dapat merugikan kita. Sikap “mabuk cinta” terhadap seseorang tanpa mau realistis terhadap bobot, bibit, dan bebetnya adalah sikap yang kurang tepat.

1 Like

Saya pribadi menganggap, ketiga hal ini memang patut kita pertimbangkan sebelum serius memutuskan untuk menikahi seseorang.Kurang lebihnya, pasti ada, dan disinilah masuknya faktor cinta, peluang perkembangan diri yang kita lihat serta dinamika hubungan suami-istri seperti apa yang kelak akan terjadi. Kematangan kepribadian keduanya, akan teruji kalau misalnya lalu tahu bahwa di garis keturunan calon mertua laki-laki ada beberapa paman,keponakan yang epilepsi. Susah menerima ini kalau kita percaya bahwa epilepsi tak bisa sembuuh.Padahal kemajuan kedokteran sudah membuat penderitanya bisa mengontrol serangan yang datang, bahkan pada jenis- tertentu seakan hilang,sejalan dengan pengobatan yang rutin dilakukan. Jadi, tahu dan paham akan kondisi masing-masing,menurut saya justru memperkaya nuansa kedekatan kita,karena kita memulainya bukan dengan menyembunyikan fakta,melainkan dengan keterbukaan.
Takut dikatakan kuno? Yang tradisional,konvensional,sudah sering terbukti mampu menjadi andalan untuk mem filter kita dari hall-hal yang bisa dihindari sebelum terlambat karena sudah membuat keputusan

1 Like

Menurut aku, melihat bobot, bibit, bebet seseorang masih relevan sampe saat ini. Sekarang hal tersebut menjadi hal umum yang dilakukan oleh kebanyakan orang, jadi gak cuman orang Jawa aja yang melakukan itu. Pernikahan merupakan suatu hal yang tidak bisa dianggap main-main, lewat pernikahan juga, dua insan dan dua keluarga dihubungkan menjadi satu. Untuk itu, kita perlu melihat kualitas dan latar belakang seseorang yang akan dijadikan pasangan kita, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

1 Like

Aku sendiri berpendapat bahwa ketiga hal ini sangat penting dan masih relevan untuk diterapkan guna memilih calon pasangan. Ada istilah “baju yang kita beli saja perlu kita pilih dan ada proses seleksinya, apalagi calon pasangan untuk menemani kita seumur hidup”. Tiga hal itu penting untuk dipertimbangkan agar dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada hubungan rumah tangga seperti penyesalan dan samapi perceraian.

Karena benar statement kak @najmafa bahwa pernikahan ini bukan hanya menghubungkan dua insan saja, melainkan menghubungkan dua keluarga menjadi satu kesatuan. Maka dengan mempertimbangkan bibit, bebet, bobot sebelum melangsungkan pernikahan adalah hal yang paling bijaksana untuk dilakukan.

1 Like