Bisakah laki-laki dan perempuan bersahabat tanpa melibatkan perasaan?


Sering kita jumpai di beberapa film bahwa sering di dapati bahwa pertemanan antara laki-laki dan perempuan selalu diakhiri dengan salah satunya akhirnya memiliki perasaan atau menyimpan perasaan terhadap sahabatnya sendiri.

Namun apakah menurut teman-teman Youdics bisakah laki-laki dan perempuan bersahabat lama tanpa melibatkan perasaan? Yuk bagikan pendapat kalian!

1 Like

Dalam teori psikologi sosial salah satu yang mempengaruhi hubungan interpresonal adalah kedekatan (proximity). Witing tresno jalaran soko kulino. Istilah ini mungkin cukup sering kita dengar sebuah pepatah jawa yang berarti bahwa ketika kita sering bertemu dengan orang tersebut maka kita akan terbiasa dengan orang tersebut, dan memungkinkan kita untuk lebih dekat serta kemudian jatuh cinta. Baron & Bryne (2008) juga mengatakan semakin kita kenal dengan seseorang maka kita akan mendapat positif side dari orang tersebut yang mungkin akan memunculkan ketertarikan antara satu sama lain.
jadi kalau dari saya pribadi, tidak mungkin. sedikit banyaknya pasti pernah terlepas dari apakah perasaan tersebut diikuti atau bahkan ia abaikan.

terimakasih kakak, semoga membantu

1 Like

Menurut saya bisa aja laki-lai dan perempuan bersahabat tanpa melibatkan rasa suka. Disini perasaan yang dibicarakan adalah perasaan suka seperti kepasangan ya. Tapi kalau rasa sayang seperti ingin melindungiatau menemani menurut saya itu pasti ada. Karena mereka menjalin persahabatan.

2 Likes

Menurut aku ada yang bisa dan ada juga yang tidak. Jadi lebih tepatnya balik lagi ke diri orang masing-masing ya. Disekitar aku ada perempuan dan laki-laki bersahabat, dan tanpa disadari salah satu di antara mereka ada yang berujung jatuh hati.

Seperti yang disampaikan oleh kak Abdullah di atas, karena terlalu sering bertemu, menghabiskan waktu bersama, ada kemungkinan untuk merasakan kenyamanan hingga jatuh hati. Banyak juga kasus dari persahabatan hingga menjadi pasangan, entah hanya sekedar pasangan pacar ataupun pasangan suami-istri.
Tetapi diluar sana banyak juga yang bersahabat beneran pure sahabat, tanpa melibatkan rasa apa pun.

Aku pribadi memiliki teman lawan jenis, tetapi aku tetap pasang boundaries dan tidak mau terlalu begitu dekat, walaupun hanya sebatas sahabat. Karena aku sendiri takut salah satu dari kita ada yang jatuh hati. Jatuh hati tidak selalu berujung manis, kalau salah satunya tidak juga memiliki perasaan yang sama, bisa jadi hubungan persahabatan akan terasa awkward dan pastinya salah satu diantaranya ada yang tersakiti.

2 Likes

tergantung perasaan sayang seperti apa, menurut saya perasaan itu konteksnya luas. apalagi untuk berinteraksi dengan cakupan persahabatan. kalau menurut anda, perasaan akan cinta itu sih tergantung pribadi masing-masing karena setiap orang memiliki kasus yang berbeda-beda. kalau dari pengalaman saya sendiri sih, saya merasa bisa saja laki-laki dan perempuan bersahat tanpa melibatkan perasaan (cinta). Tapi bukan berarti tidak ada sama sekali perasaan yang terlibat. perasaan disini yang saya masuk seperti perasaan peduli, kecenderungan buat ingin mereka dapt yang terbaik, mengerti satu sama lain, dan lainnya. hal ini juga tentu berlaku dalam bersahabatan yang juga sesama jenis.

2 Likes

Bentuk perasaan disini kan banyak macamnya, ada perasaan nyaman, perasaan ketertarikam, perasaan sayang sebagai sahabat, atau bahkan menyimpan perasaan sayang lebih dari sebagai sahabat. Jadi menurutku tidak bisa dipungkiri, bahwa perasaan-perasaan tersebut kemungkinan besar akan muncul baik dari salah satu pihak atau keduanya. Termasuk aku pribadi, pernah mengalami hal itu. Mungkin pada awalnya memang kita yakin bahwa perasaan lebih untuk sahabat lawan jenis itu tidak akan muncul, namun siapa sangka bahwa ternyata perasaan itu seringkali tidak bisa kita hindari. Sehingga, tidak jarang pula banyak orang yang memendamnya dengan alasan takut persahabatan yang mereka jalani sejak lama itu berakhir. Sebab mereka tahu bahwa jika status mereka berubah menjadi pasangan, maka kemungkinan besar terjadinya resiko putus hubungan akan terjadi. Sehingga sebagian besar orang memilih untuk menetap sebagai sahabat, atau bahkan berhasil menjalin hubungan lebih hingga pada akhirnya menikah.

Berbagai perasaan yang muncul antar sahabat terjadi karena kita telah terbiasa megutarakan perasaan atau curhat, menghabiskan banyak waktu bersama sehingga mengetahui sisi buruk dan baik dari kedua belah pihak, selalu ada di saat kita membutuhkannya, dan banyak hal lainnya. Maka dari itu, wajar jika perasaan nyaman atau sayang itu muncul. Namun, hal itu bisa kita hindari dengan cara memiliki ‘batasan’. Batasan tersebut seperti, memperlakukannya dengan sewajarnya layaknya seperti teman, tidak terlalu intens untuk chatting atau telfon, dan tidak selalu bergantung padanya. Adapun strategi menurut Dewi dan Minza (2016), mengatakan bahwa strategi mempertahankan hubungan dalam pertemanan lawan jenis dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap hubungan yang dijalaninya. Pasangan yang melihat hubungannya sebagai pertemanan platonic membicarakan hubungan romantis kepada sahabatnya, tidak memikirkan pandangan pihak eksternal mengenai pertemanannya, dan mengalihkan pembicaraan jika menghadapi situasi romantis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan persahabatan lawan jenis kemungkinan besar sulit untuk tidak melibatkan perasaan, namun dapat dihindari.

Sumber

Dewi, Safira Tiara. Minza, Wenty Marina. 2016. Strategi Mempertahankan Hubungan Pertemanan Lawan Jenis pada Dewasa Muda. 2(3). 192-295

2 Likes

Menurutku bisa tidaknya itu tergantung komitmen diri masing-masing. Teman temanku menyebutku anak yang easy going dan friendly kepada siapapun (entah laki-laki atau perempuan) namun meskipun demikian aku tetap memiliki boundaries untuk berkawan, terutama dengan lawan jenis. Karena terkadang orang lain keliru memaknai sikap baik yang kita beri. Aku tetap bersikap sewajarnya karena takut jika tanpa aku sadari malah memberikan harapan :laughing:

Aku pribadi memiliki teman lawan jenis, tetapi aku tetap pasang boundaries dan tidak mau terlalu begitu dekat, walaupun hanya sebatas sahabat.

Akupun sama seperti kak najma, memiliki sahabat lawan jenis dan sama sama tetap pasang boundaries. Biasanya, kalau aku udah merasakan sinyal-sinyal baper (entah dari teman atau aku sendiri) aku akan menarik diri, aku akan berusaha memberikan space diantara kita serta mengurangi intensitas chat atau main bareng hingga beberapa waktu. Karna kan gimana yaa, perasaan orang lain kita gabisa kendalikan yang bisa kita kendalikan hanya diri sendiri. Kita tahu bagaimaan harus bersikap agar persahabatn itu tidak berubah statusnya

1 Like

Setuju sama pendapat kak @dinarizki, bisa atau tidaknya itu tergantung komitmen individunya. Ada yang benar-benar hanya ingin bersahabat saja sehingga mereka memasang boundaries pada diri mereka tetapi ada juga yang tidak masalah jika nantinya berujung dengan jatuh hati terhadap sahabatnya. Kalau menurutku bersahabat tanpa melibatkan perasaan itu memang sulit dihindari karena pasti intensitas bertemunya sangat tinggi, saling mengutarakan cerita hidupnya, dan pasti paham sifat baik dan buruk satu sama lain hingga selalu hadir disaat kita saling membutuhkan.

Biasanya ketika kita sudah merasa bahwa ada perasaan lebih terhadap sahabat lawan jenis, kita akan cenderung untuk menyembunyikannya. Setuju sama pendapat kak @Iasha_Zahara

Tapi, menurutku itu bisa dicegah dengan membuat boundaries itu tadi. Aku juga percaya kalo perasaan terhadap sahabat itu hanya akan bertahan sesaat saja jadi tidak akan bertahan lama. Makanya aku lebih memilih untuk tetap bersahabat saja dengan tetap memasang boundaries.

1 Like

Secara harfiah, seorang laki-laki dan perempuan bisa saja dan sah sah menjadi teman. Tapi pada satu titik, mereka bisa saja jatuh cinta satu sama lain. Saat pertemanan yang terjalin sudah berjalan cukup lama, salah satu atau bahkan keduanya bisa tiba-tiba merasakan jatuh cinta. Ada yang cuma sementara, atau mungkin jatuh cinta pada saat-saat tertentu, bisa jatuh cinta pada waktu yang salah, bisa jatuh cinta yang datang terlambat, atau mungkin selamanya, karena cinta suka datang tiba tiba, tanpa diduga dan tanpa memandang itu siapa. Biasanya, salah satu di antaranya mulai tertarik karena sudah mengerti bagaimana perasaan satu sama lain, betapa nyaman ngobrol antara satu sama lain, betapa nyaman bisa berada disebelah satu sama lain, betapa menyenangkannya jalan bareng, dan lain-lain. Bagi perempuan khususnya, memilih teman dekat, paling utama adalah chemistry yang terjalin antar satu sama lain. Minimal perempuan akan berteman dekat dengan laki-laki yang mengerti perasaannya, ada minat yang sama, dan tentunya asik. Bukankah itu juga salah satu trik untuk mencari cinta sejati, bukan?

Laki-laki dan perempuan bisa saja mereka nongkrong seharian, kemudian ketika ada suatu keperluan salah satu dari mereka meminta untuk ditemani atau diantar, dll. Meskipun nggak gak semua, terkadang ada juga persahabatan yang nggak berujung pada hubungan asmara yang serius. Bukan karena keduanya tidak saling mencintai, saling suka, tapi lebih tepatnya “cinta bertepuk sebelah tangan”. Namun, ada juga yang sudah bersahabat lama tapi nggak punya hubungan khusus di dalamnya. Ini juga bukan karena tidak memiliki perasaan cinta, bukan juga karena cintanya tak terbalas. Tapi salah satu atau bahkan keduanya memiliki sikap bijaksana dalam pengambilan sikap untuk tidak mengedapankan perasaan mereka karena takut dapat menghancurkan hubungan persahabatan.

1 Like