Berpikir Kritis di Umur Yang Terbiasa Overthinking, Normalkah?

Overthinking

Diumur rawan seperti 21 tahun banyak sekali hal yang kita fikirkan remaja yang sedang beranjak dewasa ini mulai melihat sisi kelam dunia, mulai paham bahwa hidup ke kanan salah ke kiripun salah dan mulai mengetahui apa itu jalan tengah. Bahkan ada yang mulai mengerti kata cinta dalam pasangan tidak lagi sekedar pacaran tetapi pasangan hidup yang bermakna bagi satu dan lainnya. Bukan lagi saling suka satu dan lain tetapi bagaimana melengkapi. Dalam berfikir pun manusia yang menanggap dirinya dewasa ini mulai mengenal kata “ overthingking

Kita tidak akan pernah lepas dari suatu masalah tapi mengatasi masalah tersebut adalah hal yang menarik bagaimana caranya ? dimulai dengan berfikir kritis. Ketika kita dihadapkan dengan masalah, kita justru ditantang untuk mencari jawabannya. Dalam mencari jawaban kita melakukan analisa dan pengujian terhadap pikiran kita.

Pada level berfikir ini kita ditantang merefleksikkan hidup kita, itu menjadi pemicu untuk kita maju. Dengan usaha ini kita mampu menarik kesimpulan yang valid, mengambil keputusan secara tepat, serta melangkah dan bertindak secara benar. Dalam melakukannya sering sekali terjadi kekeliruan, tetapi itu harusnya sudah diantisipasi sebeulmnya sehingga kalaupun hal itu terjadi solusinya pun sudah siap.

Manusia yang mau ditantang adalah dia yang mau maju dan berkembang. Karena dengan tantangan ia dapat bertumbuh dengan kata lain ketika kita aktif memutuskan untuk menghadapi tantangan, kita menunjukkan diri untuk mau bertumbuh dan berkembang. Pada level ini kita mulai berpikir dengan serius. Ini merupakan tahap realisasi dan pengembangan kekuatan kehendak. Kita juga sudah berani mengakui hakikat dan kedalaman masalah. Di pola pikir ini kita mengeksplorasi diri dan berupaya menempatkan diri dalam proses berfikir terus-menerus.

Hal yang paling penting adalah banyak sekali manusia yang menghjndar dari masalah dengan harapan bisa menyelesaikannya. Namun justru keliru sebab cara menyelesaikkan sebuah masalah bukan dengan menghindarinya tetapi berani untuk menghadapinya. Dalam proses penyelesaian ini kita harus mengidentifikasinya dahulu baru mengatasinya.

Dalam berdamai dengan masa lalu banyak sekali yang kesulitan karena itu adalah hal wajar. Sulit meninggalkan kenangan dan pahitnya peristiwa masa lalu tetapi secara sadar sikap ini justru menghambat kita untuk maju kedepan. Meninggalkan masa lalu dan berdamai dengannya justru menjadi titik pijak bagi kita untuk bangkit. Masa lalu haruslah menjadi pelajaran untuk masa sekarang. Menatap masa depan yang lebih baik. Bila kita mampu meninggalkan masa lalu kita akan memiliki keberanian dalam mengungkapkan hal-hal positif dan juga hal-hal negative. Berani dalam menghadapi kenyataan yang berubah-ubah. Kita juga bisa membantu orang lain kenapa ? karena kita sudah berhasil membantu diri kita sendiri untuk bangkit dari kata terpuruk.

Untuk kalian generani 21 tahun yang diselimutti oleh overthingking mari persingkat saja seperti ini, ibarat menanam pohon pisang, pada level terakhir dimana kita terlepas dari belenggu masa lalu dan kekhawatiran kita sudah memanen bauhnya yang matang. Jadi buah-buah internalisasi keutamaan intelektual dirasakkan oleh diri kita dan orang lain juga.

Sumber buku : berfikir kritis kecakappan hidup di era digital, Penulis : Kasdin Sihotang.