Berpakaian Baik dan Menarik untuk Mengatasi Galau

Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pakaian yang digunakan seseorang dengan kondisi psikis seperti suasana hati atau mood. Salah satu kondisi psikis dengan arah negatif adalah galau. Apakah berpakaian baik dapat memperbaiki kondisi psikis seseorang yang sedang galau?

2 Likes

Hubungan Pakaian dengan Emosi

Beberapa percabangan dari ilmu fashion memiliki pembahasan bidang psikologis dimana fashion juga berpengaruh pada emosi seseorang. Salah satu penelitian yang menunjukan pendapat tersebut adalah hasil dari penelitian Scoot (2018)

Clothing is employed as a styling tool to manage their mood, different clothing strategies are in place to manage their appearance, social interactions, and feelings about themselves, and the clothing they wear reinforces and validates their self-concept. The findings of this study indicate a strong connection between clothing, emotion, mood, self-concept, and self esteem. Scoot (2018)

Pakaian juga menggambarkan bagaimana seorang psikiater menganalisa gejala-gejala penyakit psikis seperti cyclothymia. Cyclothymia merupakan gangguan mood yang menyebabkan gejolak emosi, masih jauh dibawah kadar bipolar namun gejala termasuk gejolak psikologis tinggi dan rendah yang dapat menjadi lebih jelas seiring waktu. Cyclothymia dapat bertahan selama bertahun-tahun atau seumur hidup bergantung pada penanganannya.

Penderita cyclothymia dapat dilihat memiliki gangguan pada psikologi dimana terlihat secara penampilan fisik yang cenderung eksentrik, menggunakan pakaian dengan warna yang mencolok, terdapat pula penampilan seperti orang pada umumnya, dan bertindak apatis dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan masyarakat tentang dirinya. Kerentanan psikologis (psychological vulnerability) dinilai pada kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan dalam mendorong munculnya gangguan bipolar. Yen (2015)


Sumber: idntimes.com

Penemuan mengenai adanya hubungan antara penggunaan pakaian dengan emosi seseorang mengarahkan pada asumsi bahwa menggunakan pakaian juga bisa berpengaruh pada mood seseorang, apalagi pada seseorang yang galau. Galau menurut KBBI adalah kondisi pikiran kacau tidak keruan. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa galau merupakan salah satu jenis emosi.

Teori psikoanalisis Sigmund Freud tentang alam sadar dan alam prasadarnya ini ternyata ada hubungannya dengan munculnya kegalauan. Alam pra sadar lebih diartikan sebagai gudang dari memori, sensasi, atau yang disebut kenangan menurut Freud. Kenangan-kenangan itu seperti; kenangan-kenangan indah dengan sang mantan, pada saat pergi makan dan minum bersama, berlibur bersama dan lain sebagainya. Alam prasadar yang berisi kenangan-kenangan ini tanpa kita sadari sewaktu-waktu dapat terangkat ke alam sadar.

Proses berpikir seseorang melibatkan dua aspek yaitu pengetahuan dan psikis (Moody, 2010). Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan suatu kegiatan, kemampuan berpikir secara logika juga dihubungkan dengan konsep nilai pribadi dan lingkungan. Hal tersebut yang dapat menghubungkan proses pemilihan hingga penggunaan pakaian dengan emosi yang dimiliki (Scoot, 2018). Konklusi dari pernyataan ini adalah terdapat fakta mengenai hubungan pakaian dengan kondisi emosi seseorang. Galau merupakan salah satu kondisi psikis dengan kategori negatif. Selanjutnya apabila memang terdapat cara efektif bagi seseorang untuk mengubah kondisi negatif emosi melalui pakaian dapat dijelaskan kemudian.

Referensi
  1. Freeburg, B.W. & Workman, J.E. (2016). Dress Codes and Uniforms
  2. Moody, W., Kinderman, P., & Sinha, P. (2010). An exploratory study: Relationships between trying on clothing, mood, emotion, personality and clothing preference. Journal of Fashion Marketing and Management: An International Journal, 14(1), 161-179.
  3. Scoot, Julia. 2018. Fashion and Positive Psychology: Interactions Between Clothing, Self-Concept, and Well-Being. University of Guelph