Berlebihan mengembangkan diri malah bikin stres hingga bunuh diri. Inikah efek samping self-improvement?

STRES

Dalam beberapa waktu terakhir, seketika instagram saya dibanjiri oleh kesehatan mental. Sebagian besar tentu beralasan karena pandemi. Tapi saya teringat dengan tingginya kasus yang berawal dari stres ringan menuju depresi hingga bunuh diri. :frowning_face:


Sumber data WHO dan World Bank

Pada tahun 1950-an, negara maju yang sedang berjuang menuju kemakmuran abadi, memiliki angka bunuh diri lebih tinggi. Berbanding terbalik dengan kasus 2017, di mana negara ketiga yang justru rentan terhadap bunuh diri. Kemajuan negara tentunya erat dengan kualitas sumber daya manusia di dalamnya. Semakin manusia mengasah dirinya, ia akan menjadi manusia yang berkualitas. Berbeda dengan negara ketiga yang saat ini baru mulai awere dengan pengembangan diri. :thinking:

Saya yakin bahwa setiap orang telah berusaha untuk mengembangkan diri, tapi tidak semua orang bisa hidup baik-baik saja di tengah ketidakseimbangan ini. Jikalau kegagalan hanya berlangsung 1 tahun mungkin masih bisa ditolerir. Namun jika kegagalan yang berlangsung karena lingkaran setan permasalahan yang tidak terselesaikan selama 10 tahun, saya rasa inilah penyebab bunuh diri. :fearful:

"Udah ngembangin diri susah-susah, eehhh kalah sama anak pejabat!"

Tidak heran jikalau kompetisi self-improvement akan baik-baik saja untuk mereka yang fine dengan hidupnya. Bukan untuk orang yang disangka lemah dalam menghadapi permasalahan tanpa tahu kebenaran dibaliknya. Apakah kamu salah satu orang yang sedih karena ketatnya persaingan hidup sehingga sulit untuk fokus pada pengembangan dirimu? :wink:

SUICIDE DOESN’T KILL THEM, SADNESS KILLS THEM!

NOTE:
Kebanyakan kasus bunuh diri yang terjadi di Korea Selatan dipengaruhi oleh faktor depresi, baik itu dalam hal pekerjaan, pendidikan, karier maupun keluarga.

SUMBER

6 Negara dengan Kasus Bunuh Diri Tertinggi di Dunia
https://www.youtube.com/watch?v=oSZ0wXNqwoE&ab_channel=WawamuStats

1 Like

Jangan salah menilai self improvement
Self improvement bukan membuat kita untuk fokus membandingkan diri kita dengan orang lain
Namun, untuk menjadi diri kita yang lebih baim dari hari kemarin
Karena saat kau membandingkan diri dengan orang orang maka itu tidak akan pernah selesai dan kau tidak akan pernah merasa puas
#semangatmenolakmenyerah
Demikian pendapat saya, mari kita saling berdiskusi juga di artikel saya Bagaimana pendapatmu mengenai “inspirasi” sebagai salah satu katalisator Self-Improvement ? Apakah sudah tepat? Ditunggu kehadirannya.

1 Like

Saya cukup setuju dengan artikel anda, bahwasanya masih banyak masyarakat yang malah berfokus pada membandingkan diri dengan tokoh" inspirator. Saya sendiri percaya bahwa starting point tiap orang itu berbeda-beda misalnya mungkin ada yang sedari kecil terbiasa berbahasa inggris, sehingga saat dia beranjak dewasa dia tidak perlu kesulitan untuk mencari kursus bahasa guna menunjang jenjang karirnya nanti. Jadi, marilah kita fokus terhadap diri sendiri ketimbang melihat progress orang lain.

1 Like

Yaps saya setuju dengan pernyataan Anda. Tapi yang jadi permasalahannya ialah standar dan ukuran baik berbeda-beda. Millenial dan adik-adiknya berupaya penuh untuk memenuhi status quo. Tentunya, ini menjadi masalah besar bukan?

1 Like

Betul, saya menyimpulkan pernyataan Anda dengan spesialisasi. Di sini pun saya bertanya-tanya, apakah menjadi seorang spesialis juga dipengaruhi oleh strata, latar belakang, dan lingkungan yang mendukung? Analoginya seperti ini, boro-boro saya mau belajar musik. Buat makan besok saja belum tau. Alhasil banyak yang menjadi generalis. Ada juga yang bangga menjadi general karena lebih fleksibel dalam kariernya. Kalau semua generalis, pada mau jadi manager? Hehe. Just how to educate people to become authentic person?

1 Like

Hmmm, jadi melebar ke previllege ya :sweat_smile:, saya pikir bagaimana menyikapi sesuatu itu bergantung pada bagaimana seseorang menetapkan nilai pada hidupnya. Apa tujuanmu mengembangkan diri? seharusnya di awal seseorang memantapkan diri untuk jadi #lebihbaik melalui pengembangan diri sudah ditentukan tujuannya apa. Hal ini bisa membentuk nilai, dan ketika nilai sudah terbentuk maka pencapaian semakin jelas terlihat, bukan menjadi sepertinya begini nanti eh atau begitu ding.

Saya sepakat kalau ada kemungkinan hal buruk terjadi ketika melakukan usaha yang berlebihan, bahkan untuk sesuatu yang positif seperti pengembangan diri. Pada buku How the Brain Works: The Facts Visually Explained (How Things Work) oleh DK menjelaskan bahwa otak memiliki batas atensi yang dapat ditelorir sehingga ketika sudah mencapai batas, otak bisa saja kehilangan beberapa fungsinya atau melakukan skema-skema pengoptimalan lain yang berujung pada pengambilan keputusan kurang optimal.

Semangat jalani hari, temukan nilai hidupmu. Your live sincerely yours