Berduka Tidak Hanya Dilakukan oleh Manusia

Biasanya, paus sangat sosial, pergi berkelompok untuk berburu dan saling berkomunikasi.

Namun ada yang lain dengan paus betina berusia 24 tahun dan anaknya yang berumur 6 tahun. Mereka memisahkan diri dari kelompok dan tidak mencari makan. Di mulutnya, terlihat dia membawa bayi yang sudah tidak bernyawa lagi.

Baird dan rekan-rekannya mengikuti paus itu selama lebih dari enam jam, sesekali kehilangan pandangan karena paus menyelam ke laut. Namun, begitu terlihat si induk masih terus membawa si bayi paus dengan mulutnya atau di atas kepalanya. Baird menduga jika bayi itu adalah anaknya yang mati sesaat setelah dilahirkan, dan dia bukan satu-satunya peneliti yang menangkap perilaku aneh ini dari paus. Peneliti lain telah melaporkan hal yang serupa bahwa kelompok cetacean, salah satunya paus, membawa mayat anak-anak mereka. Namun, Baird memunculkan satu kemungkinan yang menarik: Hewan-hewan ini berkabung.

Kaya akan Emosi

Hal tersebut memang sulit dibayangkan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa kesadaran akan kematian adalah sifat manusia yang unik.

Beberapa ilmuwan pun masih skeptis soal pandangan ini, tetapi Charles Darwin ternyata pernah punya pandangan yang serupa bahwa binatang memiliki kehidupan emosional yang kaya, termasuk soal konsep berduka. Namun, pandangan itu tidak berkembang sebagai konsensus ilmiah.

“Pada abad 20, hewan dianggap tidak mengerti soal berkabung. Mereka hidup untuk hari ini saja dan memecahkan masalah hanya untuk bertahan hidup,” kata Barbara J King, profesor antropologi emerita di College of William and Mary.

Akan tetapi, yang terjadi di lapangan justru kebalikannya. Antropolog Ursula Moser Cowgill melaporkan ada primata di penangkaran bernama Pottos yang digambarkan sebagai primata yang depresi. Primata itu menyisihkan makanan untuk teman yang sudah mati, walaupun berisiko kelaparan.

Pasca Berkabung

Temuan lain menunjukkan jika setelah kehilangan, babon lebih sering melakukan kontak fisik dengan lebih banyak kawanannya, “Sepertinya mereka secara aktif mencoba untuk membentuk persahabatan baru,” kata Engh.

Meski begitu, Engh mengingatkan bahwa tidak semua spesies cocok dengan penelitian kuantitatif semacam ini. Paus misalnya, sulit untuk diteliti tingkat hormonnya ketika berkabung.

Sumber: