Benarkah Vitamin D dapat mencegah infeksi saluran nafas ?

Vitamin D banyak berperan dalam pembentukkan struktur tulang dan gigi yang baik. Vitamin D banyak ditemukan pada jeruk, stroberi, tomat, brokoli, dan sayuran hijau lainnya.

Benarkah Vitamin D dapat mencegah infeksi saluran nafas ?

Suplemen vitamin D dapat menurunkan risiko orang terhadap infeksi respiratori akut, terutama pada orang yang defisien vitamin D, menurut meta-analisis baru yang dipublikasi online tanggal 15 Februari lalu di BMJ.
Namun, beberapa ahli memperingatkan bahwa penemuan ini sebaiknya tidak merubah praktik klinik, karena keuntungan absolutnya relative kecil.

“Suplementasi vitamin D menghasilkan penurunan yang secara statistic drastis pada proporsi partisipan yang mengalami setidaknya satu infeksi saluran pernapasan akut,” tulis dr. Adrian R. Martineau, PhD dari Queen Mary University of London, UK, dan kolega.

“Pasien yang sangat defisien vitamin D dan pasien yang tidak menerima dosis bolus mendapat keuntungan yang banyak.”

Menurut peneliti, infeksi pernapasan akut adalah penyebab substansial penyakit dan kematian, dan pada 2013 menjadi penyebab sepersepuluh keadaan darurat dan ambulansi di Amerika Serikat dan juga menjadi penyebab kematian sekitar 2,65 juta orang di dunia.

Meski beberapa studi observasional telah mengaitkan kadar rendah vitamin D pasien dengan kerentanan terhadap infeksi raspirasi akut,termasuk influenza, uji coba klinis yang mencari efek protektif suplemen vitamin D menghasilkan hasil yang berlawanan.

dr. Martineau dan kolega kemudian membuat suatu review sistematik dan meta-analisis data partisipan secara individual pada uji coba terkontrol randomisasi yang melibatkan suplementasi vitamin D. Meta-analisis individual dapat secara potensial mengidentifikasi faktor yang dapat menjelaskan perbedaan hasil pada studi-studi sebelumnya, kata peneliti.

Analisa mereka termasuk data dari 10.933 partisipan (usia 0-95 tahun) dari 25 uji coba terkontrol randomisasi.

Keseluruhan, mereka menemukan bahwa suplemen vitamin D dihubungkan dengan penurunan 12% pada proporsi pasien yang mengalami setidaknya satu infeksi pernapasan akut (dibandingkan dengan tanpa suplemen.

Mereka juga melakukan analisis subgroup untuk mencari alasan untuk perbedaan hasil pada studi sebelumnya.

Analisis ini menunjukan efek protektif suplemen vitamin D pada partisipan yang menerima vitamin D harian atau mingguan tanpa tambahan dosis besar bolus, namun tidak pada yang menerima satu atau lebih dosis besar bolus.

Sebagai tambahan, efek protektif lebih besar pada partisipan dengan defisiensi vitamin D berat (batas akhir kadar 25-hidroksivitamin D darah <25 nmol/L).
Suplemen vitamin D juga aman, kata peneliti, dan tidak mempengaruhi proporsi partisipan yang mengalami sekurangnya satu adverse event yang serius karena sebab apapun.

“Hasil kami menambahkan bukti pendukung untuk pengukuran kesehatan masyarakat seperti fortifikasi makanan untuk meningkatkan status vitamin D, terutama pada lokasi dimana defisiensi vitamin D yang berat sering terjadi,” simpul dr. Martineau dan kolega.

Namun, pada editorial yang menemani, dr. Mark J. Bolland, PhD., dari University of Auckland, New Zealand dan dr. Alison Avenell dari University of Aberdeen, UK, mempertanyakan apakah penemuan ini mencerminkan perkembangan baru atau hipotesis yang perlu diujikan dalam uji coba terkontrol randomisasi yang kuat dan cukup.

Meski studi menunjukan bahwa vitamin D menghasilkan penurunan sebesar 12% dalam rata-rata infeksi respirasi akut, penulis editorial menekankan bahwa penemuan ini harus digunakan dengan hati-hati.

Terutama karena hasil primer melibatkan hanya 2% dari penurunan risiko absolut pada proporsi partisipan yang mengalami setidaknya satu infeksi pernapasan akut, para penulis editorial tidak beranggapan populasi umum membutuhkan justifikasi yang secukup itu hanya untuk mengonsumsi suplemen vitamin D.

dr. Bolland dan dr. Avenell menyimpulkan bahwa hasil tersebut sebaiknya tidak merubah praktik klinis.

“Kami merasa penemuan ini hanya perlu dilihat sebagai pencetus hipotesis saja, dan membutuhkan konfirmasi dalam uji coba yang baik rancangannya, cukup kuat, dan acak terkontrol,” simpul mereka.

Diterjemahkan dari: Medscape.com

Vitamin D diketahui sangat penting bagi kesehatan tulang dan homeostasis kalsium. Namun, sekarang terdapat bukti yang mendukung bahwa vitamin D memiliki peranan pada respons imunitas dan inflamasi.[1]

Peneliti dari Universitas Copenhagen, Denmark, menemukan bahwa vitamin D berperan dalam aktivasi pertahanan tubuh, dan tanpa asupan vitamin D yang cukup, sel pembunuh (killer cell) dalam sistem imun, yaitu sel T, tidak akan bereaksi dan melawan infeksi serius dalam tubuh. Sel T ini dapat mendeteksi dan membunuh benda asing/patogen, seperti bakteri dan virus; ‘pencetus’ benda asing tadi akan menjadi kan sel T dapat mencari dan membunuh semua bagian dari benda asing tersebut.[2]

Dalam sejumlah penelitian didapatkan bahwa defisiensi vitamin D ternyata banyak di alami penderita infeksi saluran nafas.[3]

Vitamin D dapat menghambat respons infl amasi pulmoner serta meningkatkan mekanisme pertahanan innate melawan kuman patogen di saluran nafas.[1]

Adanya vitamin D yang cukup juga dapat meningkatkan kekuatan otot inspirasi dan uptake maksimal oksigen.[3]

Suatu meta-analisis yang dipublikasikan Juni tahun 2013 menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat mencegah infeksi saluran nafas, dengan dosis oral sekali sehari. Studi yang melibatkan 5.660 subjek tersebut memberikan hasil bahwa vitamin D memberikan efek perlindungan terhadap infeksi saluran nafas dengan OR (odd ratio) 0,64; 95% CI, 0,49 – 0,84). Efek proteksi ini lebih besar dengan sediaan vitamin D oral sekali sehari dibandingkan pemberian bolus (OR = 0,51 vs OR = 0,86, p = 0,01). Namun, studi ini memang sebaiknya dikonfi rmasi lagi karena rentan terjadi bias publikasi.[4]

Bentuk vitamin D yang paling direkomendasikan untuk terapi kasus infeksi saluran
nafas adalah calcitriol karena merupakan bentuk metabolit vitamin D yang paling
aktif dan dapat memodulasi ekspresi sitokin infl amasi. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hasil ini.[3]

Referensi
  1. Hughes DA, Norton R. Vitamin D and respiratory health. Clinical and Experimental Immunology 2009;158:20–5. doi:10.1111/j.1365-2249.2009.04001.x.
  2. Von Essen MR, Kongsbak M, Schjerling P, Olgaard K, Odum N, Geisler C. Vitamin D controls T cell antigen receptor signaling and activation of human T cells. Nature Immunology 2010;11:344-9.
  3. Luong KV, Nguyen LT. Benefi cial role of vitamin D3 in the prevention of certain respiratory diseases. Ther Adv Respir Dis. 2013 Dec;7(6):327-50. doi: 10.1177/1753465813503029. Epub 2013 Sep 20.
  4. Bergman P, Lindh AU, Bjorkhem-Bergman L, Lindh JD. Vitamin D and respiratory tract infections: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. 2013 June 19. DOI: 10.1371/journal.pone.0065835.