Benarkah senioritas tidak perlu ada lagi?

Sudah tidak asing lagi bagi anak sekolah baik SMP maupun SMA tentang senioritas. Ya, senioritas biasa ditemukan saat sedang kegiatan MOS (Masa Orientasi Sekolah). Mungkin tidak hanya itu, praktek di lapangan justru senioritas bisa berlanjut ke aktivitas sehari-hari, seperti masuk di perkuliahan atau bahkan dunia kerja. Memang tidak dipungkiri, bahwa norma yang berlaku adalah yang muda menghormati yang tua, sedangkan yang tua harus menghormati yang muda. Walaupun senioritas hanya sebatas di MOS saja, tapi hal ini tentunya dapat memicu benih-benih kebencian dari junior dan perasaan balas dendam. Disisi lain, senioritas dinilai bisa melatih mental menjadi lebih tahan banting.

Menurut kalian, bagaimana cara agar senioritas tidak lagi dilakukan dengan sikap sok killer dan marah-marah namun bisa membentuk karakter dengan baik? Atau mungkin seharusnya tidak ada senioritas lagi?

Sumber gambar

Senioritas Pegawai di Institusi Pemerintahan

1 Like

Menurutku sikap senioritas ini tumbuh atas buadaya ‘lebih muda harus hormat sama dengan yang lebih tua’. Aku pikir sikap ini tidak perlu, karena pada dasarnya kita harus menghormati orang lain tanpa pandang usia, bukan? lalu dari kegiatan MOS dengan marah-marah tidak jelas sebagai tradisi pun sudah melenceng, maksud ku bukankah MOS seharusnya lebih mengenalkan lingkungan kampus atau sekolah yang bersifat edukatif? rasanya cukup berlebihan untuk memarahi peserta didik baru tanpa sebab yang jelas ataupun masalah kecil yang dibesar-besarkan. Dengan begitu, dibanding membentuk mental kuat aku rasa apabila tradisi ini terus berlangsung maka akan muncul rasa balas dendam terus menerus tanpa akhir.

Menurut ku lebih baik sikap senioritas ditiadakan, karena ini hanya menjadi sebuah kebiasaan yang tidak memiliki arti. Karena dengan adanya senioritas hanya akan memberikan efek yang kurang baik dalam hubungan antara senior dan junior, selain itu sikap senioritas juga tidak menjamin dapat membentuk mental dan sikap yang baik bagi junior.

Di awal, senioritas dipakai atas nama kegiatan MOS untuk mendidik karakter adik kelas agar senantiasa menghormati orang yang lebih tua. Karakter ini sesuai dengan tata krama di masyarakat bahwa orang yang muda harus menghormati orang yang lebih tua. Seharusnya, orang yang lebih tua mengajarkan hal-hal yang baik agar dapat ditiru oleh yang muda. Namun, makna senioritas yang beredar sekarang justru mematahkan paradigma tersebut.Di awal, senioritas dipakai atas nama kegiatan MOS untuk mendidik karakter adik kelas agar senantiasa menghormati orang yang lebih tua. Karakter ini sesuai dengan tata krama di masyarakat bahwa orang yang muda harus menghormati orang yang lebih tua. Seharusnya, orang yang lebih tua mengajarkan hal-hal yang baik agar dapat ditiru oleh yang muda. Namun, makna senioritas yang beredar di Indonesia sekarang justru mematahkan paradigma tersebut.

Selama ini senioritas yang aku lihat, tidak memberikan impact yang baik. Hanya karena berlandaskan gila hormat, para adik yang baru masuk sekolah atau kampus pun jadi merasa tidak nyaman dan menjadi korban. Kecuali jika para kakak kelas tulus mendidik para freshmen untuk menjadi pribadi yang baik.

Menurut saya senioritas tidak ada gunanya. Untungnya, ketika saya SMA sekolah saya tidak menganut senioritas. Justru dengan tidak adanya senioritas saya merasa kedekatan dengan senior jauh lebih baik jika dibandingkan ketika saya SMP yang sangat kental budaya senioritasnya. Menurut saya senioritas hanya akan membuat beberapa junior yang mampu akrab dengan senior, mayoritas dari junior pasti akan merasa sungkan dan takut kepada senior.

Menurut saya pernyataan seperti ini biasanya dilontarkan senior sebagai bentuk pembelaan dari perilaku buruk yang ia lakukan. Membentuk mental bisa dilakukan dengan cara-cara lain, seperti belajar bertanggung jawab, belajar dari kegagalan, bersyukur, sabar, dan lain-lain, bukan dengan senioritas. Setiap orang memiliki mentalitas yang berbeda sehingga untuk membentuk mentalitas tersebut pastinya dilakukan dengan cara yang berbeda juga.