Benarkah Semakin Kesini Budaya Gotong Royong Mulai Menghilang?

gotong royong

Gotong royong adalah budaya yang sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Bahkan budaya ini menjadi salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang dipuji oleh negara asing. Hal ini menjadi salah satu kebanggaan yang patut kita rasakan sebagai pelaku budaya.

Namun seiring perkembangan jaman dan teknologi, semakin kesini keberadaan gotong royong di lingkungan masyarakat mulai luntur secara perlahan. Hal ini disebabkan beberapa faktor, mulai dari fokus masyarakat lebih kepada gadget mereka masing-masing, hingga sibuk dengan aktivitas masing-masing. Bukan itu saja, era globalisasi membuat budaya-budaya asing turut masuk dan mempengaruhi sebagian masyarakat. Perkembangan jaman telah membentuk karakter-karakter baru, dan sudut pandang orang juga sudah mulai berubah.

Bagaimana menurut Youdics? Benarkah semakin kesini budaya gotong royong mulai menghilang?

Ya, saya setuju dengan pernyataan tersebut. Seiring dengan perkembangan era globalisasi dan modernisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks yang tanpa disadari lambat laun membuat budaya gotong royong masyarakat semakin memudar. Contoh yang terjadi di sekitar lingkungan saya yaitu pada saat kerja bakti membersihkan desa, dan gotong royong mendirikan rumah. Dulu sebagian besar warga desa sangat berantusias dan saling bergotong royong untuk melakukan kegiatan tersebut. Namun, saat ini hal tersebut jarang saya jumpai di lingkungan saya.

Setelah masuknya era industrialisasi, semangat gotong royong masyarakat berkurang. Hal ini disebabkan karena masyarakat sekarang cenderung besifat individualistis, sehingga ada anggapan umum ” hidup bebas asal tidak mengganggu kehidupan orang lain”. Kondisi riil lainnya seperti pola pikir agamis yang menjadi ciri bangsa berketuhanan, sekarang ini semakin tergeser oleh pola pikir materialis yang mengukur dan menilai sesuatu berdasarkan nilai material. Dalam kehidupan bernegara pun masyarakat kita yang dulunya menjunjung tinggi budaya musyawarah untuk mencapai mufakat sebagai metode mengambil keputusan, kini hanya mementingkan golongan sebagai pimpinan partai politik saja.

Saya pribadi setuju dengan statement diatas, dan benar makin kesini budaya gotong royong mulai menghilang seiring dengan perkembangan zaman. Contohnya, dulu itu sering banget warga di wilayah saya pada membersihkan selokan setiap hari minggu, tetapi makin kesini warganya semakin individualis.

Menurut saya tidak. Mungkin memang jika diamati contoh riilnya seperti berkumpul bersama atau bekerja bersama beramai-ramai sudah jarang dijumpai di masyarakat. Namun menurut saya, gotong royong yang masyarakat modern lakukan saat ini telah mengalami deformasi bentuk. Mereka tetap bisa bekerja bersama, melakukan suatu hal beramai-ramai tanpa harus terlihat bergerombol atau berkumpul layaknya gotong royong yang orang dahulu lakukan.

Konteks atau bahan yang dijadikan landasan untuk gotong royong pun tidak hanya terbatas pada lingkungan sosial, namun juga meluas ke berbagai bidang kehidupan lainnya. Ditambah semakin maraknya teknologi, proses gotong royong tersebut bisa disiasati dengan lebih mudah. Kemudahan teknologi juga membantu terselesaikannya persoalan di masyarakat. Apalagi pada suasana pandemi seperti sekarang ini. Apakah masyarakat dan pejabat desa diam-diam saja? Saya yakin tidak. Mereka pasti bahu-membahu saling mengingatkan satu sama lain tentang ketatan mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Bukankah hal tersebut masih mencerminkan gotong royong?

di lingkungan saya juga sudah jarang adanya gotong royong, akan tetapi untuk arisan ibu-ibu ataupun pengajian bapak-bapak masih ada.
Mungkin karena sudah banyaknya perbaikan dan untuk sanitasi selokan pun masyarakat setempat sudah peduli, jad mungkin dari situ peluang gotong royong juga semakin kecil.

Benar sekali, sekarang budaya gotong royong sudah tak terlihat. Dulu ketika saya masih kecil, saya masih melihat warga sekitar rumah saya mengadakan kerja bakti dalam membersihkan lingkungan sekitar dan setiap rumah ikut berpartisipasi. Namun sekarang saya sudah tidak melihat hal itu, saya juga merasa bahwa orang di zaman sekarang semakin individualis jika tak ada keuntungan maka tidak akan bergerak. Padahal Indonesia dikenal dengan gotong royongnya sehingga dikagumi banyak negara, sayang sekali jika hal tersebut tidak dilakukan lagi sekarang. Sebagai generasi muda sudah seharusnya kita menumbuhkan kembali budaya gotong royong, dengan begitu orang semakin ada rasa simpati terhadap sekitar dan menjadi orang yang tidak bodoamatan.

Saya setuju dengan hal ini. Semenjak gadget dan media sosial merebak, orang-orang lebih fokus kepada ponsel mereka. Menurut saya makin kesini justru masyarakat Indonesia semakin judgemental. Kita sering melihat banyak fenomena di media sosial di mana masyarakat Indonesia berbondong-bondong mengomentari sesuatu, terlepas dari berita yang tersebar tersebut benar atau hoax. Dalam kehidupan nyata pun, masyarakat lebih suka memotret atau memvideokan peristiwa daripada menolong atau terlibat dalam peristiwa tersebut. Saat ini, kita lebih mengutamakan konten daripada kemanusiaan.
Hal ini juga sudah terjadi pada anak-anak. Saat ini, semakin jarang anak-anak yang bermain bersama. Selain dari semakin banyaknya pembangunan yang menghilangkan ruang bermain anak, munculnya ponsel juga membuat anak-anak lebih senang bermain media sosial atau game di rumah masing-masing daripada bersosialisasi dengan teman-temannya. Hal ini juga akan mengurangi sifat gotong royong karena terpengaruh oleh smartphone sejak kecil.

saya setuju, hal ini dapat disebabkan oleh lebih luasnya pilihan yang ada pada zaman modern ini sehingga segala aktivitas sudah bisa dilakukan secara independen tanpa tergantung pada orang lain. Ini juga dapat disebabkan oleh budaya barat/western yang sudah merambah ke generasi muda sehingga mereka lebih bersifat individualis. Saya rasa budaya gotong royong ini jika tidak kita lestarikan akan berdampak buruk kedepannya bagi masa depan masyarakat secara etika dan moral. Itulah mungkin kenapa saya sendiri secara pribadi lebih suka berbicara kepada orang dewasa dan lanjut usia daripada anak muda, karena etika mereka masih kuat dijaga sejak dahulu kala yang sangat meninggikan kehormatan antar sesama.

Di era yang semakin maju dan pesat seperti sekarang, rasanya boleh jika mengatakan bahwa budaya gotong royong sudah semakin menghilang dari tatanan masyarakat kita. Semakin kesini, masyarakat sudah semakin individualis dan mungkin cenderung apatis dengan keadaan di sekitar mereka karena hanya sibuk dengan diri mereka masing - masing. Menurut saya, ini boleh jadi disebabkan oleh kompleksitas zaman yang semakin dinamis dan tidak menentu dari hari ke hari. Realitanya, dulu saya sering melihat warga di lingkungan saya bergotong royong dalam kerja bakti membersihkan lingkungan, tetapi sekarang sudah sangat jarang dan malah sudah tidak pernah lagi seingat saya.

Ya. benar sekali. Saat ini banyak keluarga yang kedua orangtuanya bekerja sehingga minim waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga lain. Belum lain para tetangga juga memiliki waktu bekerja nya masing-masing. Namun, saat ini ada grup chat yang bisa menyatukan warga setidaknya hanya untuk saling kenal. Keinginan untuk bergotong royong balik lagi kepada individu masing-masing karena nyatanya, kegiatan tersebut masih diadakan kok.