Benarkah orang yang benar-benar baik tidak merasa bahwa dirinya baik?

Pertanyaan ini sebetulnya datang dari hal sepele. Biasanya dalam candaan ada orang-orang yang melucu dengan berpura-pura mengumbar kebaikan yang dia lakukan. Orang lain seringkali akan menanggapi dengan berkata “Orang baik nggak akan bilang dirinya baik”. Saya jadi penasaran, apakah ketika seseorang menjadi orang baik, ia tidak mengetahui atau tidak merasa bahwa ia adalah orang baik?

4 Likes

Hmmm… menurut saya, ketika dia tidak bilang ke orang lain bahwa dirinya baik bukan berarti dia tidak menyadari bahwa dirinya baik. DIa cukup menyadari bahwa dia telah melakukan sesuatu yang benar dan tidak merugikan orang lain. Perkara baik atau tidak baik menurut saya sangat luas sekali… ada orang yang baik di bidang tertentu, ada juga yang “belum baik” di bidang tertentu sehingga belum dapat dikatakan dia sudah baik.

Contohnya dalam hal sosial, dia orangnya sangat suka menolong orang lain dan suka memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan. Sedangkan dalam hal prasangka kepada orang lain, dia cenderung berprasangka buruk dan memiliki dzon yang tidak baik. Maka orang yang seperti ini pasti merasa dirinya “belum baik”

Jadi, selama dia merasa melakukan sesuatu yang benar, maka menurut saya itu sudah cukup

3 Likes

Hmm… saya pikir ini sama dengan pertanyaan apakah orang pintar tidak merasa bahwa dirinya pintar? Bisa jadi ya, bisa jadi tidak. Tidak ada jawaban yang solid. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri itu agak rumit. Ada orang buruk yang merasa dirinya sudah baik, ada orang buruk yang menyadari keburukannya, ada orang baik yang masih merasa dirinya buruk, dan semua kombinasi yang mungkin dalam hal ini adalah mungkin hehe. Lagipula yang ditanyakan adalah “perasaan” seseorang tentang dirinya sementara perasaan itu sendiri bukan hal yang permanen.

Tapi setidak-tidaknya menurut saya, orang yang sungguhan baik, tidak memerlukan validasi untuk melakukan kebaikan dan tidak mengklaim kebaikannya untuk mendapatkan validasi dari orang lain.

Wah kalau begitu saya bisa dengan gamblang mengatakan bahwa tidak ada orang baik di dunia ini. Bagaimanapun juga selalu ada momen bagi seseorang yang merugikan orang lain, baik secara material/ fisik maupun psikis/perasaan. Fitrah manusia adalah tidak pernah luput dari kesalahan. Nah tinggal bagaimana porsi seseorang dalam merugikan orang lain yang seberapa besar hingga bisa dikatakan orang tersebut baik.

…Berbagailah yang timbul ketika memberikan keputusan. Ada yang mengatakan baik, sebab sayang, ada yang mengatakan buruk, sebab benci. Berbagai ragam keputusan menurut pengalaman, ilmu , dan penyelidikan…bahagia dan celaka itu hanya berpusat kepada sanubari orang, bukan pada zat barang yang dilihat. Bagi kebanyakan orang, masuk bui menjadi kecelakaan dan kehinaan, bagi setengahnya pula, menjadi kemuliaan dan kebahagiaan. (Hamka, 2015)

Sepotong tulisan falsafah dari Buya Hamka tersebut menjadi salah satu pertimbangan saya mengenali apakah orang ini baik atau bahkan menilai diri sendiri apakah saya baik sebab menjadi baik itu adalah perspektif. Bisa saja berkelakuan sesuai norma masyarakat dikatakan ‘baik’ untuk kalangan yang memahami norma masyarakat merupakan tolak ukur kebaikan dari seseorang. Tetapi jangan kaget apabila terdapat kalangan yang menolak norma masyarakat sebagai falsafah hidup yang pasti memberi patokan bahwa orang tersebut baik.

Memang kita memiliki pedoman dan prinsip hidup masing-masing dengan seperangkat aturan yang memberikan batasan baik dan buruk pada diri kita. Ingatlah bahwa keberagaman manusia juga memberikan keberagaman pada pedoman atau prinsip hidup dari manusia juga. Bukan bermaksud menambah pertanyaan tapi coba jawab pertanyaan saya, bagaimana kamu bisa menentukan baik atau buruknya seseorang?

Referensi

Hamka. 2015. Tasawuf Modern. Jakarta: Republika

1 Like

Noted! orang yang baik tidak perlu mendapatakan validasi. Namun tidak ada salahnya juga kita mengapresiasi diri sendiri atas hal-hal kebaikan yang sudah kita lakukan sebagai bentuk selflove. Karena dengan begitu, kita bisa menghrgai diri sendiri dan bahagia atas apa yang sudaha kita lakukan.

Tetapi jangan sampai kita mencukupkan diri untuk berbuat lebih baik karena merasa dirinya sudah baik. Pemikiran spt ini seharusnya tidak boleh ada, karena untuk berbuat suatu kebaikan kita harus melakukannya selama kita bisa. Apabila kita mencukupkan diri, maka kita bisa disebut sebagai orang yang sombong.

2 Likes

Sebelum menjawab benarkah orang yang benar-benar baik ia tidak akan merasa bahwa dirinya baik? Saya ingin coba diskusi pertanyaan menarik nih dari kak @Diah_Lutfiani

Kalau menurut saya sih tidak ada orang buruk, yang ada adalah orang dengan prinsip hidup yang berbeda-beda. Karena kadang seseorang yang menurut kita buruk bukan berarti orang lain melihat dia juga sebagai orang buruk. Jadi ya sebenernya tidak ada hal pasti yang menjelaskan tentang seseorang yang buruk. Sampai saat inipun saya masih kurang paham bagaimanakah orang yang buruk.

Pada umumnya sih orang yang baik dia akan cenderung merasa bahwa dirinya masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, dan sebaliknya orang yang kurang baik ia akan dengan bangga menjelaskan bahwa ia adalah orang yang baik. Menurut saya memang kebanyakan seperti itu meskipun tidak semuanya.

Jadi ingat sebuah tulisan seseorang bahwa kita tidak perlu menjelaskan diri kita kedunia, karena setiap orang pasti memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap diri kita. Ada yang memandang seseorang ini adalah orang yang baik sekali, tapi tidak menutup kemungkinan ada yang memandang bahwa dia kurang baik.

2 Likes