Benarkah Minum Susu Meningkatkan Kesehatan?

https://i1.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2015/03/minum-susu.png?w=275&ssl=1

Penelitian terbaru yang dilakukan di Swedia (Oktober 2014) membuktikan bahwa meminum susu tidak selalu memperkuat tulang kita. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara minum susu dengan kekuatan tulang. Walaupun penyebab mengapa dan efeknya belum dapat dibuktikan, namun penemuan ini sudah cukup menjadi dasar agar kita tidak terlalu berlebihan dalam meminum susu. Faktanya, dua pertiga dari populasi manusia kekurangan enzim yang memecah laktosa dalam susu, sehingga menyebabkan beberapa masalah pencernaan. Walau demikian, sebagian besar dari masyarakat tetap meminum susu dengan harapan dapat memberikan manfaat untuk tulang mereka. Padahal negara dengan tingkat osteoporosis tertinggi seperti Amerika dan negara-negara Eropa lainnya justru merupakan negara-negara dengan tingkat konsumsi susu terbesar. Seharusnya jika susu dapat menguatkan tulang, maka tidak akan terjadi permasalahan osteoporosis di negara dengan tingkat konsumsi susu terbesar.

Untuk menjawab tentang teka-teki apakah susu benar-benar dapat menguatkan tulang, tim peneliti dari Swedia ini meneliti 61.433 orang perempuan dan 45.339 orang laki-laki antara 11 dan 20 tahun, mengamati pola konsumsi susu dan kesehatan tulang mereka. Hasil menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki tingkat konsumsi susu yang lebih tinggi tidak memiliki hubungan terhadap bebasnya resiko kerusakan tulang. Perempuan yang minum lebih dari tiga gelas susu setiap hari ditemukan memiliki resiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang minum kurang dari satu gelas. Pada laki-laki menunjukkan hasil yang serupa dengan hubungan antara konsumsi susu yang tinggi dan resiko kematian yang lebih tinggi dan lebih jelas.

Walaupun konsumsi susu yang berlebihan berdampak negatif terhadap kesehatan, produk-produk olahan susu seperti keju dan yogurt yang rendah laktosa memiliki resiko negatif yang lebih rendah terhadap kerusakan tulang dan kematian. Penelitian ini hanya menunjukkan pola konsumsi susu dengan peningkatan kesehatan, sehingga penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. “Karena konsumsi susu mungkin meningkat secara global dengan peningkatan ekonomi dan peningkatan konsumsi makanan yang bersumber dari hewan, korelasi antara susu dan kematian perlu didefinisikan sekarang” kata ketua tim peneliti Karl Michaëlsson.

Sumber

Michaëlsson K, Wolk Alicja, Langenskiöld S, et al. Milk intake and risk of mortality and fractures in women and men: cohort studies. BMJ. 2014.

Menurut para dokter yang tergabung dalam Physicians Committee for Responsible Medicine (PCRM), kandungan gula, protein, dan lemak dalam susu tidak begitu bermanfaat untuk kesehatan tulang. PCRM mencatat bahwa produk susu merupakan sumber lemak jenuh dalam makanan khas orang Amerika. Minum susu untuk memperoleh kalsium tidak dapat dibenarkan karena kalsium harian bisa diperoleh dari sumber makanan lain yang lebih bergizi. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya orang yang memiliki alergi terhadap susu.

Pada bulan Maret 2012, sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine memantau 6712 orang anak selama lebih dari 7 tahun. Pola makan dan kemungkinan patah tulang pada anak-anak diamati secara detil. Para peneliti menemukan bahwa baik kalsium maupun asupan susu tidak menurunkan risiko patah tulang.

Kemudian ada pula penelitian berjudul Nurses’ Health Study pada tahun 2003 yang memantau lebih dari 72.000 orang wanita menopause selama 18 tahun. Hasilnya menemukan bahwa peminum susu tidak berkurang risikonya mengalami patah tulang pinggul daripada yang tidak minum susu.

Dengan adanya beberapa bukti dari penelitian-penelitian yang ada, bukan berarti susu tidak memiliki manfaat. Manusia tetap membutuhkan kalsium. Jumlah kalsium yang diserap tubuh tergantung dari makanan dan berbagai faktor lain, misalnya gen, asupan vitamin D , kebiasaan berolahraga dan pengaruh makanan lainnya. Protein hewani, sodium dan kafein diketahui dapat mencegah penyerapan kalsium. Kalsium bisa didapatkan dari sumber lain yang lebih sehat seperti kacang, tahu, brokoli, sreal, dan minuman yang diperkaya kalsium seperti jus jeruk dan susu kedelai.

Akan tetapi hal tersebut masih menjadi perdebatan, apakah benar bahwa susu tidak benar-benar meningkatkan kesehatan.

Reference

Susu Tak Lagi Dianggap Bermanfaat untuk Kesehatan Tulang?