Benarkah memotivasi orang lain lebih mudah daripada memotivasi diri sendiri?

waah terimakasih kak pendapatnya, bener banget kak kalau mungkin kita hanya harus lebih memahami diri sendiri agar memotivasi diri sendiri itu menjadi hal yang mudah, dan tak lupa memohon juga pada Tuhan :hugs:

Aku juga termasuk orang yang cukup sulit untuk memotivasi diri sendiri. Tapi aku juga orang yang seringkali dijadikan tempat curhat oleh teman-teman, dan berusaha memotivasi mereka atas apapun permasalahan yang sedang mereka curhatkan.

Menurutku sih, salah satu alasan kita susah memotivasi diri sendiri adalah karena kita tahu persis kesulitan apa yang kita hadapi.

Misal, baru mau memotivasi diri sendiri, “Ayo kamu pasti bisa, bisa, bisa!”
Terkadang suka muncul suara dari pikiran “Tapi kan, aku ga punya ini itu, ga bisa ini itu…”
Hal itu disebabkan karena kita tahu persis hambatan-hambatan apa yang akan muncul dalam permasalahan yang kita hadapi. Sehingga motivasi saja biasanya tidak cukup. Terkadang perlu untuk membuat rangkaian solusi, agar diri sendiri setidaknya merasa sedikit lebih yakin untuk melangkah maju.

Sedangkan kalau memotivasi orang lain, kita biasanya lebih fokus pada cara penyelesaian masalah orang tersebut tanpa benar-benar memperhatikan rincian hambatan yang ada. Bagi orang yang kita beri motivasi, motivasi yang kita berikan juga terdengar seperti dukungan. Sehingga, kadang walaupun motivasi kita tidak solutif, orang yang mendengar bisa dapat kembali semangat karena merasa mereka tidak menghadapi kesulitannya sendiri.

2 Likes

waah terimakasih kak sudah berpendapat, memang terkadang lebih mudah menemukan solusi untuk orang lain dibanding diri sendiri karena kita tidak langsung merasakan hambatan tersebut, jadi sebelum memotivasi diri alangkah baiknya jika kita mengenali diri sendiri terlebih dahulu agar tahu mana motivasi yang mudah diterima dan mana yang sulit diterima :hugs:

Sebenarnya tergantung lagi dengan individu tersebut ada yang mudah melakukan hal setelah diberi motivasi orang lain tetapi ada juga yang senang memberi motivasi tapi dirinya sendiri pun mengalami kesulitan. Terima kasih artikelnya, jika berkenan ayo kita berdiskusi di Apakah Tingkat Literasi Masyarakat Indonesia Berpengaruh terhadap Self Improvement?

1 Like

terimakasih kak pendapatnya, betul kak sama seperti komentar sebelumnya bahwa masing-masing individu berbeda. sehingga kita harus mengenali diri sendiri terlebih dahulu :grin:

Benar memang bahwa kita lebih mudah memotivasi orang lain dari pada diri sendiri hal itu dikarenakan bebannya bukan pada kita, sehingga kita bisa lebih santai dan bisa berpikir jernih dalam memberikan solusi
“kebaikan bisa datang dari siapa pun” jadi tidak ada salahnya
Namun ada baiknya kita juga bisa memotivasi diri sendiri untuk terus berjuang dan tidak untuk menyerah. Kita harus punya mental pemenang, mental juara, sehingga kita bisa terus menatap kedepan saat ditengah kegagalan
#semangatmenolakmenyerah
Demikian pendapat saya, mari kita saling berdiskusi juga di artikel saya(Bagaimana pendapatmu mengenai “inspirasi” sebagai salah satu katalisator Self-Improvement ? Apakah sudah tepat? . Ditunggu kehadirannya.

2 Likes

wah terimakasih kak pendapatnya, aku setuju bahwa memang ketika kita memotivasi orang lain itu kita tidak merasakan langsung beban mereka. sehingga memotivasi mereka dalam sudut pandang kita akan lebih mudah dibanding ketika kita menghadapi masalah langsung dan harus memotivasi diri sendiri :grin:

haha, benar juga ya. sama seperti beberapa anak yang lebih suka mendapat perintah dari guru daripada emaknya sendiri di rumah. tapi untuk menjawab pertanyaan diskusi penulis di atas barangkali jawaban dari saya karena kalau menasehati orang kita tak perlu ikut melaksanakan nasehat tsb tapi kalau menasehati diri sendiri tentu saja harus dibarengi dengan realitas atas petuah tsb. jadi intinya lebih sulit menasehati diri sendiri drpd orang lain karena lebih sulit untuk mengerjakan sesuatu dibanding cuma mengatakannya saja

2 Likes

Tergantung orangnya sebenarnya, ada yang lebih paten memotivasi orang lain tapi rupanya tidak mampu memotivasi diri tapi ada juga yang sebaliknya.
Tapi bagi sy, saya suka memotivasi tapi saya rasa itu kurang berpengearuh bagi orang lain. Saya tidak tau mengapa, mungkin karena itu diluar kemampuan saya. Sementara saya lebih kuat kalo memberi motivasi diri untuk contoh tidak bermalas-malasan, atau memotivasi diri untuk belajar berambisi, dsb.
Segitu saja menurut saya…

Silahkan diberi pendapat juga pada artikel saya, karena konteksnya hampir serupa antara motivasi dan ambisi. Terima kasih.
Ambisi, Apakah Hal Tersebut Merupakan Acuan Paling Kuat Dalam Mengembangkan Diri Menggapai Cita-Cita?

1 Like

wah iyaa kak setuju sama pendapat kakak, terkadang memang lebih mudah berteori dibanding praktik :grin:

wah bisa jugaa kak, mungkin untuk sebagian orang akan lebih mudah jika memotivasi diri sendiri. karena mungkin kita sudah tahu kapasitas kita sehingga motivasi yang datangnya dari luar maupun dalam akan sama saja berpengaruh untuk kita, terimakasih kak sudah berpendapat :grin:

Sama kok
Banyak yang kejadian begitu
Jujur aku juga lebih ke memotivasi orang daripada memotivasi diri sendiri
Kunci nya coba kamu lebih terbuka lagi ke orng lain entah itu ke sahabat atau teman dekat. Dengan begitu kita akan lebih bisa mendapatkan motivasi
Ya walau kita curhat ke orang lain terkadang hanya didengarkan saja tidak diberi solusi tapii setidaknya kita sudah menceritakan keluh kesah nya

Jangan lupa comment juga artikelku yaa:

Terimaksih:)

Artikelnya kerenn kak.
Menurut ku, iya. Ketika ada yg curhat dgn kita, mudah bagi kta utk memberikan solusi. Juga Memberi motivasi.
Utk solusi saya setuju utk mengatakan nya langsung.
Tapi utk motivasi, rasanya tahan dulu deh.

Kenapa?

Karena ketika ada yg lagi curhat, dia itu butuh sandaran, butuh dimengerti, dan butuh orang2 berpihak dgn dia. Adakalanya curhat ini bukan tempat utk memberi motivasi, terkadang hanya utk sharing.

Adapun jika perkaranya adl memberi motivasi org lain lebih mudah dibandingkan memotivasi diri sendiri, maka menurut saya tidak selalu begitu.
Pengalaman saya adalah ketika saya memberi motivasi pada diri saya, saya merasa saya mendengarkan motivasi itu dan saya memiliki pengaruh terhadap diri saya utk mengeksekusi motivasi tersebut, disitulah saya mudah memberikan motivasi kepada diri sendiri karena bisa langsung mengeksekusinya.

Berbeda jika memberi motivasi kepada org lain, dimana terkadang saya perlu mengatur gaya bicara kpd org yg berbeda, menghindari agar mrk tidak tersinggung, termasuk faktor ketika kita belum tahu apakah motivasi kita bisa mereka eksekusi atau tidak.

Jadi sekali lagi, statement itu tidak selalu sesuai pada personal dan kondisi.

Terima kasih kak, hehe…
Mari sama2 belajar.

Wah saya juga baru kepikiran. Ternyata memotivasi orang lain menurut saya lebih mudah daripada memotivasi diri sendiri. Karena memotivasi orang lain itu muncul dari rasa kepedulian terhadap sesama, dan untuk hasil ya kembali pada orang tsb. Sedangkan dalam memotivasi diri sendiri, harus berangkat dari dorongan diri sendiri. Sedangkan, hambatan terbesar saya adalah diri sendiri.

Saya cukup sulit untuk melawan kemalasan diri sendiri, tetapi ketika ada dorongan dari faktor eksternal saya baru bisa termotivasi. Jadi faktor dukungan dari luar itu sangat berpengaruh pada saya. Klau diri sendiri terlalu sering memberikan kelonggaran pada diri sendiri. Disinilah saya menemukan bahwa saya tidak tegas pada diri sendiri.

Sebenarnya masing-masing orang berbeda terkait hal ini, ada yang melakukan sesuatu karena motivasi dari diri sendiri juga. Tinggal bagaimana kita mengelola faktor internal atau eksternal sebagai pendukung dalam kita melakukan sesuatu.

1 Like

Menurut saya analoginya seperti perbedaan tingkat kesulitan yang dirasakan ketika mempelajari teori sesuatu dan ketika mempraktikkannya langsung. Saat memotivasi orang lain sebetulnya kita sedang menyampaikan pengetahuan yang kita miliki sebelumnya, baik yang didapatkan dari pengalaman maupun dari bacaan. Ini setara dengan menyampaikan teori yang sudah kita pelajari. Tapi ketika kita sendiri diminta untuk mengaplikasikan apa yang kita sampaikan untuk diri kita sendiri, belum tentu hal itu sesederhana “teori” awalnya, bahkan untuk hal yang mungkin sebelumnya sudah pernah kita jalani. Misalnya kita memotivasi orang lain untuk bangkit dari patah hati berdasarkan pengalaman pribadi. Namun apabila hal itu terjadi lagi pada kita, tetap saja tidak mudah mengaplikasikan motivasi yang sudah kita sampaikan pada orang tadi.

Menurut saya, level tau dan paham beda dengan level tindakan. Saat kita memotivasi orang lain, kita menyadari bahwa kita tidak bisa berharap orang tersebut langsung tergerak. Pilihan orang lain sudah berada di luar kuasa kita. Berbeda halnya dengan diri sendiri. Ekspektasi yang kita harapkan ketika memotivasi diri sendiri tentu lebih besar daripada saat kita memotivasi orang lain. Kita berharap motivasi untuk diri sendiri dapat membantu kita bertindak dan menyelesaikan hal yang perlu kita selesaikan. Jadi goal motivasi diri sendiri ada pada level tindakan. Tentunya dengan goal yang berbeda, tingkat kesulitannya juga berbeda. Lebih ringan memotivasi orang lain karena kita tidak terlibat dalam proses eksekusinya, sementara memotivasi diri sendiri berarti siap juga dengan proses eksekusinya.

Betul kak, jadi karena tingginya ekpektasi tersebut membuat kita seolah-olah merasa sulit untuk memberikan motivasi pada diri sendiri. Sedangkan ketika memotivasi orang lain, tidak ada beban setelah memotivasinya, karena pada kahirnya dia yang menentukan bagaimana ke depannya…

Bahkan ketika kita sudah bertindak dan merasa gagal dari situ, bisa jadi akhirnya kita mengatakan bahwa kita tidak bisa memotivasi diri karena pada akhirnya ada perasaan ingin menyerah dari kegagalan yang terjadi.

1 Like

Untuk tetap bisa bersemangat dalam hidup baik pekerjaan maupun kehidupan pribadi kadang kita butuh suntikan motivasi dari orang lain baik secara verbal maupun visual. Tidak jarang jika seseorang yang sedang berada dalam tekanan sampai mencari konsultan psikolog untuk bisa keluar dari masalahnya atau sekedar mendapat motivasi untuk bisa kembali bangkit. Bagi yang tidak mau keluar banyak modal bisa hanya dengan menonton TV karena sekarang ini sudah banyak motivator yang masuk TV memberikan wejangan.

Ini merupakan manifestasi dari sifat manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan interpersonal, saya juga senang menonton jika ada seorang motivator memberikan tips agar kita bisa lebih kuat khususnya ketika menghadapi pressure. Tapi, muncul masalah baru ketika sedang down makan cukup sulit untuk bisa bangkit secara psikologis karena kita tidak memiliki kekuatan dari dalam. Disinilah baru terlihat bagaimana memotivasi diri sendiri jauh lebih baik daripada mendapatnya dari orang lain. Ada yang bilang “untuk mengatasi masalah carilah orang yang tidak punya masalah.” lalu siapa yang tidak punya masalah? semua orang punya masalah jadi kita harus mendorong diri sendiri untuk bisa keluar dari pressure

Namun, memotivasi diri sendiri bukanlah perkara mudah apalagi dalam situasi tertekan. Berbeda ketika kita mencoba untuk memotivasi orang lain apalagi jika tidak terlibat secara langsung semua akan terasa mudah. Untuk bisa keluar dari tekanan motivasi yang kita butuhkan bukan hanya semangat tapi juga kesabaran dan bagaimana kita memahami apa yang sedang terjadi, menerima, lalu mencoba untuk berpikir secara rasional agar mampu lepas dari masalah tersebut.

Ini masih menjadi sebuah misteri bagi kebanyakan orang. Kenapa kita bisa dengan mudah memberikan motivasi pada rekan yang sedang membutuhkan saran dan motivasi. Namun ketika kita sendiri membutuhkan motivasi sangat sulit. Karena pada dasarnya kita manusia sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.