Benarkah memelihara kucing tidak menyebabkan gangguan mental?

Orang yang tinggal dengan kucing di rumah tidak memiliki risiko lebih besar terkena gangguan mental dibandingkan orang lain, lapor peneliti asal Inggris 21 Februari 2017 lalu.

Para peneliti mencari bukti bahwa parasite yang dibawa oleh kucing dapat mempengaruhi perkembangan otak, menyebabkan seseorang rentan terhadap schizophrenia, psikosis, dan gejala lain dari gangguan mental. Studi yang melibatkan nyaris 5000 orang tersebut tidak menemukan bukti tersebut, lapor mereka pada jurnal Psychological Medicine.

“Pesan kepada pemilik kucing jelas: tidak ada bukti ilmiah bahwa kucing dapat menjadi risiko gangguan mental pada anak,” dr. Francesca Solmi dari University College London, yang memimpin kelompok studi, mengatakan.

“Pada studi kami, analisa awal yang tidak diubah menunjukan adanya hubungan tipis antara memiliki kucing dengan gejala psikotik pada usia 13 tahun, namun hal ini ternyata disebabkan faktor lain,” tambahnya.

Dalang yang diduga adalah parasit bernama Toxoplasma gondii. Parasit tersebut sering ditemukan di tanah dan berkembang biak di saluran pencernaan kucing, dan juga ditemukan pada kotoran kucing.

Wanita hamil diwasadai untuk menjauh dari kotoran kucing karena infeksi parasit tersebut, yang dinamakan toxoplasmosis, dapat menyebabkan gangguan janin dan keguguran.

T. gondii juga memiliki efek aneh terhadap pengerat. Parasit tersebut menuju otak dan menebabkan tikus kehilangan ketakutan terhadap aroma urin kucing. Bahkan merubah reaksi takut mereka menjadi reaksi senang terhadap urin kucing.

Hal ini menyebabkan tikus tersebut mudah ditangkap kucing dan dimakan—menyebabkan parasite yang ada di tikus juga termakan kucing.

Karena parasite tersebut dapat mengganggu otak tikus, hal ini sempat dicurigai sama pada otak manusia.
Namun kelompok peneliti asa Inggris tersebut tidak menemukannya. Studi ini mencari keluarga yang memiliki kucing pada 1990-an dan mengawasi perkembangan anak.

Para peneliti mengemukakan bahwa metode ini lebh dipercaya dibandingkan bertanya pada orang yang telah memiliki gangguan mental apakah mereka memiliki kucing ketika masih kecil.

“Studi kami menunjukan bahwa memiliki kucing selama hamil atau pada masa kecil tidak menjadi risiko langsung untuk gejala psikotik lanjut,” dr. James Kirkbride dari University College London, yang turut mengawasi studi ini, mengatakan.

“Setelah kami mengontrol faktor seperti rumah tangga yang ‘terlalu penuh’ dan status sosioekonomi, data menunjukan kucing bukanlah penyebabnya. Studi sebelumnya yang melaporkan adanya hubungan antara kepemilikan kucing dengan psikosis telah gagal karena tidak dapat mengontrol penyebab gangguan mental lain,” tambah Solmi.

“Lebih dari 60 juta pria, wanita, dan anak-anak di Amerika Serikat membawa parasit Toxoplasma, namun hanya sedikit yang memiliki gejalanya karena sistem imun biasanya menjaga parasit dalam menyebabkan penyakit,” menurut Centers for Disease Control and Prevention pada situs web mereka.

Referensi

Sumber: NBC Health
Sumber gambar: kittylovenews.com

2 Likes