Dalam hidup memang mengikhlaskan adalah level tertinggi baik dari segi emosional maupun mental. Mengikhlaskan sama halnya merelakan kebahagiaan yang dirasakan dan menggantinya dengan kebahagiaan yang baru dan sangat sulit dilakukan.
Tidak dapat dipungkiri banyak orang yang mengucap ikhlas pada mulutnya tetapi merasa terluka dalam hatinya. Sikap demikian sebenarnya adalah penghambat ikhlas yang menjadi kebiasaan banyak manusia. Sejatinya, untuk bisa benar-benar merasa ikhlas kita harus merasakan kerelaan tanpa unsur kemunafikan.
Mengikhlaskan sama halnya melepaskan orang atau benda yang amat kita sayangi. Tentu berat rasanya melepaskan apa yang ingin kita genggam setiap saat. Meskipun sangat sulit, orang yang sudah berhasil mencapai titik itu juga pasti akan memahami bahwa cinta bukanlah mengenai tentang kepemilikan.
Bukan menghilangkan rasa cintanya, tetapi ikhlas itu seperti sebuah penerimaan diri bahwa takdir dan kehendak terkadang berjalan tidak sesuai rencana yang kita harapkan. Ada banyak hal yang tidak bisa dipaksakan terlebih diusahakan jika memang takdirnya menginginkan perpisahan. Dengan ikhlas, cinta dan rasa bahagia itu tetap akan tumbuh setiap harinya lewat cara-cara yang berbeda.
Nah, menurut kalian gimana menganai ikhlas yang sebenarnya?