Benarkah Facebook berbahaya bagi kesehatan mental ?

facebook

Jakarta, CNN Indonesia – Di media sosial saat ini, berbagi dan mengomentari tautan melalui akun Facebook adalah sebuah kewajaran dalam beraktivitas di jejaring sosial. Namun penelitian membuktikan, ada kaitan antara kesehatan mental seseorang dengan aktivitas tersebut.

Melansir Live Science, penelitian yang dilakukan oleh Holly Shakya dari University of California dan Nicholas Christakis dari University Yale menemukan orang yang kerap memberikan ‘like’ pada unggahan orang lain cenderung punya masalah mental.

Kedua peneliti tersebut menganalisis data sekitar 5.200 orang dengan usia 48 selama tiga periode. Dalam penelitiannya, ilmuwan menilai kesehatan mental, fisik, dan kepuasan hidup partisipan.

Pun, peneliti diberi akses untuk mengamati penggunaan Facebook para responden.

Hasil yang dipublikasikan di the American Journal of Epidemiology, peneliti menemukan mereka yang kerap memberikan ‘like’ pada unggahan di Facebook memiliki kecenderungan masalah mental.

Selain itu, penelitian menunjukkan mereka yang kerap mengunggah status di Facebook juga memiliki masalah yang sama, bila dibandingkan dengan yang jarang mengunggah.

Keterkaitan ini ditemukan peneliti berkaitan dengan waktu. Penelitian menunjukkan orang dengan kondisi kesehatan buruk cenderung bermain Facebook dan berpeluang membuat kondisi semakin memburuk.

Bahkan, hasil penelitian menunjukkan orang dengan kondisi Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi lebih cenderung menggunakan Facebook lebih sering, meski tidak ada kaitan penggunaan Facebook berpengaruh pada IMT.

Penelitian ini dianggap sebagai salah satu pendukung hipotesis terkait hubungan antara media sosial dan kesehatan mental.

“Aktivitas media sosial dan komunikasi melalui jejaring sosial sebenarnya bermanfaat, namun terlalu banyak memungkinkan seseorang berada dalam masalah,” kata Thomas Valente, kata profesor kedokteran preventif di Keck School of Medicine, University of Southern California, menanggapi penelitian ini.

Valente, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan ketertarikan seseorang terhadap media sosial dapat dipengaruhi banyak faktor, termasuk urusan personal.

Namun ia mengatakan ada banyak yang mesti dipelajari lebih lanjut untuk memahami dampak dari laman jejaring sosial baik secara khusus maupun umum.

(end/les)

Bagaimana pendapat anda ?

Apapun yang ada di dunia ini, selalu mempunyai dua sisi, baik dan buruk, tergantung bagaimana Anda menyikapinya saja. Selain kebergunaannya, Facebook juga mempunyai dampak negatif terhadap psikologis manusia, dimana banyak di antaranya yang tidak terlihat. Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa pengguna berat Facebook akan mengalami penurunan kesejahteraan subjektif (subjective well-being) seiring dengan waktu (Kross et al., 2013). Berikut, berdasarkan penelitian yang ada, dampak negatif Facebook pada psikologis manusia.

Membuat Anda merasa bahwa hidup Anda tidak sekeren orang lain.

Psikolog sosial Leon Festinger mengamati bahwa orang secara alami cenderung melakukan perbandingan sosial. Untuk menjawab pertanyaan seperti “Apakah saya melakukan hal yang lebih baik atau lebih buruk dibandingkan rata-rata orang lain?” Anda perlu membandingkan diri Anda dengan orang lain.

Facebook adalah cara cepat dan mudah untuk terlibat dalam perbandingan sosial, melalui News Feed Anda. Anda mungkin melihat foto teman-teman Anda sedang menikmati makan malam mewah, atau berlibur di tempat yang luar biasa. Atau anda melihat teman anda telah mencapai prestasi yang luar biasa.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Chou dan Edge (2012) menemukan bahwa pengguna Facebook kronis cenderung berpikir bahwa orang lain menjalani hidup yang lebih bahagia daripada diri mereka sendiri, membuat mereka merasa bahwa hidupnya kurang adil.

Membuat Anda iri dengan kesuksesan teman-teman Anda.

Apakah teman anda mendapatkan promosi yang bagus bulan lalu atau teman anda mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Luar Negeri ? Ketika anda melihat teman-teman Anda sukses, dan banyak yang memujinya, bisa saja hal tersebut dapat membuat Anda merasa iri dengan kehidupan mereka yang menurut Anda lebih bahagia dibandingkan Anda sendiri.

Buxmann dan Krasnova (2013) menemukan bahwa dengan melihat berita kesuksesana mereka di News Feed, membuat Anda iri terhadap kesuksesan dan penampilan mereka. Temuan tambahan menunjukkan bahwa dampak psikologis negatif dari mengikuti orang lain di Facebook secara pasif didorong oleh perasaan iri Anda terhadap mereka.

Bisa jadi, ketika anda mengikuti orang-orang sukses, artis dan lain sebagainya, pada dasarnya Anda ingin mempunyai kehidupan seperti mereka, yang hal itu malah akan membuat diri Anda merasa iri dengan kehidupan mereka.

Membuat Anda tetap berhubungan dengan orang-orang yang seharusnya Anda lupakan.

Ingin tahu apa yang dilakukan mantan pacara Anda ? Denga andanya Facebook, Anda dapat melakukannya … walaupun hal itu mungkin bukan hal yang baik bagi psikologis Anda. Facebook dapat membuat Anda lebih sulit untuk melepaskan hubungan masa lalu. Apakah dia tampak sengsara seperti saya? Apakah posting yang dia lakukan ditujukan pada saya? Apakah dia mulai berkencan dengan orang lain ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin lebih baik tetap tidak terjawab dan Anda tidak perlu mencari tahu tentangnya.

Marshall (2012) menemukan bahwa pengguna Facebook yang mengunjungi laman mantan mereka mengalami gangguan pemulihan emosional pasca putus hubungan dan mengalami tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Bahkan jika Anda masih bertemu mantan Anda dalam kehidupan sehari-hari, efek “mengikuti” secara online menghasilkan dampak yang lebih buruk secara signifikan dibandingkan ketika anda melakukan kontak secara offline.

Membuat Anda kecanduan

Sama seperti zat adiktif lainnya, Facebook-pun dapat membuat anda kecanduan. Kecanduan Facebook (Internet) sudah masuk kedalam DSM-V (Diagnostik dan Statistik Manual)

Paddock, (2012), Hofmann dan rekan (2012) menemukan bahwa Facebook dan media sosial lainnya membuat anda kecanduan melebihi kecanduan rokok dan alkohol.

Berikut Skala Kecanduan Facebook menurut Paddock, (2012)

  1. Anda menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan Facebook atau merencanakan bagaimana cara menggunakannya.
  2. Anda merasakan dorongan untuk menggunakan Facebook lebih banyak dan lebih banyak lagi.
  3. Anda menggunakan Facebook untuk melupakan masalah pribadi.
  4. Anda telah mencoba mengurangi penggunaan Facebook, tetapi tidak berhasil.
  5. Anda menjadi gelisah atau bermasalah jika Anda dilarang menggunakan Facebook.
  6. Anda menggunakan Facebook begitu banyak sehingga berdampak negatif pada pekerjaan / studi Anda.

Referensi :

  • Buxmann, P., & Krasnova, H. (2013, February). Envy on Facebook: A Hidden threat to users’ life satisfaction . 11th International Conference on Wirtschaftsinformatik. Leipzig, Germany: Wirtschaftsinformatik.
  • Chou, H. G., Edge, N. (2012). They are happier and having better lives than I am: the impact of using Facebook on perception toward others’ lives. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking.
  • Hofmann, W., Vohs, K. D., & Baumeister, R. F. (2012). What people desire, feel conflicted about, and try to resist in everyday life. Psychological Science, 23 (6), 582-588.
  • Kross, E., Verduyn, P., Demiralp, E., Park, J., Lee, D. S., Lin, N., & Ybarra, O. (2013). Facebook use predicts declines in subjective well-being in young adults. PloS one, 8.
  • Marshall, T. C. (2012). Facebook surveillance of former romantic partners: associations with postbreakup recovery and personal growth. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15 (10), 521-526.
  • Paddock. C. (2012, May). Facebook addiction: New psychological scale. Medical News Today.