Pada kajian tataran makna terdapat makna leksikal.
Bagaimanakah struktur makna leksikal?
Istilah leksikal merupakan kata sifat dari lesikon (lexicon). Kata leksikon itu sendiri berasal dari bahasa Yunani lexicon yang artinya ‘kata’ atau ‘kosa kata’. Kata sifatnya leksikal, yakni sesuatu yang berkaitan dengan leksikon. Leksikon yang biasa juga disebut kosa kata, dapat diartikan sebagai berikut:
Jika disarikan, leksikon atau kosa kata adalah sejumlah kata dalam suatu bahasa yang digunakan secara aktif maupun pasif, baik yang masih tersebar di kalangan masyarakat maupun yang sudah dikumpulkan berupa kamus.
Eksistensi bahasa dalam kehidupan manusia sebagai alat utama untuk berkomunikasi antar anggora masyarakatnya. Dalam komunikasi bahasa akan tergambarkan kehidupan (kebudayaan) masyarakat pemakainya. Bahasa menunjukkan bangsa. Pada prinsipnya pemakaian bahasa ialah penggunaan kata-kata atau kosa kata dalam kehidupan. Karena itu, terampil tidaknya seseorang menggunakan bahasa akan ditentukan oleh kuantitas dan kualitas kosa kata yang dimilikinya (Tarigan, 1985:2).
Kosa kata atau leksikon sangat bermanfaat dalam kehidupan, antara lain:
Dalam kaitannya dengan hal itu, Dale dkk. (1971:2-6) menjelaskan bahwa:
Bentuk adalah wujud atau rupa yang ditampilkan. Bentuk bahasa (form, expression, signifiant, surface structure) merupakan penampakan atau rupa satuan bahasa, satuan gramatikal, atau satuan leksikal dipandang secra fonis maupun grafius (periksa Kridalaksana, 1982:23). Dengan demikian, bentuk leksikal ialah rupa atau penampakan kosa kata atau leksikon suatu bahasa. Karena itu, bentuk leksikal akan berkaitan dengan pemadu leksikal (leksem), perwujudan leksem, leksikal, dan klasifikasi bentuk leksikal.
Pemadu Leksikal: Leksem
Kridalaksana (1982:98) menjelaskan bahwa leksem adalah satuan leksikal dasar yang abstrak serta mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Misalnya: sleep, slept, sleeps, dan sleeping adalah bentuk-bentuk dari leksem sleep; kata atau frasa yang merupakansatuan bermakna; satuan terkecil dari leksikon.
Dalam karangannya yang lain, Kridalaksana (1987:52) menjelaskan bahwa leksem merupakan:
Istilah leksem dalam leksikon dapat disamakan dengan istilah morfem dalam morfologi. Karena itu, jika morfem sebagai pemadu kata, leksem sebagai pemadu kosa kata atau leksikon. Singkatnya, leksem adalah satuan leksikal terkecil yang sama atau mirip yang berulang sebagai pemadu leksikon.
Perwujudan Leksem: Lekson dan Aloleks
Lekson (tata bahasa stratifikasi) ialah komponen dari leksem (Kridalaksana, 1982:99). Misalnya: unsur-unsur ‘tidak’ dan ‘ajakan’ adalah lekson-lekson yang membentuk leksem jangan. Istilah lain untuk lekson ialah leksis. Jika kita bandingkan istilah leksokon, leksem, lekson, dan alolek dalam tataran leksikologi, maka sejalan dengan istilah kata, morfem, morf, dan alomorf dalam tataran morfologi.
Usaha mendeskripsikan lekson dari lesem pernah dilakukan oleh MC Cawley (1973:157) dalam bukunya Grammar and Meaning, meskipun istilah yang digunakannya berbeda. Mc Cawley mendeskripsikan hal serupa dalam menganalisis makna kalimat dengan jalan mengabtraksikan Perdikat beserta Argumenargumennya. Analisis Predikat dan Argumen tersebut dilakukan sampai hal-hal yang lebih kecil, akhirnya usnur itu tidak dapat dianalisis lagi.
Analisis ini dilaksanakan dalam kebiasaan Tata Bahasa Kasus dengan rumus: X = Y — Z. Misalnya: kata membunuh (X) = membuat (Y) menjadi mati (Z) (Kridalaksana, 1976:143).
Pembahasan leksikon dan aloleks berkaitan erat dengan leksem. Leksem diwakili oleh lekson, bisa satu lekson atau beberapa lekson. Lekson-lekson itu tersusun dari fonem-fonem, dan masing-masing lekson dibedakan oleh bentuk fonemis dan maknanya. Karena itu, lekson dapat berupa:
Pembentukan Leksikal
Bentuk leksikal atau leksikon adalah penampakan kosa kata dilihat dari unsur struktur atau struktur pembentuknya. Berdasarkan bentuknya, leksikon dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: leksikon tunggal dan leksikon turunan (jadian, kompleks).
Proses leksemik atau leksikalisasi adalah pengungkapan kategori gramatikal-semantis menjadi sebuah unsur leksikal. Misalnya:
Penciptaan leksem atau leksikon baru (Kridalaksana, 1982:98). Jadi, proses leksemik sejalan dengan proses morfologis. Karena itu, proses morfologis dapat dipandang sebgai sub-sistem yang mengolah leksem menjadi kosa kata. Hal ini sesuai dengan pandangan Whorf (dalam Carrol, 1956:132) ketika membicarakan tipe-tipe derivasional bahwa ‘these may merge into or became identical with morpholo- gical categories, and in some languages this section is to be tranfered from the lexeme to the word: morphology’.
Dalam proses leksemik dan proses morfologis, leksem sebagai satuan berperanan sebagai masukan; sedangkan kata sebagai satuan gramatikal ber- peranan sebagai hasilan.
Terdapat anekaproses leksemik atau leksikalisasi yang sejalan dengan proses morfologis, antara lain, derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, pemendekan, derivasi balik, dan perpaduan (lihat Kridalaksana, 1987:56-63).
1. Derivasi Zero (Perubahan Tanwujud)
Derivasi zero atau perubahan tanwujud ialah proses leksemik yang mengolah leksem tunggal menjadi (kosa) kata tunggal. Dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa-apa. Misalnya: leksem lupa menjadi kata lupa.
2. Afikasasi (Pengimbuhan)
Afiksasi ialah proses leksemik yang mengubah leksem tungal menjadi kosa kata berimbuhan. Misalnya: leksem lupa menjadi kata melupakan setelah mengalami afiksasi dengan meN - - kan.
3. Reduplikasi (Pengulangan)
Reduplikasi ialah proses leksemik yang mengubah leksem menjadi kata kompleks dengan jalan penyebutan leksem sebagian atau seluruhnya. Misalnya: leksem rumah menjadi kata rumahrumah.
4. Pemendekaan (Abreviasi)*
Pemendekan ialah proses leksemik yang mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau akronim (singkatan). Ada beberapa jenis pemendekan:
5. Derivasi Balik
Derivasi balik ialah proses leksemik yang masukkannya berupa leksem tunggal, dan hasilannya berupa kata yang secara historis muncul kemudian dari asalnya itu, kejadiannya seperti afiksasi. Misalnya: Leksem mungkir menjadi pungkir dalam bentuk seperti dipungkiri terjadi karena proses derivasi balik.
Kita tahu bahwa leksem mungkir lebih dulu ada daripada leksem pungkir, karena leksem itu berasal dari bahasa Arab dan pungkir hanya ada dalam bahasa Indonesia.
6. Perpaduan (Pemajemukan)
Perpaduan adalah proses leksemik yang menggabungkan beberapa leksem tunggal menjadi kata kompleks. Misalnya leksem daya dengan leksem juang menjadi kata daya juang.
Klasifikasi Bentuk Leksikal
Kosa kata atau leksikon dalam bahasa Indonesia dapat dikalsifikasikan menjadi beraneka ragam. Keanekaragaman bentuk leksikal itu masing-masing dipaparkan sebagai berikut:
1. Kosa Kata Aktif dan Kosa Kata Pasif
Dilihat dari frekuensi pemakaiannya, kosa kata dapat dibedakan menjasi dua bagian. Kosa kata aktif ialah kosa kata yang sering dipakai dalam komuni-kasi berbahasa, dan kosa kata pasif ialah kosa kata yang jarang atau tidak pernah dipakai lagi.
2. Kosa kata Asli dan Kosa Kata Serapan
Dilihat dari asal-usulnya, kosa kata dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kosa kata asli dan kosa kata serapan. Kosa kata asli ialah kosa kata yang berasal dari bahsa kita sendiri, sedangkan kosa kata serapan ialah kosa kata yang berasal atau diserap dari bahasa daerah atau bahasa asing.
3. Kosa Kata Abstrak dan Kosa Kata Kongkret
Dilihat dari acuan atau rujukannya, kosa kata dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kosa kata abstrak dan kosa kata kongkret. Kosa kata abstrak ialah kosa kata yang mempunyai rujukan berupa konsep atau pengertian, dan kosa kata kongkret ialah kosa kata yang mempunyai rujukan berupa obyek yang dapat dicerap oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengar, atau dicium).
4. Kosa Kata Umum (Luas) dan Kosa Kata Khusus (Sempit)
Dilihat dari cakupannya, kosa kata dapat dibedakan menjadi dua bagian. Kosa kata umum ialah kosa kata yang luas cakupannya atau ruang lingkungpnya sehingga mencakup aneka hal, dan kosa kata khusus ialah kosa kata yang yang sempit atau terbatas cakupannya.
5. Kosa Kata Populer dan Kosa Kata Kajian
Dilihat dari ranah atau matranya, kosa kata dapat dibedakan menjadi dua bagian. Kosa kata populer ialah kosa kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari, dan kosa kata kajian atau istilah ialah kosa kata yang dikenal dan dipakai oleh bidang tertentu atau dalam bidang keilmuan.
6. Kosa Kata Baku dan Kosa Kata Nonbaku
Dilihat dari kaidah ragam bahasa, kosa kata dapat dibedakan menjadi dua bagian. Kosa kata baku (standar) ialah kosa kata yang pemakaiannya mengikuti kaidah ragam bahasa yang telah ditentukan, dan kosa kata nonbaku ialah kosa kata yang epmakaiannya tidak mengikuti kaidah ragam bahasa yang telah ditentukan.