Bagaimanakah Sejarah Linguistik?

sejarah linguistik

Perjalanan linguistik hingga dewasa ini pada dasarnya melalui tiga periode perkembangan, yaitu periode awal, periode perkembangan, dan periode pembaharuan.

Bagaimanakah periodeisasi tersebut?

Periode Awal

Tumpuan analisis linguistik pada peride awal dicirikan oleh faktor logika. Periode awal ini terbagi atas beberapa masa, yaitu berikut ini.

1. Masa India

Cara belajar secara lisan masih terjadi di India sekitar abad ke-19. Walaupun demikian, pada abad ke-5 SM di India telah dipergunakan bahasa tulis dengan abjad Brahmi. Pada saat itu, mempelajari bahasa India ditujukan bukan untuk mengetahui hakikat bahasa, melainkan untuk kepentingan agama dan hikmah yang ada dalam kitab Veda.

2. Masa Yunani

Pandangan orang-orang Yunani terhadap bahasa pada saat itu bertitik tolak dari filsafat. Para filosof, misalnya Plato mempersoalkan hubungan antara lambang dan acuannya dalam percakapan Kratylos dan Cratylus. Socrates (460–399 SM) menyatakan bahwa lambang harus sesuai dengan acuan. Aristoteles (384–322 SM) juga menyatakan bahwa hubungan antara lambang dan acuan bersifat konvensional. Selain itu, mereka juga memperkenalkan kelas kata. Plato membagi kelas kata menjadi onoma (nomen), dan rhema (verbum). Selanjutnya, Aristoteles, kaum Stoik, dan kaum Alexandria, kelas kata diperluas menjadi delapan, yaitu onoma (kata benda), rhema (kata kerja), metosche (partisipel), arthron (kata sandang), antonymia (kata ganti), prosthesis (kata depan), epirrhema (kata keterangan), dan syndesmoi (kata sambung).

3. Masa Romawi

Pembagian kelas kata pada masa Yunani kemudian pada masa Romawi, karangan Dionysius dan Thrax menambahkan kelas kata yang baru, yaitu numeralia (kata bilangan). Tokoh Romawi, Varro (116–27 SM) dalam bukunya De Lingua Latina telah membicarakan etimologi, morfologi, dan sintaksis). Pada masa itu, telah dibedakan kajian bahasa secara logika dan secara gramatikal. Di samping itu, juga telah diciptakan berbagai istilah teknis berhubungan dengan bahasa.

4. Masa Pertengahan

Pada masa ini pendidikan Latin sangat berperan. Ada dua hal yang dikemukakan mengenai perkembangan linguistik, yaitu munculnya kaum Modistae dan tatabahasa spekulatif. Kaum Modistae mengagungkan semantik. Mereka menyatakan bahwa setiap benda memiliki perbedaan ciri yang disebut modi essendi. Dalam bahasa, pikiran dialihkan oleh bunyi-bunyi, baik secara aktif maupun pasif. Sementara itu, kaum spekulatif menyatakan bahwa kata sebagai sistem tanda dihubungkan dengan acuan (reference). Pada dasarnya, secara substansial semua bahasa akan mempunyai kata untuk konsep yang sama.

5. Masa Renaissance

Renaissance diartikan sebagai masa kehidupan kembali mempelajari bahasa-bahasa kuno, seperti Yunani dan Romawi. Masa ini terjadi sekitar abad ke- 16 dan 17. Ada dua hal pada masa ini, yaitu tuntutan terhadap manusia untuk menjadi homo trilinguis (menguasai bahasa Yunani, Latin, dan Ibrani) dan bahasa-bahasa di luar Eropa mendapat perhatian dan diperbandingkan.

Periode Perkembangan

Pada periode perkembangan, sejak abad ke- 18 bahasa tidak lagi dipelajari sebagai alat, melainkan dipelajari sebagai objek. Atau dengan kata lain, tidak lagi berorientasi pada logika dan filsafat, tetapi lebih kepada “apa adanya”. Berikut perkembangan linguistik pada periode perkembangan.

1. Abad ke-18

Pada abad ke-18 ini dilakukan pengumpulan data bahasa secara besar-besaran oleh kaum misionaris. Salah satu sarjana yang bekerja adalah P.S. Pallas dengan bantuan Ratu Rusia, Katharina II berhasil mengumpulkan kata-kata dari 272 bahasa di Eropa, Asia, dan Amerika. Abad ke-18 biasa juga disebut Age of Reason, yaitu sesuatu dilihat dengan akal dan rasio.

2. Abad ke-19

Abad ke-19 dianggap sebagai abad mulainya linguistik, terutama mengenai linguistik historis komparatif. Ada beberapa tokoh yang terlibat pada abad ke-19 ini, yaitu berikut ini.

  • E.B. Condillac berpendapat bahwa asal mula bahasa berpangkal pada bunyi-bunyi alamiah berupa tekanan karena emosi yang kuat, lalu bunyi itu menjadi bermakna karena selalu diulang.
  • Johann Gotfried Herder berpendapat bahwa bahasa muncul karena dorongan dari perasaan dan kecerdasan manusia. Misalnya banyak berjalan, merasa capek. Banyak memukul, merasa sakit. Analogi itulah kemudian yang memunculkan kata capek, lelah, sakit. Menurut Herder, kata kerja lebih dahulu ada.
  • Friedrich von Schlegel dan A.W. Schlegel berpendapat bahwa ada tiga kelompok bahasa, yaitu bahasa yang bermacam-macam makna yang ditentukan oleh perubahan bunyi (bahasa fleksi), bahasa yang maknanya ditentukan oleh afiks (bahasa afiks), dan bahasa yang partikelnya membentuk makna baru (seperti bahasa Tionghoa).
  • Wilhelm von Humboldt sebagai penegak pertama linguistik umum. Ia menyatakan bahwa bahasa merupakan pekerjaan jiwa yang selalu diulang dengan menggunakan bunyi yang menyatakan pikiran. Tiap perbuatan menimbulkan kesan, tiap kesan menjadi objek, tiap objek menjadi pernyataan. Untuk itu, Humboldt membagi bahasa menjadi empat jenis, yaitu bahasa yang hanya terdiri dari root dan tidak mengalami perubahan bentuk (bahasa monosilabel), bahasa tempel-menempel/ afiks (bahasa aglutinasi), bahasa yang mengenal konjugasi/kasus (bahasa fleksi), dan bahasa campur (bahasa inkorporasi).
  • R.K. Rask beranggapan bahwa kalau ada persamaan antara dua bahasa, maka hal itu disebabkan oleh kekeluargaan bahasa tersebut. Perubahan bunyi bergantung pada organ-organ bicara dan cara menghasilkan bunyi.
  • Franz Bopp, pertama kali meneliti asal mula akhiran kata kerja. Sehubungan dengan itu, Bopp membagi bahasa menjadi tiga jenis, yaitu (a) bahasa-bahasa tanpa akar dan tanpa tenaga pembentukan, seperti bahasa Tionghoa, (b) bahasa-bahasa yang terdiri dari satu suku kata, dan (c) bahasa-bahasa dengan akar kata yang terdiri dari dua suku kata dan tiga konsonan mutlak.
  • Jacob Grimm, berjasa dalam membuka jalan ke ilmu bunyi. Grimm telah menemukan hukum pergeseran bunyi. Dari Grimm pula dikenal istilah umlaut dan ablaut.
  • A. Schleicher, berpendapat bahwa pertumbuhan bahasa bersifat historis. Oleh karena itu, dua hal yang dilakukan oleh Schleicher untuk kemajuan linguistik, yaitu (1) merekonstruksi bentukan asli bahasa Indo-Jerman dengan membandingkan dengan bahasa lain dan (2) menentukan asal mula timbulnya bahasa-bahasa Indo-Jerman.

3. Kaum “80” dan sesudahnya

Schmidt menentang pendapat Schleicher. Ia menyatakan bahwa perkembangan bahasa dapat ditentukan garis atau batas-batasnya yang disebut isoglosse yang selanjutnya makin meluas seperti riak ombak dan dikenal dengan teori ombak (wave theory). Schmidt memandang bahwa bahasa Indo-Jerman sebagai kesatuan yang tak terputuskan seperti rantai besi dari rangkaian gelang.

Periode Pembaharuan

Pada periode pembaharuan ini, para pakar menitikberatkan perhatian mereka pada persoalan bahasa saja, tidak memandang lagi dari segi perbandingan atau filsafat. Untuk itu, berikut dibicarakan beberapa tokoh pada periode pembaharuan ini.

1. Ferdinand de Saussure (1857–1913)

Terkenal karena bukunya “Cours de Linguistique Generale (1916)” sekaligus sering disebut sebagai Bapak Linguistik Modern. Beberapa konsep yang diajukan yaitu berikut ini:

  • Konsep lingusitik diakronis dan sinkronis Diakronis berarti menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa sehingga bersifat vertikal, misanya perkembangan bahasa Indonesia sejak disebut bahasa Melayu sampai kini. Sinkronis berarti menyelidiki bahasa sezaman sehingga bersifat horizontal. Misalnya penggunaan bahasa Indonesia pada tahun 1980.
  • Konsep la langue, la parole, le langage Langage berarti bahasa pada umumnya, langue berarti bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, sedangkan parole berarti logat, ucapan, tuturan.
  • Konsep form dan substance Menyatakan bahwa bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi. Misalnya bentuk mari dan dari bukan karena perbedaan antara fonem /m/ dan /d/, melainkan karena perbedaan nilai dalam sistemnya, yakni /m/ dan /d/ membedakan makna.
  • Konsep signifiant dan signifie Bahasa sebagai sistem lambang dan lambang itu adalah kombinasi antara bentuk (signifiant) dan makna (signifie). Kata yang diucapkan sebagai rumah adalah sebuah bentuk yang mengandung makna ‘rumah’.
  • Konsep sintagmatik dan paradigmatik Kalau kita berkata “Rumah dia akan dijual,” maka bentuk rumah yang dihubungkan dengan bentuk yang lain sebagai satu kesatuan disebut sintagmatik. Sementara itu, kalau bentuk-bentuk rumah, rumahnya, berumah sebagai hubungan antara rumah dengan bentuk-bentuk di bawahnya disebut paradigmatik.

2. L. Bloomfield

Bloomfield memperkenalkan konsep yang dikenal dengan nama aliran struktural. Ia beranggapan bahwa apapun yang kita ucapkan pasti memiliki struktur. Misalnya kata rumah, maka strukturnya adalah /r u m a h/ dan bukan maruh atau hamur. Ia juga menemukan pendekatan immediate constituents (IC) dalam analisis bahasa.

3. Kenneth L. Pike

Pike mengemukakan paham tagmemik. Pike beranggapan bahwa dalam setiap penemuan terdapat langkah analisis yang didasarkan pada kenyataan berupa bagian dari analogi, subtitusi, dan perluasan. Dalam tagmemik, unit terkecil yang berfungsi dalam ujaran disebut tagmeme yang selanjutnya dapat mengisi slot dalam sintaksis.

4. Noam Chomsky

Bukunya yang berjudul Syntactic Structure (1957) dan Aspects of the Theory of Syntax (1965) telah memperkenalkan dirinya sebagai penemu teori tatabahasa transformasi genaratif. Chomsky menyatakan bahwa tatabahasa terdiri atas tiga komponen, yaitu sintaksi, semantik, dan fonologi. Tatabahasa harus memenuhi dua syarat, yaitu: (1) kalimat yang muncul harus berfungsi dalam ujaran dan (2) tatabahasa tersebut.

5. Charles Fillmore

Filmore terkenal dengan teori sintaksisnya berdasarkan kasus dalam bukunya yang berjudul “The Case of Case” (1968) oleh Verhaar menyebut sebagai peran. Ia beranggapan bahwa dalam bahasa-bahasa tertentu memiliki sistem kasus, khususnya bahasa fleksi, seperti bahasa Sansekerta, Jerman, Inggris, dan Latin.

Referensi

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/b98faf7205612cd64c3062c86b826187.pdf