Bagaimanakah Seharusnya Kecukupan Gizi pada Bayi?


Kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisilogis tertentu seperti kehamilan dan menyusui (Persagi, 2015).

Bagaimanakah kecukupan gizi pada bayi?

1 Like

Menurut Sunita Almatsier (2011), zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Zatzat makanan yang diperlukan tubuh dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Menurut Arisman (2010), adapun zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang dapat mendukung pertumbuhan bayi yang sehat diantaranya:

  • Energi
    Konsumsi energi sebanyak 115 Kkal per kg berat badan (sekitar 95-145 Kkal/kg) untuk kebutuhan bayi pada bulan pertama kehidupannya. Dari jumlah energi yang dikonsumsi bayi, 50% digunakan untuk energi basal (energi yang dibutuhkan untuk bekerjanya organ-organ di dalam tubuh, peredaran darah dan sebagainya).25% untuk aktivitasnya, 25% lainnya untuk pertumbuhan badan yang berkisar antara 5 sampai 7 gr per hari. Untuk umur 6 bulan energi yang dibutuhkan turun menjadi 95 Kkal/kg berat badan.

  • Protein
    Terdiri dari unsur C, H, O dan N, dan kadang – kadang S dan P, diperoleh melalui tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan melalui hewan (protein hewani) berfungsi membangun sel – sel yang telah rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon serta membentuk zat anti energi. Kebutuhan akan protein selama periode pertumbuhan tulang rangka dan otot yang cepat pada masa bayi relatif tinggi. konsumsi sebanyak 2,2 gr protein bernilai gizi tinggi per kg berat badan per hari menghasilkan retensi nitrogen sekitar 45%, jumlah ini cukup untuk pertumbuhan bayi yang normal.

  • Lemak
    ASI memasok sekitar 40-50% energi sebagai lemak (3-4 gr/100 cc). lemak minimal harus menyediakan 30% energi, yang dibutuhkan bukan saja untuk mencukupi kebutuhan energi tetapi juga memudahkan penyerapan asam lemak esensial, vitamin yang terlarut dalam lemak, kalsium serta mineral lain dan juga untuk menyeimbangkan diet agar zat gizi yang lain tidak terpakai sebagai sumber energi.

  • Vitamin Larut Lemak
    Jumlah vitamin A yang dibutuhkan bayi sebanyak 75 RE per hari. Konsumsi vitamin D pada bayi akan meningkat pada waktu terjadinya klasifikasi tulang dan gigi yang cepat. Konsumsi vitamin D dianjurkan 400 IU/hari. Kebutuhan vitamin E pada bayi sebanyak 2-4 mg TE (Tocopherol Equivelent) per hari. Untuk vitamin K, defisiensi vitamin K dapat terjadi pada beberapa hari pertama kehidupan.

  • Vitamin Larut Air
    Vitamin yang larut dalam air,meliputi vitamin B dan C, kebutuhan bayi akan vitamin ini dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu. Bayi harus memperoleh 0,5 mg ribovlavin per 1000 Kkal energi yang dikonsumsi untuk memelihara kejenuhan jaringan. Sedangkan untuk vitamin C, bayi memperoleh dari ASI.

  • Mineral
    ASI mengandung 280 mg kalsium per liter, yang berarti dapat mensuplai sekitar 210 mg kalsium per hari. Mineral mempunyai fungsi sebagai pembentuk berbagai jaringantubuh, tulang, hormon, dan enzim, sebagai zat pengatur berbagai proses metabolisme, keseimbangan cairan tubuh, proses pembekuandarah. Zat besi atau Fe berfungsi sebagai komponen sitokrom yang penting dalam pernafasan dan sebagai komponen dalam hemoglobin yang penting dalam mengikat oksigen dalam sel darah merah.

Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67708/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Bayi memerlukan zat gizi pada makanan dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Misalnya, pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan, kebutuhannya akan zat-zat gizi berbeda dengan bayi yang berumur di atas 4 bulan. Tabel di bawah ini menggambarkan keperluan akan energi dan protein bagi bayi menurut golongan umurnya.
image

Sekarang kita lanjutkan dengan Gizi Bayi dan Susu Formula. Semua orang telah mengakui bahwa air susu ibu (ASI) tidak perlu diragukan lagi sebagai makanan bayi yang paling baik. Akan tetapi, kadang-kadang oleh suatu sebab tertentu ibu harus menambah atau mengganti ASI ini dengan makanan lain. European Society fos Paediatric Gactroenterdody and Nutrition (ESPGAN) Committee on Nutrition dalam publikasinya pada tahun 1977 membagi formula bayi (infant formula) dan formula lanjutan (follow-up formula). Mari kita bahas tentang susu formula ini satu persatu.

  1. Formula adaptasi
    Adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bayi baru lahir. Formula adaptasi ini untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur di bawah 3-4 bulan fungsi saluran pencernaan dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASI-nya harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral yang berlebihan. Komposisi yang dianjurkan oleh ESPGAN (1977) setelah bubuk formula tersebut dicairkan sesuai petunjuk prosedurnya.
    image

  2. Formula awal lengkap
    Berbeda dengan formula adaptasi, pada formula ini terdapat kadar protein yang lebih tinggi dan rasio antara fraksi-fraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam susu ibu. Selain itu kadar sebagain mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan formula adaptasi. Keuntungan dari formula ini terletak pada harganya. Berhubung pembuatannya tidak begitu rumit maka ongkos pembuatannya juga lebih murah sehingga dapat dipasarkan dengan harga lebih rendah. Susu formula awal lengkap ini diberikan untuk bayi berusia 4-6 bulan. Berikut ini kita banding nilai kandungan zat gizi pada berbagai formula komersial :
    image

  3. Formula lanjutan
    Formula ini diperuntukan bagi bagi berumur 6 bulan ke atas. Telah diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat sedemikian, sehingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada waktu bayi lahir belum sempurna. Maka dari itu dalam formula adaptasi zat-zat gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah timbulnya penyakitpenyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat gizi tersebut. Oleh karena pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai maka kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Di samping itu dengan pertumbuhan yang cepat dan aktifitas fisik yang meningkat maka dibutuhkan zat gizi yang dapat memenuhi kebutuhan bayi di atas 6 bulan. Pertumbuhan yang cepat memerlukan protein ekstra untuk perkembangan dan juga lebih banyak mineral. Formula lanjutan dapat diberikan pada anak dari usia 6 bulan – 3 tahun. Demikian tentang susu, berikutnya bila bayi sudah bisa mendapatkan makanan tambahan.

  4. Makanan tambahan
    ASI dalam jumlah yang cukupmemang merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Namun, setelah umur 4 bulan bayi secara berangsur-angsur perlu diberikan makanan tambahan berupa sari buah atau buahbuahan segar, makanan lumat, dan akhirnya makanan lembek.
    image

Kebutuhan Gizi pada Bayi

  1. Gizi Bayi Usia 0 – 6 bulan.
    Dalam usia bayi 0-6 bulan, makanan yang paling tepat untuk bayi adalah air susu ibu atau ASI, karena memang komposisi zat gizi yang ada pada ASI paling tepat untuk bayi pada usia ini. ASI eklusif menurut World Health Organization (WHO), (2016) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Anjuran pemberian ASI eksklusif 6 bulan ini dikeluarkan juga oleh The American Dietetic Assosiation pada bulan oktober 2001 bersamaan dengan diterbitkannya panduan berjudul “Exclusive Breastfeeding for 6 month and Breastfeeding with Complementary Foods for at Least 12 months is the ideal feeding pattern for infants“ Para ibu yang bekerja dan merasa kesulitan untuk memberikan ASI kepada bayinya, dapat memompa air susunya sebelum berangkat bekerja untuk kemudian diberikan kepada bayi dengan menggunakan sendok. Minuman yang terbuat dari susu hewan terutama susu sapi, dapat diberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau pengganti ASI dalam kondisi-kondisi antara lain :
  • Air susu ibu (ASI) tidak keluar

  • Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI

  • ASI keluar tetapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi

  • ASI keluar tetapi ibu tidak dapat terus menerus menyusui bayinya karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, kebun atau tugas lainnya) untuk beberapa kali jadwal menyusui ASI dapat diganti dengan minuman buatan

    Namun perlu tetap diingat bahwa ASI adalah sumber makanan bayi yang paling tepat untuk bayi. Tubuh ibu akan memproduksi ASI paling banyak pada malam hari dan pagi hari, karena itu, ibu sebaiknya tidak menghentikan menyusui pada waktu-waktu tersebut. Pada masa kondisi ekonomi seperti saat ini, alternatif lain sebagai pengganti ASI dan susu formula perlu dikembangkan, seperti susu kedelai. Susu kedelai memang memiliki kelebihan, yaitu baik diberikan kepada bayi yang alergi sukrosa, namun kelemahannya adalah rasanya tidak seenak susu formula.

  1. Gizi Bayi Usia 9 – 12 Bulan
    Bayi usia 9 bulan merupakan usia peralihan kedua dalam pengaturan makanan bayi. Makanan bayi yang tadinya bertumpu pada ASI sebagai pemberi zat gizi utama, setelah usia 9 bulan akan beralih ke makanan sapihan sebagai pemberi zat gizi utama, sedangkan ASI hanya berperan sebagai pelengkap. Pada usia 9 bulan kebutuhan kalori bayi adalah 350 kal (dari 500 ml ASI). Sehingga diperlukan tambahan makanan sebesar 450-500 kalori per hari. Masalah dalam menyusun makanan tambahan untuk bayi usia ini adalah bagaimana menyusun makanan tersebut sehingga memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi, dengan mutu yang mendekati mutu gizi ASI. Apabila di daerah itu sukar diperoleh bahan makanan sumber protein hewani, baik karena terbatasnya jenis makanan yang ada ataupun karena harganya yang tidak terjangkau, jalan keluar yang paling dianjurkan adalah menggabungkan makanan pokok (beras, jagung, umbi-umbian, atau sagu) dengan kacang-kacangan atau hasil olahannya (tempe, tahu) dan bila mungkin dilengkapi dengan bahan makanan sumber protein hewani. Makanan terdiri dari campuran : bahan makanan pokok sumber kalori, bahan makanan sumber protein nabati yaitu kacang-kacangan atau hasil olahannya (tahu, tempe) dan bahan makanan sumber protein hewani sebagai penambah, serta sayuran hijau sebagai sumber mineral dan vitamin. Dalam memilih jenis bahan makanan yang akan digunakan perlu memperhatikan hal-hal berikut.
  2. Bahan Makanan Pokok Sumber Kalori
    Sebagai sumber kalori umumnya digunakan bahan makanan pokok yang sehari-hari digunakan di daerah tersebut (contoh : beras, gandum, sagu, singkong ). Tetapi jika masih dimungkinkan untuk memilih makanan, pilihlah bahan makanan pokok yang mutu gizinya cukup baik, terutama dilihat dari mutu gizinya cukup baik, terutama dilihat dari kadar proteinnya, yakni beras. Beras merupakan pilihan utama karena kadar kalori proteinnya cukup tinggi. Selain itu asam amino pada beras lebih mudah diserap dibandingkan serelia lainnya. Daftar berikut ini memperlihatkan perbandingan mutu protein dari berbagai jenis makanan pokok.

image

  1. Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
    Dari berbagai jenis bahan makanan nabati yang paling memenuhi syarat, bukan saja karena kadar proteinnya akan tetapi mutu proteinnya cukup baik, adalah bahan makanan jenis kacang-kacangan (leguminosa). Untuk itu dapat dipilih dari jenis kacang hijau, kacang tolo, kacang merah atau kacang kedelai. Dapat juga digunakan hasil olahan dari berbagai jenis kacang-kacangan tersebut seperti tempe dan tahu.

  2. Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
    Tubuh mempunyai daya serap terhadap protein nabati yang terbatas sehingga menyebabkan terhalangnya pembentukan protein tubuh. Berbagai jenis bahan makanan sumber protein hewani seperti ikan, telur, daging, susu atau dari jenis lainnya dapat digunakan untuk makanan bayi dan anak.

  3. Bahan Makanan Sumber Vitamin dan Mineral
    Selain kalori dan protein, untuk pertumbuhan diperlukan juga berbagai jenis vitamin dan mineral. Berbagai jenis sayuran daun yang berwarna hijau tua merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik untuk bayi. Dalam membuat makanan sapihan, bukan saja macam campuran bahan makanan yang perlu diperhatikan, tetapi jumlah masing-masing bahan makanan juga harus proporsional.

Referensi

Mardalena, I dan Suryani, E. 2016. Ilmu Gizi. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan dan kementerian Kesehatan Republik Indonesia.