Bagaimanakah Membangun Komunitas yang Baik?

Setelah memahami arti penting dan kekuatan sebuah komunitas dalam persaingan di social media marketing, saat ini berbagai produk dan brand berlomba-lomba menggagas dan mulai membangun komunitas sendiri. Dari sekian banyak yang berusaha membangun komunitas, banyak yang “gugur” dan gagal ditengah jalan. Mari kini kita coba pahami bagaimana langkah dan konsep yang harus disiapkan dalam membangun sebuah komunitas.

Sebagian besar komunitas yang eksis hingga kini dan cukup loyal adalah komunitas yang awalnya dibentuk bukan karena kesengajaan suatu brand atau produk. Akan tetapi hal ini bukan berarti sengaja men-setting dan membangun komunitas untuk produk tertentu adalah mustahil sukses. Dalam membangun sebuah komunitas, kita harus memahami beberapa variable prinsip yang harus ada, yaitu:

Uang Tak Dapat Membeli Komunitas

Buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa komunitas dapat dibeli. Karena sesungguhnya esensi dari suatu komunitas adalah ikatan emosional yang terbentuk dari kesamaan kesukaan pada suatu hal. Sama secara visi, hobi, tujuan dll adalah beberapa hal yang membuat orang bergabung dalam komunitas. Pada saat awal pembentukan, upaya menarik anggota dengan memberikan insentif bisa saja dilakukan, akan tetapi jangan dijadikan tolok ukur dan sebaiknya insentif ini hanya diberikan sesekali saja, saat acara-acara tertentu.

Dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya untuk membangun komunitas tidak diperlukan dana yang sangat besar, karena sejatinya komunitas adalah tentang kualitas, bukan kuantitas.

Konsistensi & Ketulusan

Komitmen dan konsistensi dalam sebuah komunitas membutuhkan figure. Siapkanlah “tokoh” yang siap repot ini untuk hadir ditengah-tengah massa, sehingga membawa pengaruh positif bagi komunitas nantinya. Andrew Darwis di Kaskus adalah contoh konkret bagaimana sebuah komitmen yang konsisten dalam komunitas membawa influence bagi yang lain.

Ketulusan adalah hal mutlak yang harus ditonjolkan dalam komunitas. Jangan sekali-kali menganggap komunitas sebagai sebuah kumpulan “pengikut” yang siap dijejali iklan dan promosi kita. Melainkan berikanlah pengetahuan tentang segala hal, baik yang menyangkut produk maupun tidak. Tunjukkan bahwa produk tak hanya ingin beriklan, tapi juga ingin bermanfaat bagi anggota komunitasnya. Jadikanlah komunitas sebagai partner, sehingga ikatan emosional tetap terjaga.

Temu Offline / Kopi Darat

Last but not least, adakanlah kegiatan offline alias kopi darat komunitas secara rutin. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menambah kekuatan emosional antara masing-masing anggota, antara tokoh dan anggota serta brand dengan komunitas secara keseluruhan.

Demikianlah tiga konsep awal pembentukan sebuah komunitas. Dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik, komunitas yang loyal dan bermanfaat akan lahir dan hidup terus seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan brand /perusahaan.

Sumber

2 Likes

Komunitas merupakan hal yang penting dalam mengelola berbagai hal. Komunitas ini berfungsi sebagai penopang atau pendukung dari suatu gerakan. Tentu ada cara yang dapat dilakukan dalam mengelola dan mengembangkan komunitas ini. Diambil dari Ekomarwanto.com, ada 18 peran yang dapat dilakukan agar komunitas bisa langgeng dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Delapanbelas peran ini merupakan terbitan dari Susan Fouenier dan Lara Lee di Harvard Business Review.

Pertama, Mentor. Selalu ada orang yang memang bisa atau merasa bisa mengajarkan sesuatu pada orang lain. Inilah pemuasan aktualisasi diri seseorang. Di Komunitas Trip Advisor, banyak orang yang malah membuat “10 tempat paling menarik di Bali,” misalnya. Belum tentu benar, sih. Tapi, paling tidak menurut dia dan berdasarkan pengalaman dia. Itulah top ten Bali!

Kedua, Learner. Kebalikan dari mentor, jangan dipaksa juga semua orang ikut menggurui. Tapi, berilah kesempatan menjadi pembelajar juga. Saya jadi anggota Komunitas Trip Advisor. Tapi, saya hanya pernah beropini tentang W Koh Samui dan Niksoma Bali.

Setiap kali mau ke suatu tempat, saya memang tidak hanya mau membaca web resmi yang pasti bagus-bagus isinya. Tapi, lebih penting lagi, review dari orang terhadap suatu tempat, hotel, maupun resor tertentu. Dengan demikian, saya sudah knowledgable sebelum menjatuhkan pilihan.

Ketiga, Back-up. Menjadi seorang safety net untuk orang lain dengan cara mencoba suatu produk baru. Memang, ada orang yang yang selalu mencoba tempat wisata baru yang jarang dikunjungi orang. Mahal dan sulit tidak jadi soal karena dia memang seorang adventurer. Dia akan bangga menjadi semacam pahlawan dengan memberikan tips dan peringatan pada orang lain. Wartawan bahkan banyak yang sengaja diminta mencoba gadget tertentu supaya bisa memberikan komentar awal.

Keempat, Partner atau Mitra. Tugasnya antara lain melakukan encourage, share, dan motivate. Nah, kalau ini jelas diminta jadi endorser sebuah Brand untuk menetralisasi komentar negatif yang tidak bisa dihindari. Di dunia maya yang tidak terkontrol ini, sebuah Brand harus mengangkat beberapa orang kredibel untuk jadi mitra yang siap pasang badan.

Kelima, Story teller. Sebuah karakter memang baru bisa ketahuan dalam sebuah cerita. Bukan lewat promosi. Karakter itu sesuatu yang konsisten dalam jangka panjang Karena itu, Brand membutuhkan beberapa anggota komunitas yang senang sebagai pencerita. Memang, tidak semua orang bisa jadi pencerita. Tapi, berilah kesempatan pada mereka yang bisa.

Keenam, Historian. Tugasnya adalah melestarikan kesan-kesan yang terjadi dalam suatu komunitas. Orang-orang seperti ini rajin melakukan filing dan lantas mengkodifikasikan kembali ritual-ritual yang sudah terjadi.

Ketujuh, menjadi Pahlawan atau Hero sesungguhnya. Siapa yang mau jadi role model bagi komunitasnya? Dia memang harus benar-benar hard core. Supaya bisa menjadi contoh panutan untuk anggota lainnya.

Kedelapan, Celebrity. Ya, Anda bisa mengambil selebriti yang sudah jadi, tapi dengan risiko. Orang merasa itu sekadar bayaran atau profesional. Yang paling bagus kalau komunitas itu menselebritikan seseorang. Para pelatih sepakbola seperti Mourinho selalu jadi selebriti bagi komunitas klubnya,walaupun katanya, dia sendiri tidak terlalu pintar main sepakbola. Tapi, Ronaldo dan Messi adalah the real celebrity bagi komunitas masing-masing.

Kesembilan, Decision Maker atau pengambil keputusan. Inilah orang yang menentukan satu dari berbagai pilihan dalam struktur dan fungsi dalam suatu Komunitas. Komunitas Slank yang namanya Slankers juga punya yang seperti itu.

Kesepuluh, sebagai Provider. Inilah seorang service-provider yang selalu siap mau jadi tuan rumah dan bahkan take care anggota lain.

Ada banyak komunitas sekarang yang merupakan forum tanya jawab di antara anggotanya. Dengan demikian, Brand tidak perlu menjawab sendiri persoalan yang ada di anggota. Mereka akan saling mendukung dengan sendirinya. Cost jadi turun dan bahkan lebih real time.Tinggal sekarang bagaimana Brand tersebut mendorong hal itu terjadi.

Kesebelas, Greeter yang selalu mau meyambut dengan hangat para anggota baru. Dia juga yang memperkenalkan ritual, kepribadian, maupun nilai-nilai komunitas yang bersangkutan.

Keduabelas, Guide yang membimbing anggota baru mengikuti budaya komunitas. Dia mau jadi personal coach supaya para anggota baru jadi betah.

Ketigabelas, Catalyst yang memperkenalkan anggota baru pada anggota lama. Para incumbent seringkali merasa bahwa dia lebih punya ownership terhadap suatu komunitas. Agar anggota baru merasa nyaman, dia akan diperkenalkan pada orang-orang tersebut.

Keempatbelas, Performer. Inilah orang yang suka berada di spotlight. Orang yang suka menjadi focus of attention. Belum tentu dia the real champion, tapi dia memang suka narsis. Ini juga merupakan daya tarik pada sesorang yang tidak punya kesempatan narsis di tempat lain. Orang yang suka nyanyi, misalnya, hanya berani tampil di komunitasnya. Tapi, belum tentu di depan umum. Karena di komunitasnya, dia merasa aman. Tidak ada yang menertawakannya atau kalau ada yang memberikan kritik. Biasanya, pasti komentar positif.

Kelimabelas, Supporter. Orang orang ini lebih banyak pasif, tapi tetap diperlukan oleh para performer. Sebab orang tidak akan perform kalau tidak ada yang jadi audiens, kan? Anda lebih semangat menyanyi di karaoke ketika didengarkan dan dipuji oleh teman-teman, kan? Daripada mennyanyi sendirian di sebuah hall megah sekalipun, tapi kosong.

Keenambelas, Ambassador yang akan mempromosikan komunitas ke luar. Dia adalah salesperson yang selalu memperkenalkan komunitas ke orang lain yang belum jadi anggotanya.

Ketujuhbelas, Accountant yang terus menghitung tingkat partisipasi anggota. Di komunitas online, tingkat aktivitas anggota masing-masing dengan mudah dihitung dan diinformasikan supaya terjadi kompetisi. Dan, dengan dibandingkan dengan anggota lain, seseorang akan lebih aktif lagi.

Kedelapanbelas, Talent Scout yang tugasnya merekrut anggota baru. Wah, ini penting, supaya yang masuk komunitas lebih banyak. Tapi, yang masuk harus benar orangnya. Yang kira-kira bakal bisa tahan lama dan aktif di komunitas. Sehingga ikut membangun komunitas yang makin kuat.

Dari hal yang dapat dijabarkan, tentu memperjelas bahwa setiap anggota dari komunitas diharapkan bisa mempunyai dan menjalankan perannya masing-masing. 18 peran diatas bisa dijadikan acuan agar bisa membangun dan mengembangkan komunitas itu sendiri.

1 Like