Bagaimanakah Konsep Relasi Makna dalam Linguistik?

relasimakna

Istilah relasi makna atau relasi leksikal adalah bermacammacam hubungan makna yang terdapat pada sebuah kata atau leksem.

Bagaimanakah konsep relasi makna dalam linguistik?

BATASAN RELASI MAKNA

Makna kata-kata itu mebentuk pola tersendiri, yakni pola tautan semantik atau relasi leksikal. Tautan antara kata-kata itu berwujud sinonimi, antonimi, homonimi, polisemi, hiponimi, dan akronimi. Perwujudan tautan makna itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Relasi antara bentuk leksikal dan makna leksikal yang melibatkan sinonimi dan polisemi.
  • Sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna.
  • Polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna yang bertautan.
  1. Relasi antara dua makna yang melibatkan antonimi dan hiponimi.
  • Antonimi: posisi sebuah makna di luar makna yang lain.
  • Hiponimi: cakupan makna dalam sebuah makna yang lain.
  1. Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi dan homofoni.
  • Homonimi: satu bentuk mengacu kepada dua referen yang berlainan.
  • Homofoni: satu bunyi mengacu kepada dua bentuk dan dua referen yang berlainan.
  1. Relasi antara bentuk-bentuk yang melibatkan akronimi, singkatan, kontraksi, dan haplologi.
  • Akronimi: kata yang berupa gabungan huruf atau suku yang diucapkan sebagai kata yang wajar.
  • Singkatan: kata yang berupa gabungan huruf-huruf sebagai kependekan dari ujaran.
  • Reduksi: kata yang berupa pemendekan atau pemenggalan sebagian fonem atau suku kata.
  • Haplologi: kata yang berupa gabungan kata-kata yang kehilangan fonem-fonem karena bersamaan dan berurutan.

PRINSIP RELASI MAKNA

Leksem-leksem dalam suatu bahasa mengandung makna dasar atau makna inti. Di samaping itu, leksem-leksem juga mengandung makna tambahan. Makna dasar dan makna tambahan dalam satu leksem itu saling berhubungan. Hubungan makna itu memiliki prinsip-prinsip yang berikut:

1. Prinsip Tumpang Tindih

Prinsip tumpang tindih (overlapping) ialah prinsip relasi makna yang menunjukkan bahwa kata atau leksem mengandung aneka informasi atau aneka makna. Prinsip ini melahirkan relasi makna homonimi dan polisemi.

2. Prinsip Persinggungan

Prinsip persinggungan (contiguity) ialah prinsip relasi makna yang menunjukkan bahwa kata atau leksem mengandung persamaan atau kemiripan makna. Prinsip ini melahirkan relasi makna sinonimi.

3. Prinsip Komplementasi

Prinsip komplementasi atau pemerlengkapan (complementation) ialah prinsip relasi makna yang menunjukkan bahwa kata-kata atau leksem itu mengandung perlawanan atau kontras. Prinsip ini melahirkan relasi makna antonimi.

4. Prinsip Inkulsi

Prinsip inklusi atau cakupan (inclusion) ialah prinsip relasi makna yang menunjukkan bahwa kata-kata atau leksem mengandung makna yang tercakup oleh makna lain. Prinsip ini melahirkan relasi makna hiponimi.

5. Prinsip Kontraksi

Prinsip kontraksi (contraction) atau abreviasi (abreviation) ialah prinsip relasi makna yang menunjukkan bahwa kata-kata atau leksem merupakan kependekkan dari konstruksi lain. Prinsip ini melahirkan relasi makna akronimi, singkatan, reduksi, dan haplologi.

TIPE RELASI MAKNA

Makna kata-kata atau leksem dalam suatu bahasa akan membentuk pola tersendiri yang disebut tautan makna. Hal ini menunjukkan bahwa kata atau leksem sebagai tanda bahasa tersusun dari bentuk dan makna. Tautan bentuk makna dalam kata itu membentuk pola relasi makna yang berwujud sinonim, antonim, homonim, polisemi, hiponim, dan akronim.

1. Sinonim

Istilah sinonim (synonym) berasal dari bahasa Yunani syn ‘dengan’ + onama ‘nama’. Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi merupakan katakata yang bermakna pusat (denotasi) sama, tetapi berbeda nilai, rasa, nuansa, atau konotasinya. Sinonimi berwujud kata-kata yang maknanya sama atau mirip dengan bahasa lain.

Hubungan antara kata yang sama makna dengan kata lain yang menyamainya disebut kesinoniman (sinonimi). Kesinoniman dapat diukur dengan dua kriteria, yakni:

  • Kata-kata yang bersinonim itu memiliki makna yang mirip dan saling bertukar dalam semua konteks, yang disebut sinonimi total.
  • Kata-kata yang bersinonim itu memiliki indentitas makna konseptual dan makna asosiatif yang sama, yang disebut sinonimi sempurna.

Dari kedua kriteria itu terdapat berbagai jenis sinonim, antara lain:

  • Sinonim total-sempurna yang memiliki identitas makna konseptual dan asosiatif yang sama serta dapat saling bertukar dalam semua konteks. Sinonimi ini jarang ada sehingga dipakai alasan untuk menolakadanya sinonim.
  • Sinonim sempurna tantotal yang memiliki identitas makna konseptual dan asosiatif yang sama tetapi tidak dapat saling mengganti dalam semua konteks. Misalnya, penimbunan, dan spekulasi.
  • Sinonim total tansempurna yang tidak memiliki identiats yang sama tetapi dapat saling mengganti dalam setiap konteks. Misalnya, kata bantuan dan pertolongan. Pertimbangkan kalimat berikut ini. Dia memberikan bantuan kepada kami. - Dia memberikan pertolongan kepada kami.

2. Antonim

Istilah antonim (antonym) bersal dari bahasa Yunani anti ‘lawan’ + onama 'nama". Antonim adalah lawan atau lawan kata; nama lain untuk benda yang lain; atau kata-kata yang berlawanan maknanya. Misalnya:

  • besar Xkecil
  • bapak X ibu .

Hubungan antara kata-kata yang berantonim disebut antonimi. Antonim disebut juga oposisi makna. Konsep ini mencakupi kata-kata yang betul-betul berlawanan makna sampai pada kata-kata yang hanya berkontras saja. Terdapat beberapa oposisi, antara lain:

  • Oposisi kembar atau mutlak: menunjukkan bahwa makna yang ber-lawanan terbatas pada dua kata saja, biasanya terdapat batas yang mutlak, dan proses yang bergantian. Misalnya: gerak X diam, hidup X mati.
  • Oposisi hubungan, kebalikan, atau relasional: menunjukkan bahwa makna yang berlawanan itu saling melegkapi atau komplementer. Misalnya: menjual X membeli, memberi X menerima, maju X mundur, suami X isteri , guru X murid.
  • Oposisi kutub atau gradual: menunjukkan bahwa makna yang berlawanan itu menyatakan tingkatan. Misalnya: Terpendek X terpanjang , pendek sekali X panjang sekali, sangat pendek X sangat panjanG, lebih pendek X lebih panjang, agak pendek X agak panjang, pendek X panjang.
  • Oposisi Hierarkial: menunjukkan bahwa makna yang berlawanan itu menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Kata-kata yang beroposisi hierarkial ini berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, dan nama jenjang kepangkatan. Misalnya: a) mm, cm, dm, m, km, hm, dst. b) satu, dua, tiga, empat, lima, dst. c) prajurit, opsir, letnan, kolonel, jendral, dst.
  • Oposisi majemuk: menunjukkan bahwa makna yang berlawanan itu mengacu ke lebih dari satu kata. Misalnya: a) merah, putih, hijau, kuning, hitan, dst. b) Senin, Selasa, rabu, Kamis, dst. c) Januari, Pebruari, Maret, April, dst.

3. Akronim

Istilah akronim (acronym) berasal dari bahasa Yunani akros ‘tertinggi’ + onama ‘nama’. Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari gabungan huruf-huruf atau suku kata-suku kata yang ditulis dan diucapkan sebagai kata yang wajar. Misalnya:

  • Gestapo = Geheime Staats Polize
  • Laser = light amplication by stimulated
  • Radar = radio detecting and ranging
  • Tilang = bukti pelanggaran

Di samping akronim ada yang disebut singkatan, haplologi, dan reduksi.

Singkatan
Singkatan adalah kata yang dibentuk dari gabungan huru fhuruf dan dilafalkan huruf demi huruf.

  • SMA = Sekolah Menengah Atas
  • RRI = Radio Republik Indonesia
  • dst. = dan seterusnya
  • d.a. = dengan alamat
  • S.Pd. = Sarjana Pendidikan

Haplologi
Haplologi adalah kata yang dibentuk dengan menghilangkan satu fonem atau lebih karena bersamaan dan beurutan dalam kelompok kata, tanpa perubahan makna. Misalnya:

  • morfofonologi = morfofonologi
  • tiada = tidak ada
  • nusantara = nusa antara
  • begitu = bagai itu
  • kenapa = kena apa
  • taksa = tidak esa
  • budaya = budi daya

Reduksi
Reduksi adalah kata yang telah mengalami penghilangan atau pemenggalan sebuah fonem atau lebih, tanpa perubahan makna. Berdasarkan posisi fonem yang dihilangkannya, reduksi dibedakan atas tiga bagian.

1. Aferesis: ialah penghilangan fonem di awal kata. Contohnya:

  • esok = besok
  • mundur = umundur
  • bunda = ibunda
  • kau = engkau (b)

2. Sinkope: ialah penghilangan fonem di tengah kata. Contohnya

  • upeti = utpatti
  • nyata = niyata
  • baso = bakso
  • tak = tidak

3. Apokope: ialah penghilangan fonem diakhir kata. Contohnya:

  • presiden = president
  • tes = test
  • pelangi = pelangit
  • standar = standard
Referensi

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/196302101987031-YAYAT_SUDARYAT/Makna%20dalam%20Wacana/STRUKTUR_MAKNA.pdf