Bagaimanakah konsep pendidikan anak menurut Islam?

pendidikan anak

Definisi pendidikan menurut M. J. Langeveld adalah :

  1. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.
  2. Pendidikan merupakan usaha untuk menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya agar dia bisa mandiri, akil-baliq dan bertanggung jawab.
  3. Pendidikan merupakan usaha agar tercapai penentuan diri secara etis sesuai dengan hati nurani

Bagaimanakah konsep pendidikan anak menurut Islam ?

Konsep pendidikan anak dalam Islam dimulai ketika anak masih didalam kandungan hingga usia dewasa atau menikah. Panduan tersebut terdapat pada ayat-ayat suci Al Quran. Berikut beberapa ayat-ayat suci Al Quran yang harus dijadikan panduan dalam mendidik anak.

1. Mulai Mengandung

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. Surat Al-A’raf Ayat 189

Menurut tafsir Quraish Shihab, ayat tersebut dapat diartikan “Ya Allah, jika Engkau memberi kami anak yang sehat dan tidak cacat, kami akan menjadi orang yang mensyukuri nikmat- nikmat-Mu.” (1) 'alaqah: (2) mudlghah

Intinya adalah, sejak anak berada didalam kandungan, sebaiknya kedua orang tua selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan anak yang shaleh dan sehat, baik sehat jasmani maupun sehat rohani.

2. Anak Dilahirkan

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Surat Al-Baqarah Ayat 233

Ayat diatas menekankan model pendidikan anak dengan cara “ibu menyusui anaknya”. Menyusui sangat berguna bagi tumbuh kembang anak, tidak hanya berguna untuk kesehatan jasmani, tetapi juga sangat berguna dalam tumbuh kembang otak dan mental si anak itu sendiri.

Diskusi terkai dengan manfaat ibu menyusui anak dapat dilihat pada topik “Apa saja keuntungan dari menyusui?

3. Anak berusia lebih dari 2 tahun

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Surat Luqman Ayat 13-19

Ayat diatas sangat jelas dalam memberikan panduan dalam mendidik anak. Mulailah untuk mengajarkan kepada anak tentang ke-Tauhid-an, bahwa tiada tuhan selain Allah SWT.

Setelah itu, ajarkan kepada anak-anak untuk selalu berbakti kepada kedua orangtuanya, karena keluarga merupakan hal yang utama bagi pendidikan anak.

Setelah itu, ajarkan kepada anak-anak tentang konsep reward and punishment, baik dalam lingkup dunia maupun lingkup akhirat. Konsep ini sangat penting bagi anak-anak untuk selalu belajar bahwa segala perbuatannya akan mendatangkan konsekuensi logis bagi dirinya sendiri, bahkan juga bagi orang lain. Selalu tanamkan agar anak untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan-perbuatan yang buruk.

Setelah anak cukup umur, masuk dalam usia baligh, ajak mereka untuk mendirikan sholat. Mendirikan sholat tidak hanya dengan melakukan sholat, karena makna mendirikan jauh lebih luas dari hanya sekedar mengerjakan sholat.

Setelah itu, ajarkan anak-anak untuk tidak berlaku sombong serta selalu untuk bersikap sederhana dan rendah hati, walaupun mereka mempunyai kelebihan dibandingkan teman-teman mereka. Hal itu penting karena kesombongan dapat membawa kita kedalam perbuatan-perbuatan yang mungkar, terutama dijaman yang serba materialistis seperti saat ini. Hanya dengan bersikap sederhana sajalah kita dapat mencegah diri kita dari bahaya meterialistis dan hedonisme.

4. Ketika Anak mulai Sekolah

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Surat At-Taubah Ayat 122

Menurut Tafsir dari Quraish Shihab, pada ayat suci ini terdapat keterangan tentang satu kaidah penting dalam al-Qur’ân, yaitu bahwa orang-orang Mukmin tidak patut pergi semuanya ke medan perang atau pergi semua untuk menuntut ilmu, sebagaimana tidak dibenarkan pula untuk berfrustasi. Maka dari itu, sebaiknya ada dari setiap golongan satu kelompok yang menuntut ilmu dan memperdalam pengetahuan agama, dan kemudian kembali untuk memberi petunjuk kepada kaumnya.

Disini terdapat penekanan betapa pentingnya anak-anak untuk pergi menuntut ilmu. Banyak sekali keutamaan-keutamaan dalam Islam terkait dengan menuntut ilmu.

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Surat Al-Mujadilah Ayat 11

Abdurrahman an-Nahlawi mengatakan metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina akhlak anak didik, bahkan tidak sekedar itu metode pendidikan Islam memberikan motivasi sehingga memungkinkan umat Islam mampu menerima petunjuk Allah.

Menurut Abdurrahman an-Nahlawi metode pendidikan Islam adalah metode dialog, metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode targhib dan tarhib.

1) Metode Dialog Qur’ani dan Nabawi

Dialog ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah kepada suatu tujuan, yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan itu bahan pembicaraan tidak dibatasi, dapat digunakan berbagai konsep sains, filsafat, seni, wahyu, dan lain-lain. Kadangkala keduanya sampai kepada suatu kesimpulan, atau mungkin pula salah satu pihak tidak merasa puas dengan pembicara yang lain. Namun demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap bagi dirinya. Metode dialog ini berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.

Ada beberapa bentuk dialog dalam Alquran, yaitu khitabi, ta’abuddi, deskriptif, naratif, argumentatif, dan nabawiyah.

2) Metode kisah Qurani dan Nabawi

Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain bahasa.

Kewajiban pendidikan sehubungan dengan penyajian kisah-kisah Qur’ānī adalah menemukan dan menunjukkan inti ajaran dan peringatan yang tersirat dalam setiap kisah. Mendiskusikannya dengan para pelajar dalam bentuk dialog yang menuntun mereka ke arah pemahaman akan alam dan kandungan makna kisah-kisah tersebut dan mengamalkannya dalam perilaku sehari-hari.

Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang sangat besar. Oleh karena itu, Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu metode pendidikan.

Banyak sekali kisah-kisah dalam Al Qur’an maupun sejarah, baik kisah para nabi, sahabat atau orang-orang shalih, yang bisa dijadikan pelajaran dalam membentuk kepribadian anak. Dengan metode kisah, cerita atau dongeng anak dengan penuh perhatian akan melibatkan diri dengan realita yang diberikan guru.

3) Metode Mauizhah

Dalam tafsir al-Manar sebagai dikutip oleh Abdurrahman An- Nahlawi dinyatakan bahwa nasihat mempunyai beberapa bentuk dan konsep penting yaitu, pemberian nasehat berupa penjelasan mengenai kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan tujuan orang diberi nasehat akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat hendaknya menguraikan nasehat yang dapat menggugah perasaan afeksi dan emosi, seperti peringatan melalui kematian peringatan melalui sakit peringatan melalui hari perhitungan amal. Kemudian dampak yang diharapkan dari metode mauizhah adalah untuk membangkitkan perasaan ketuhanan dalam jiwa anak didik, membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang kepada pemikiran ketuhanan, perpegang kepada jamaah beriman, terpenting adalah terciptanya pribadi bersih dan suci.

Dalam Al-Quran, Allah menganjurkan kepada manusia untuk mendidik dengan hikmah dan pelajaran yang baik.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl [16]: 125)

Nasehat menempati kedudukan tinggi dalam agama karena agama adalah nasehat, hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad sampai tiga kali ketika memberi pelajaran kepada para sahabatnya. Di samping itu pendidik hendaknya memperhatikan cara-cara menyampaikan dan memberikan nasehat, memberikan nasehat hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi, pendidik hendaknya selalu sabar dalam menyampaikan nasehat dan tidak merasa bosan atau putus asa. Dengan memperhatikan waktu dan tempat tepat akan memberi peluang bagi anak untuk rela menerima nasehat dari pendidik.

Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd mengatakan cara mempergunakan rayuan atau sindiran dalam nasehat, yaitu:

  • Rayuan dalam nasehat, seprti memuji kebaikan anak, dengan tujuan agar anak lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan membicarakan keburukannya.

  • Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka

  • Membangkitkan semangat dan kehormatan anak.

  • Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak.

  • Menyampaikan nasehat secara tidak langsung atau melalui sindiran

  • Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang melakukan sesuatu berbeda dengan perbuatannya. Kalau hal ini dilakukan akan akan mendorongnya untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.

Dengan cara tersebut akan memaksimalkan dampak nasehat terhadap perubahan tingkah laku dan akhlak anak, perubahan dimaksud adalah perubahan yang tulus ikhlas tanpa ada kepura- puraan, kepura-puraan akan muncul ketika nasehat tidak tepat waktu dan tempatnya, anak akan merasa tersinggung dan sakit hati kalau hal ini sampai terjadi maka nasehat tidak akan membawa dampak apapun, yang terjadi adalah perlawanan terhadap nasehat yang diberikan.

4) Metode Amsal

Baik dalam Al-Qur’an maupun dalam As-Sunnah terdapat puluhan perumpamaan. Perumpamaan itu merupakan salah satu cara tuhan mengajari umatnya. Cara seperti itu dapat juga digunakan oleh guru dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah atau membaca teks.

Selain memberikan keindahan kesusastraan, metode perumpamaan juga bertujuan psikologis pedagodis yakni dengan jalan menarik konklusi atau kesimpulan-kesimpulan dan perumpamaan sehingga merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. Dan dari itu semua metode perumpamaan mendidik akal supaya berpikir benar dan menggunakan qiyas (silogisme) yang logis dan sehat. Metode perumpamaan ini merupakan alat pendidik (yang bersifat retorik, emosional, dan rasionalisme) yang efektif, kuat pengaruhnya, mengandung makna yang agung serta banyak faidahnya.

Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan. Karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk menerima kebaikan atau keburukan hal ini dijelaskan Allah, sebagai berikut:

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (Q.S. al-Syams [91]: 7-10)

Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia mempunyai kesempatan sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang baik atau dengan pembiasaan yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembiasaan dalam membentuk akhlak mujlai sangat terbuka luas, dan merupakan metode yang tepat. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini atau sejak kecil akan memebawa kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadisemacam adapt kebiasaan sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepribadiannya.

Al-Ghazali mengatakan:

“Anak adalah amanah orang tuanya. Hatinya yang bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas kebaikan itu maka bahagialah ia didunia dan akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama”.

Kutipan di atas makin memperjelas kedudukan metode pembiasaan bagi perbaikan dan pembentukan akhlak melalui pembiasaan, dengan demikian pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian atau akhlak anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik akhlak anak.

5) Metode Teladan

Teladan merupakan alat pendidikan yang utama, sebab terikat erat dalam pergaulan secara wajar. Teladan dimaksudkan untuk membiasakan anak dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Di rumah, anak cenderung meneladani pendidiknya sehingga anak sangat membutuhkan suri teladan yang dilihatnya langsung dari setiap orangtua yang mendidiknya, dan dengan demikian ia merasa pasti dengan apa yang dipelajarinya.

Oleh sebab itu, hendaknya orang tua memiliki akhlak luhur yang diserapnya dari Al Qur’an dan jejak langkah Rasulullah SAW serta hendaknya bersikap sabar dalam menerapkan dan mengamalkannya. Islam telah menjadikan pribadi Rasul sebagai suri teladan yang terus menerus bagi seluruh pendidik, suri teladan yang selalu baru bagi generasi demi generasi, dan selalu aktual dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, Islam tidak menyajikan keteladanan ini sekedar untuk dikagumi atau untuk direnungkan, tetapi diterapkan dalam diri sendiri sesuai dengan kemampuannya untuk menyerap dan sesuai dengan kemampuannya untuk bersabar.

Dengan demikian prinsip keteladanan dalam Islam lebih bersifat dinamis (bukan sekedar penurutan yang membabi buta) dan tidak sekedar hayalan tanpa pengaruh secara riil dalam perbuatan hikmah.

6) Metode Targhib dan Tarhib

Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan.

Tarhib adalah ancaman, intimidasi melalui hukuman.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa metode pendidikan akhlak dapat berupa janji atau pahala atau hadiah dan dapat juga berupa hukuman. Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari menyatakan metode pemberian hadiah dan hukuman sangat efektif dalam mendidik akhlak terpuji.

Anak berakhlak baik, atau melakukan kesalehan akan mendapatkan pahala atau ganjaran atau semacam hadian dari gurunya, sedangkan siswa melanggar peraturan berakhlak jelek akan mendapatkan hukuman setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya. Dalam al-Quran dinyatakan orang berbuat baik akan mendapatkan pahala, mendapatkan kehidupan yang baik.

”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl Ayat 97-100)

Berdasarkan ayat di atas dapat diambil konsep metode pendidikan yaitu metode pemberian hadiah bagi siswa berprestasi atau berakhlak mulai, dengan adanya hadiah akan memberi motivasi siswa untuk terus meningkatkan atau paling tidak mempertahankan kebaikan akhlak yang telah dimiliki. Di lain pihak, temannya yang melihat pemberian hadiah akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya dengan harapan suatu saat akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah. Hadiah diberikan berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.

Muhammad Jamil Zainul mengatakan,

”Seorang orangtua yang baik, harus memuji anaknya. Jika ia melihat ada kebaikan dari metode yang ditempuhnya itu, dengan mengatakan kepadanya kata-kata “bagus”, “semoga Allah memberkatimu”, atau dengan ungkapan “engkau anak yang baik’.

Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.

“Dari Ibnu 'Abbas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: ‘Akrabillah anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan adab yang baik’,” (H.R. Tabrani)

Menurut M. Thalib dalam bukunya berjudul “50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih” menyatakan ada sedikitnya 50 pedoman yang harus dipegang oleh para orang tua dalam mendidik anaknya, diantaranya yaitu:

  1. Memperdengarkan ucapan-ucapan yang baik.
  2. Mengajar ucapan-ucapan Islami.
  3. Membiasakan anak dengan adab Islam sehari-hari
  4. Membiasakan anak membaca doa-doa
  5. Mengajarkan membaca Alquran
  6. Menanamkan sikap dan sifat terpuji
  7. Menjauhkan anak dari sikap dan sifat tercela
  8. Mendidik anak menghormati hak-hak orang tua
  9. Menanamkan sikap hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda

Pendapat lain, Nasih Ulwan (1992), memberikan sepuluh saran berkaitan tentang pendidik anak, yaitu :

  1. Menanamkan kerinduan kepada Usaha yang paling mulia.
  2. Menyalurkan bakat fitri anak
  3. Memberi kesempatan bermain kepada anak
  4. Menjalin hubungan baik antara rumah, masjid dan sekolah
  5. Memperkuat hubungan antara pendidikan dan anak didik
  6. Menerapkan aturan pendidikan sepanjang siang dan malam
  7. Menyediakan sarana-sarana kebudayaan yang bermanfaat
  8. Menanamkan kecintaan anak terhadap belajar yang berkesinambungan
  9. Menanamkan tanggung jawab Islam kepada anak
  10. Memperdalam Ruh (semangat) jihad pada jiwa anak