Bagaimanakah Konsep dari Sastra Anak?

image
Karya sastra anak yang merupakan jenis bacaan cerita anak-anak merupakan bentuk karya sastra yang ditulis untuk konsumsi anak-anak. Sebagaimana karya sastra pada umumnya, bacaan sastra anak-anak merupakan hasil kreasi imajinatif yang mampu menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman keindahan tertentu.

Bagaimanakah konsep dari sastra anak?

Pengertian Sastra Anak-Anak

Secara konseptual, sastra anak-anak tidak jauh berbeda dengan sastra orang dewasa (adult literacy). Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan dengan segala perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Yang membedakannya hanyalah dalam hal fokus pemberian gambaran kehidupan yang bermakna bagi anak yang diurai dalam karya tersebut.

Sastra (dalam sastra anak-anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Apakah sastra anak merupakan sastra yang ditulis oleh orang dewasa yang ditujukan untuk anak-anak atau sastra yang ditulis anak-anak untuk kalangan mereka sendiri tidaklah perlu dipersoalkan. Huck (1987) mengemukakan bahwa siapapun yang menulis sastra anak-anak tidak perlu dipermasalahkan asalkan dalam penggambarannya ditekankan pada kehidupan anak yang memiliki nilai kebermaknaan bagi mereka. Sastra anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak melalui pandangan anak-anak (Norton,1993). Namun demikian, dalam kenyataannya, nilai kebermaknaan bagi anak-anak itu terkadang dilihat dan diukur dari perspektif orang dewasa.

Manfaat Sastra Anak-Anak

Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa yang imajinatif dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dan emosional dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang ditimbulkannya, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban, kelucuan, kesedihan dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana memikul penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk memimpikan berbagai mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai masalah mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).

Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak dari manfaat yang dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni;

  • Memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak,
  • Mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara,
  • Memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya sendiri,
  • Mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan,
  • Menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal
  • Meneruskan warisan sastra.

Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik yang bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal:

  • Perkembangan bahasa,
  • Perkembangan kognitif,
  • Perkembangan kepribadian,
  • Perkembangan sosial.

Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.

Variasi Tema dalam Sastra Anak-Anak

Sastra anak-anak yang menunjukkan kepada anak sebagian kecil dunianya merupakan satu alat bagi anak untuk memahami dunia kecil yang belum diketahuinya. Sastra anak dapat dijadikan sebagi alat untuk memperoleh gambaran dan kekuatan dalam memandang dan merasakan serta menghadapi realitas kehidupan; dalam menghadapi dirinya dan semua yang ada di luar dirinya. Dunia anak-anak yang berkisar antara masa kanak-kanak yang tumbuh menuju ke masa remaja, diantara keluarga dan teman sebaya yang penuh dengan pengalaman pribadi membawa warna baru dalam dunia sastra anak-anak khususnya pada cerita realistik.

Cerita realistis sebagai salah satu jenis sastra anak-anak merupakan cerita yang sarat dengan isi yang mengarahkan pada proses pemahaman dan pengenalan di atas. Isi yang dimaksud tergambar dalam inti pokok tema-tema cerita yang diungkap. Tema-tema tersebut dapat dibagi dalam beberapa jenis; tema keluarga, hidup dengan orang lain (berteman dan penerimaan oleh teman bermain), tumbuh dewasa, mengatasi masalah-masalah manusiawi dan hidup dalam masyarakat majemuk yang memuat perbedaan individu dan kelompok.

Masalah keluarga merupakan tema yang sangat dekat dengan kehidupan anak. Dalam keluarga, pribadi anak dilatih, mereka tumbuh seiring dengan pemahamannya akan cinta dan benci, takut dan berani, serta suka dan sedih. Cerita yang memusatkan pada hubungan keluarga yang hangat, terbuka, dan tanpa rasa marah akan membantu anak memahami dirinya.Banyak anak yang khawatir dengan “penerimaan” (acceptance) ini. Tetapi melalui kegiatan membaca atau menyimak cerita dengan tema di atas mereka akan menjadi lebih baik.

Minat dan Faktor Penentu Responsi Anak-anak Terhadap Bacaan Sastra

Seorang anak mempunyai respon atau tanggapan yang berbeda-beda terhadap sastra. Dalam menanggapi sebuah bacaan sastra yang didengar atau dibacanya, masing-masing anak mempunyai cara tersendiri dalam mengungkapkan kesenangan, pikiran, dan perasaannya. Setiap tanggapan terhadap sastra memang bersifat personal dan khas untuk masing-masing anak, namun demikian setiap tanggapan itu dapat merefleksikan umur dan pengalamannya.

Anak umur 5 tahun seringkali melibatkan diri secara total dalam sebuah sastra. Anak umur 7 – 8 tahun dapat menunjukkan kemampuannya untuk berbagi temuan terhadap cerita yang didengar/dibacanya. Anak umur 9 –10 tahun sudah memiliki kesenangan tertentu terhadap cerita, misalnya dalam memilih tokoh yang disenangi ataupun tidak disenangi ataupun dalam memilih buku yang akan dibacanya. Sedangkan anak umur 11 – 12 tahun sudah berhasil menggeneralisasi tema yang diambil dari sebuah cerita dan dapat mendiskusikan tujuan pengarang. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang lebih dewasa dapat menangkap ide-ide cerita yang abstrak.Uraian tentang tanggapan anak-anak terhadap sastra di atas dapat memberi petunjuk kepada guru dan pustakawan dalam memilih dan menyediakan buku-buku bacaan bagi anak.

Istilah “tanggapan” terhadap karya sastra memiliki makna yang beragam. “Tanggapan” dapat mengacu pada apa yang terjadi di akal budi pembaca atau pendengar ketika kisahan/cerita itu tidak bisa ditangkap. “Tanggapan” dapat pula mengacu pada sesuatu yang dikatakan atau dilakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan tentang sastra. Guru atau pustakawan yang memprediksi bahwa sebuah buku akan membawa tanggapan yang bagus, menggunakan istilah “tanggapan” yang sedikit berbeda dengan penjelasan di atas. Menurut guru dan pustakawan, tanggapan menekankan pada tingkat interes atau minat anak dan ekspresi kesukaan-kesukaannya.

Kebanyakan penelitian tentang anak dan sastra difokuskan pada bidang tanggapan ketiga di atas, yakni untuk menemukan bahan membaca apa yang disukai dan yang tidak disukai anak. Minat dan kesukaan anak masih merupakan perhatian utama guru, pustakawan, orang tua, penerbit, dan toko buku. Setiap orang yang memilih buku-buku anak dapat melakukan dengan baik dengan mengetahui buku-buku mana yang mungkin cepat menarik perhatian anak-anak dan yang mana yang cepat diperkenalkan atau meningkatkan minat baca mereka.

Lingkungan dan pengaruh sosial juga mempengaruhi pilihan buku anak dan minat bacanya. Minat tidak tampak bervariasi karena pengaruh lokasi geografis yang sangat kuat, tetapi pengaruh lingkungan langsung yakni tersedianya dan kelancarannya bahan-bahan bacaan di rumah, di kelas, pustaka sekolah, dan pustaka umum sangat kuat mempengaruhi variasi minat anak. Anakanak yang di kelasnya sering membicarakan buku, bermain dengan buku, memiliki interes yang lebih banyak daripada yang kurang/tidak pernah membicarakan buku. Perlu dicatat di sini bahwa pengaruh ini menyangkut kontak dengan buku dan seberapa banyak sosialisasinya. Buku-buku favorit guru, seringkali menjadi favorit anak. Hal ini disebabkan kisah itu lebih dekat dengan anak atau dikarenakan asosiasi positifnya dengan guru. Anak-anak sering mempengaruhi satu sama lain dalam memilih buku. Jenis bacaan sastra yang menjadi faforit saat itu; judul, pengarang maupun topiknya akan menjadi bahan pembicaraan di kelas

Piaget memberikan pemahaman tentang perkembangan intelektual anak. Salah satu gagasan penting yang dikemukakan Piaget adalah bahwa perkembangan intelegensi merupakan hasil interaksi dari lingkungan dan kematangan anak. Temuan Piaget menyebutkan ada perbedaan tahapan dalam perkembangan berpikir logis. Semua anak mengalami tahapan intelektual ini secara sama, dengan kemajuan yang sama tetapi tidak mesti pada umur yang sama. Setiap tahapan berhubungan dengan tahapan berikutnya karena struktur berpikir baru sedang dikembangkan.

Beberapa pengarang mengatakan bahwa tahapan ini berkaitan dengan perkembangan fisik dan otak. Kalau hubungan antara perkembangan otak dan perkembangan kognitif belum ditlaah sepenuhnya, sangat menarik untuk melihat bahwa perkembangan usia berhubungan secara kasar dengan perkembangan kognitif yang dideskripsikan Piaget.

Menurut Piaget, periode Sensorimotor merupakan periode awal perkembangan kognisi yang ditandai oleh bayi belajar untuk berjalan sekitar umur 2 tahun. Anak belajar selama periode ini melalui pengkoordinasian persepsi sensori dan kegiatan motorik. Pada usia 1,5 – 2 tahun anak senang dengan berbagai macam tindakan atau rima permainan. Mereka sedikit sekali memperhatikan kata-kata.

Anak pada periode praoperasional (2 – 7 tahun) belajar menyatakan dunianya secara simbolik melalui bahasa, permainan, dan gambar. Berpikirnya masih egosentris dan didasarkan pada persepsi dan pengalaman langsung. Pada usia ini anak sudah mampu mengembangkan rangkaian cerita. Anak sudah mampu memahami struktur cerita rakyat berdasarkan hubungan tiga peristiwa dengan tanjakan laku (rising action). Anak sudah mampu mengantisipasi klimaks cerita.

Karakteristik perkembangan kognitif anak praoperasional ini adalah kecenderungan meningkatkan perkembangan bahasa dan pembentukan konsep. Pada tahap ini anak sudah melakukan proses asimilasi, yakni anak mengasimilasi apa yang mereka dengar, lihat, dan rasakan dengan menerima konsep baru ke dalam skema yang telah dia miliki. Pada masa ini juga terjadi masa akomodasi.

Pada periode operasi kongkret (7 – 11 tahun), tanggapan anak terhadap sastra berubah. Karakteristiknya ditandai oleh pikiran yang fleksibel. Anak-anak sudah mampu melihat struktur sebuah buku, misalnya kisah dalam kisah, alur sorot balik, dan mampu mengidentifikasi berbagai sudut pandang cerita.

Periode terakhir adalah operasi formal (11 tahun ke atas), yakni anak sudah mampu berpikir abstrak, bernalar dari hipotesis ke simpulan logis. Mereka dapat menangkap rangkaian alur atau subalur dalam rangkaian pikirannya.

Referensi

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/SASTRA_ANAK_DAN_PENGAJARANNYA.pdf