Bagaimanakah Kisah dan Mukjizat Nabi Syuaib?

Bagaimanakah kisah dan mukjizat Nabi Syuaib?

Nabi Syu’aib diutus di negeri Madyan. Penduduk negeri Madyan sudah lama melupakan ajaran Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang diutus sebelumnya. Mereka tidak percaya adanya Allah. Mereka menyembah hutan dan menyembah Aikah yaitu sebidang Padang Pasir yang ditumbuhi pohon dan tanaman. Pada masa itu penduduk Madyan sudah sangat sesat. Kemungkarannya sudah sangat keterlaluan. Kemaksiatan sudah menjadi hal yang biasa mereka lakukan. Dan kebiasaan buruk mereka yang sangat jahat adalah mengurangi takaran atau timbangan dalam berdagang. Inilah kiranya yang harus dihindari para pedagang jaman ini…

Nabi Syu’aib mengajak kaumnya menyembah Allah. Menjauhi kezaliman, kemungkaran den segala macam bentuk kemaksiatan. Ia juga mengajak mereka berlaku jujur, menimbang dengan benar tanpa dikurangi seperti kebiasaan mereka. Nabi Syu’aib juga memperingatkan mereka agar tidak menghalang-halangi para pengikutnya yang beriman untuk beribadah kepada Allah. Sebab kaum Madyan punya kebiasaan jelek, mereka suka menghalang-halangi para pengikut Nabi Syu’aib yang beriman. Bahkan banyak dari mereka yang dipaksa dengan kekerasan untuk meninggalkan ajaran Nabi Syu’aib.

Walau demikian Nabi Syu’aib tetap sabar dan terus melaksanakan dakwahnya. Kegigihan Nabi Syu’aib ini agaknya membuat orang-orang kafir gatal dan sangat jengkel. Mereka mendatangi Nabi Syu’aib dan mengancam akan menyiksa dan merajam Nabi Syu’aib jika beliau tidak mau menghentikan dakwahnya.

Nabi Syu’aib dan pengikutnya kemudian pindah ke negeri lain, karena penduduk Madyan sudah tidak dapat diharap lagi keimanannya. Mereka malah mengejek dan menghina ajaran Nabi Syu’aib dengan penuh kepo­ngahan.

Hanya beberapa saat setelah Nabi Syu’aib dan pengikutnya pindah, tiba-tiba penduduk Madyan dikejutkan oleh adanya gempa maha dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan.

Nabi Syu’aib dan pengikutnya pindah ke negeri Aikah sesuai dengan petunjuk Allah yang memang menugaskannya untuk berdakwah di sana.

Ternyata penduduk Aikah juga sama durhakanya dengan penduduk Madyan. Mereka menolak ajakan Nabi Syu’aib untuk menyembah Allah SWT. Mereka bahkan mengejek dan mengancam Nabi Syu’aib. Bahkan mereka menantang agar Nabi Syu’aib segera mendatangkan azab yang dijanjikan Allah.

Karena terus menerus berbuat kedurhakaan dan kemaksiatan. Tak bisa diingatkan lagi dan tak dapat diharapkan keimanannya lagi, maka Allah mengazab mereka.

Mula-mula mereka diserang udara yang sangat panas, sehingga mereka sama keluar dari rumah masing-masing untuk mencari udara segar. Tetapi di manapun mereka berada, udara telah berubah menjadi panas hingga menyesakkan dada dan nafas mereka.

Ingatlah udara semacam ini pernah melanda kawasan Amerika yang terkenal akan kemaksiatannya, hingga ratusan jiwa melayang sia-sia. Ini hendaknya menjadi pelajaran dan cermin bagi manusia abad ini.

Saat mereka kebingungan, tiba-tiba nampak awan hitam menaungi kawasan lembah. Mereka gembira, dikira awan itu akan mendatangkan hujan, hawa sejuk yang mereka rindukan akan segera terhirup. Namun angan-angan itu buyar berantakan. Karena tanpa diduga datanglah angin kencang, mereka sama terhempas dan terlempar. Pada saat demikian dari awan yang hitam pekat itu menyambar guntur yang sating menyusul.

Binasalah kaum yang durhaka itu. Satupun tak ada yang tersisa. Hanya Nabi Syu’aib dan pengikutnya yang bisa selamat karena mendapat rahmat dan perlindunganAllah SWT.

Nabi Syu’aib masih keturunan Luth yaitu putra As. Dan As putra Luth. Nabi Syu’aib diutus Allah untuk membenahi kaum Madyan. Kaum itu tidak lagi menyembah ajaran nabi Luth. Mereka ingkar begitu nabi Luth wafat. Mereka lebih senang berbuat kemaksiatan dan kerusakan. Mereka tidak lagi menyembah Allah sebagaimana yang telah diajarkan nabi Luth. Sesembahan yang menjadi tuhannya ialah berhala.

Tidak itu saja, mereka mempunyai kebiasaan yaitu mengurangi takaran timbangan. Mereka akan mencekik pembeli di waktu musim paceklik. Sebab saat itu barang dagangan murah, mereka membeli sebanyak-banyaknya dan menyimpan dalam gudang hingga musim paceklik. Pada musim itu barulah dikeluarkan semua barang dagangan itu dan menjualnya dengan harga tinggi.

Kaum Madyan tidak memiliki sifat toleransi. Mereka senang menginjak-injak hak asasi saudaranya. Mereka senang merampok dan berbuat kerugian sesamanya.

Dikarenakan sifat mereka seperti itulah maka penduduk tidak berani tidur malam dengan tenang. Penduduk tidak berani berdagang karena mendapat ancaman dan penganiayaan.

Demi melihat keganjilan-keganjilan di daerah sekitarnya membuat nabi Syu’aib tidak tinggal diam. la mulai mengajak kaum Madyan segera meninggalkan perbuatan-perbuatan itu. Nabi Syu’aib merasa prihatin akan kelakuan orang-orang Madyan. Kenabian Syu’aib telah diterangkan dalam Al Qur’an surat Hud Ayat 84:

Artinya: Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara mereka, Syu’aib. la berkata : "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu mengurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat). (Huud :84)

Perilaku Kaum Madyan

Kaum Madyan adalah kaum yang menduduki daerah Madyan dekat Mi’an. Kampung itu terletak di tengah-lengah antara Syam dan Hijaz. Mereka mempunyai pekerjaan niaga. Mulai kecil sudah diajarkan bagaimana caranya berdagang yang berhasil. Sehingga tidak mengherankan jika mereka hidup dengan tenang dan tidak pernah mengalami kerugian sedikitpun.

Kaum Madyan pada umumnya ingkar dan tidak menyembah Allah. Mereka beralasan demikian, sebab menurutnya Allah tidak dapat dilihat. Mereka lebih suka menyembah berhala. Di rumah-rumah banyak terdapat patung batu sebagai tuhannya. Mereka juga menyediakan tempat khusus untuk pemujaan. Tempat itu berupa tanah lapang, kemudian diletakkan patung batu. Sekali tempo kaum Madyan mendatangi patung itu secara berbondong-bondong.

Bukan itu saja, kaum Madyan tidak mau bekerja keras. Mereka hanya bermalas-malasan setiap hari. Karena yang demikian inilah orang-orang Madyan banyak yang menjadi perampok, penyamun dan pencuri. Akibatnya penduduk kota dan kafilah yang melewati perkampungannya tidak tenang.

Orang Madyan tidak segan-segan menganiaya dan membunuh mangsanya. Jika barang yang dikehendaki tidak diberikan. Karena hal ini terus berkelanjutan, maka orang-orang yang beriman tidak dapat tidur dengan tenang. Mereka memikirkan hartanya, jika sampai dirampok oleh sebagian orang-orang Madyan.

Kaum Madyan tidak lagi menegakkan kebenaran seperti yang pernah diajarkan oleh nabi Luth kepada bapak moyangnya. Mereka menganggap orang tua yang masih menyembah Allah adalah bodoh. Dengan memberikan alasan yang meyakinkan mereka mengajak para orang tua untuk menyembah selain Al­lah. Jika orang-orang itu tidak mau menuruti, maka mereka akan disiksa.

Karena kejujuran sudah tidak ada lagi diantara mereka, akibatnya saling mencurigai. Apalagi dalam berdagang, mereka membeli barang-barang ketika masih murah dan menjualnya kembali ketika musim paceklik dengan harga tinggi. Tentu hal ini bertentangan dengan ajaran agama Islam. Namun mereka tidak pernah mempunyai pikiran bahwa suatu saat harta itu akan lenyap.

Dakwah Nabi Syu’aib

Ketika semua penduduk kota sudah tidak ada lagi yang mau berbuat kebajikan, akhirnya Allah mengangkat nabi-Nya. Orang itu adalah nabi Syu’aib. Nabi Syu’aib diutus untuk menegakkan kebenaran dan memerangi kebatilan serta membenahi akhlak kaum Madyan yang telah bejat

Mula-mula nabi Syu’aib hanya melihat perbuatan mereka, namun setelah semakin lama semakin tidak karuan akhlaknya membuatnya mengambil suatu tindakan. Nabi Syu’aib berusaha untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar dengan kata-kata yang lembut tapi agak pedas. la ingin tahu reaksi masyarakat Madyan setelah mendengar ucapannya.

Sasaran dakwahnya yang pertama ialah penghapusan penyembahan pada berhala.

" Hai saudara-saudaraku, hentikan penyembahan terhadap patung itu. Sembahlah Allah yang telah menjadikan langit dan bumi, " ajak nabi Syu’aib suatu ketika. Ajakannya ini mendapat tanggapan lain dari orang-orang Madyan. Mereka menganggap bahwa nabi Syu’aib sudah tidak waras.

" Wahai Syu’aib, mengapa kau melarang kami menyembah tuhan-tuhan itu. Jika kau tidak senang maka tinggalkan tempat ini, " kata kaum Madyan dengan marah sebab tuhannya telah dihina.

" Allah, tidak ada yang dapat menyamai-Nya. Ketahuilah bahwasannya Allah adalah Tuhan yang dapat menolong kesulitan, " kata nabi Syu’aib dengan suara tenang.

Kaum Madyan tidak suka mendapat seruan berupa ajakan itu. Setiap sore mereka duduk-duduk ditengah jalan untuk menghalangi orang-orang yang hendak menuju rumah nabi Syu’aib. Kaum Madyan senang sekali menghina pengikut nabi Syu’aib. Mereka menganggap orang yang mengikuti nabi Syu’aib adalah orang-orang bodoh, tolol dan banyak lagi cacian yang menyakitkan bati.

Orang-orang (pengikut) nabi Syu’aib melaporkan penghinaan yang diterimanya dari mereka. Namun nabi Syu’aib tidak pernah marah sedikitpun. Beliau justru mendoakan agar diberi jalan terang sehingga ajakannya dapat diterima oleh mereka.

Karena setiap bari, pengikutnya selalu mendapat hambatan dan hinaan, akhirnya nabi Syu’aib berkata pada kaum Madyan. Perkataan ini sudah diabadikan dalam Al Qur’an surat Al A’rof ayat 86:

Artinya: Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-. nakuti dan menghalangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan mereka (orang-orang) yang berbuat kerusakan. (Al A’rof: 86)

Setiap nabi Syu’aib melakukan dakwah selalu mendapat hinaan dan cacian dari kaum Madyan. Mereka berusaha untuk menghentikan dakwah itu. Namun sejauh itu usahanya tidak pernah memperoleh hasil. Sebab nabi Syu’aib mendapat lindungan dari Allah.

Karena tujuan utama yaitu menyuruh kaum Madyan meninggalkan sesembahan mereka tidak berhasil maka beliau tidak berhenti sampai disitu. Beliau masih mengupayakan agar kaum Madyan mau mengikuti ajarannya.

"Wahai kaumku, aku tidak pernah meminta upah dan minta pujian dari kalian. Aku mengajak kalian menyembah Allah karena hanya Dia yang patut disembah. Hentikanlah penyembahan kalian terhadap batu-batu yang bisu itu, " kata nabi Syu’aib pada suatu perkumpulan.

" Hai Syu’aib, apakah agamamu menyuruh agar kami menghentikan penyembahan yang sudah diturunkan bapak-bapak kami ? " tanya beberapa orang Madyan bertanya dengan nada sinis

" Bagaimana jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku ? " tanya nabi Syu’aib kepada mereka.

" Bukti apa yang hendak kau tunjukkan pada kami ? " tanya mereka. Mereka tidak pernah mau mengakui kebenaran nabi Syu’aib sehingga semua seruannya selalu mendapat tantangan.

" Apakah kalian tidak pernah mendengar cerita dari kakek nenek, bapak dan ibu mengenai hancurnya kaum Nuh dan Luth? " tanya nabi Syu’aib. Demi mendengar jawaban itu kaum Madyan berpikir dua kali sebelum membuka suara lagi. Diantara kaum Madyan ada juga yang membenarkan ucapan itu mengakut kenabian Syu’aib. Namun sebagian lagi tidak mau mendengarkan ucapan-ucapan nabi Syu’aib selanjutnya.

Sedikit demi sedikit kaum Madyan meninggalkan nabi Syu’aib beserta pengikutnya. Akhirnya tidak ada lagi yang tersisa satupun juga. Sebelum pergi mereka mengejek ajaran nabi Syu’aib dan mengatakan bahwa beliau telah sinting.

Karena ajakannya tidak pernah didengarkan oleh kaum Madyan akhirnya nabi Syu’aib pergi ke wilayah lain. Di sana terdapat Ashabul Aikah. Nabi Syu’aib berharap agar dakwahnya ditengah-tengah masyarakat setempat diterima dan ajarannya diikuti.

Namun kaum itu tidak ada bedanya dengan kaum Madyan. Bahkan mereka lebih berani menghina nabi Syu’aib. Mereka mengatakan bahwa nabi Syu’aib adalah penyihir. Meskipun demikian nabi Syu’aib tidak pernah marah dan beliau tetap meneruskan dakwahnya hingga ada pula yang mau mengikuti ajarannya.

Karena masyarakat setempat selalu menghina dan berusaha menghalang-halangi dakwahnya, akhirnya nabi Syu’abi meminta dan mengadukannya kepada Allah.

Azab Yang Membinasakan Kaum Madyan dan Kaum Ashabul Aikah

Setelah semua usaha nabi Syu’aib untuk mengajak kembali, kedua kaum itu tidak menemui hasil, maka beliau meminta pertolongan pada Allah.

" Ya Allah,bukakanlah pintu hati mereka agar mau mengikuti ajaranku," doa nabi Syu’aib.

Nabi Syu’aib yakin bahwa suatu saat kaum Madyan dan kaum Ashabul Aikah akan mau menerima ajarannya. Berangkat dari pemikiran itulah ia tetap meneruskan dakwahnya dengan tidak mengenai putus asa sedikitpun. Seperti biasa ia selalu mendapat cacian dan hinaan dari kaum Ashabul Aikah.

" Wahai saudaraku, jika kalian tidak mau menyembah Allah dan menghentikan semua perbuatan maksiatmu, niscaya Allah menurunkan azab-Nya, " kata nabi Syu’aib kepada kaum Ashabul Aikah.

Kaum itu sudah tidak menggubris seruan nabi Syu’aib. Begitu mendengar kata-kata itu, mereka malah ingin buktinya.

" Tunggulah barang beberapa hari ini. Niscaya kalian akan merasakannya, " kata nabi Syu’aib. Kemudian beliau berkemas dan mengajak semua pengikutnya meninggalkan perkampungan itu. Mereka menuju perkampungan kaum Madyan.

Setelah kepergian nabi Syu’aib dan pengikutnya, tiba-tiba awan di langit bergulung-gulung bergerak perlahan-lahan. Tak lama kemudian menaungi kaum Ashabul Aikah. Awan itu menimbulkan hawa panas. Akibatnya orang-orang mengeluh kepanasan.

Mereka mencari naungan lagi dan mencari angin yang bisa melenyapkan kegerahannya. Tiba-tiba datanglah guntur yang menyambar mereka. Sungguh janji Allah itu benar. Pada hari itu merupakan siksaan bagi kaum Ashabul Aikah yang telah mendustakan nabi-Nya.

Untunglah nabi Syu’aib dan pengikutnya sudah keluar meninggalkan wilayah itu sehingga mereka selamat dari azab itu. Setelah tiba di wilayah Madyan, nabi Syu’aib melakukan dakwah kembali. Namun kaum itu masih berpendirian seperti dulu.

" Wahai kaumku, apakah kalian tidak mengetahui bahwa orang-orang yang mendiami wilayah Ashabul Aikah telah mengalami siksaan, " kata nabi Syu’aib dengan memberikan contoh kaum Ashabul Aikah.

" Wahai Syu’aib bencana itu sudah wajar. Bencana itu datangnya bukan dari dirimu juga bukan dari Tuhanmu, melainkan dari alam, " teriak mereka seraya mengejek nabi Syu’aib.

" Jika kalian tidak mau menerima ajaranku dan enggan meninggalkan perbuatan maksiat, niscaya Allah akan menurunkan siksaan padamu juga, " kata nabi Syu’aib memperingatkan.

" Jika memang benar itu merupakan siksaan dari Tuhanmu, kami ingin merasakannya juga, " kata mereka dengan congkaknya.

Karena semua nasehat tidak pernah mendapat tanggapan sendikitpun dari kaum Madyan akhirnya nabi Syu’aib dan pengikutnya meninggalkan wilayah Madyan.

Setelah beberapa hari sepeninggal nabi Syu’aib beserta pengikutnya maka azab Allah diturunkan. Azab itu berupa guntur. Hanya sekali sambar, maka kaum Madyan tidak ada lagi yang tersisa. Itulah balasannya jika mendustakan nabi yang telah menunjukkan jalan kebenaran.

Mengenai azab yang diturunkan Allah kepada kaum Madyan telah diabadikan dalam Al Qur’an sural Huud ayat 94.

Artinya: Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat Kami, dan orang-orang itu zalim dibinasakah oleh satu suara yang mengguntur. Lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (Huud: 94)

Nabi Syu’aib dan pengikutnya yang beriman terlepas dari bencana siksa Allah itu karena sebelumnya sudah disuruh Allah mengungsi.

Kisah Nabi Syu’aib diceritakan didalam Al-Qur’an sebanyak 40 kali yang dibagi dalam beberapa kisah, yaitu :

Kisah Keburukan kaum Syu’aib


Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. (85)

Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (86) Surat Al A’Raaf:85-86,

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)”. (84)

Dan Syu’aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. (85) Surat Hud:84-85,

Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”. Surat Hud:87,

Mereka berkata: “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”. (91)

Syu’aib menjawab: “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”. (92) Surat Hud:91-92,

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan (181); dan timbanglah dengan timbangan yang lurus (182). Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (183); Surat Asy Syu’araa’:181-183.

Kisah Diutus ke Ashabul-Aikah


Dan sesungguhnya adalah penduduk Aikah itu benar-benar kaum yang zalim, Surat Al Hijr:78

Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Surat Asy Syu’araa’:178.

Kisah Dakwah nabi Syu’aib kepada kaumnya


Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. (85)

Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (86)

Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (87)

Pemuka-pemuka dan kaum Syu’aib yang menyombongkan dan berkata: “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami”. Berkata Syu’aib: “Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” (88)

Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (89)

Pemuka-pemuka kaum Syu’aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi”. (90) Surat Al A’Raaf:85-90,

Maka Syu’aib meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?” Surat Al A’Raaf:93,

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)”. Surat Hud:84,

Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" (86)

Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”. (87) Surat Hud:86-87,,

_Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. (89) _

Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. (90) Surat Hud:89-90,

_Syu’aib menjawab: “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”. (92) _

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu”. (93) Surat Hud:92-93,

Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syu’aib berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa?, Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu”. Surat Asy Syu’araa’:176-184,

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu’aib, maka ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan”. Surat Al ‘Ankabuut:36.

Kisah Cobaan nabi Syu’aib


Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (87) Pemuka-pemuka dan kaum Syu’aib yang menyombongkan dan berkata: “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami”. Berkata Syu’aib: “Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” (88) Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (89) Pemuka-pemuka kaum Syu’aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi”. (90) Surat Al A’Raaf:87-90,

Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”. (87) Syu’aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (88) Mereka berkata: “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”. (91) Surat Hud:87-88 dan 91,

Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul; (176) Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir, (185) dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. (186) Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (187) Syu’aib berkata: “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (188) Surat Asy Syu’araa’:176, 185-188,

dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul). Surat Shaad:13,

dan penduduk Aikah serta kaum Tubba’ semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. Surat Qaaf:14.

Kisah Azab kaum Syu’aib


Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (91) (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu’aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu’aib mereka itulah orang-orang yang merugi. (92) Surat Al A’Raaf:91-92,

Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Surat At Taubah:70,

Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (94) Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa. (95) Surat Hud:94-95,

maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang. Surat Al Hijr:79,

Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. Surat Asy Syu’araa’:189,

Maka mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka. Surat Al ‘Ankabuut:37.