Bagaimanakah Kepemimpinan Partisipatif itu?

Mitch McCrimmon (2007) menulis bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini penting manakala pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim.

Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan. Kepemimpinan partisipatif berhubungan dengan penggunaan berbagai prosedur keputusan yang memperbolehkan pengaruh orang lain mempengaruhi keputusan pemimpin.

Menurut Burhanuddin dalam bukunya administrasi manajemen dan kepemimpinan pendidikan,mendefinisikan gaya kepemimpinan partisipatif sama pengertiannya dengan kepemimpinan demokratis, yaitu seorang pemimpin mengadakan konsultasi dengan para bawahannyamengenai tindakan-tindakan keputusan-keputusan diusulkan atau dikehendaki oleh pimpinan,serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusandan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan.

Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Maksut dari sedikit pengarahan disini, pemimpin tidak hanya duduk diam dan memberikan banyak perintah, tetapi pemimpin itu sendiri juga ikut berpartisipasi.

Kepemimpinan partisipatif dapat dipandang sebagai suatu jenis perilaku yang berbeda, meskipun dapat digunakan bersama-sama untuk melaksanakan tugas khusus dan menunjukkan perilaku hubungan antara pemimpin dan bawahan. Sebagai contoh, berdiskusi dengan karyawan untuk merancang sistem waktu yang fleksibel, dapat menghasilkan perencanaan jadwal kerja yang lebih baik dan dapat sebagai tanda perhatian pemimpin atas kebutuhan karyawannya.

Selain itu gaya kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan kesadaran bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya kepemimpinan ini, pemimpin terus merangsang kreativitas bawahan dan mendorong bawahan untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama.

Bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri, didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang.

Pada Kepemimpinan Partisipatif, terkadang yang terlihat adalah bahwa partisipasi tersebut hanyalah pura-pura belaka. Misalnya seorang manajer mengumpulkan ide dan saran dari pihak lain, tetapi mengabaikannya, ketika membuat keputusan. Sebaliknya, manajer meminta bawahannya untuk membuat keputusan, namun dilakukan sedemikian rupa, sehingga bawahan takut menunjukkan inisiatif atau pendapat yang berbeda dari pilihan yang menurut pengetahuan karyawan lebih disukai atasannya.

Kepemimpinan partisipatif menyangkut baik pendekatan kekuasaan maupun perilaku kepemimpinan. Kepemimpinan, menyangkut aspek-aspek kekuasaan seperti:

  • Bersama-sama menanggung kekuasaan (power sharing),
  • Pemberian kekuasaan (empowering)
  • Proses-proses yang saling mempengaruhi secara timbal balik
  • Prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain, untuk memperoleh gagasan dan saran-saran, serta perilaku spesifik yang digunakan untuk pendelegasian kekuasaan.

Manfaat, yang potensial akan diperoleh dari kepemimpinan partisipatif adalah :

  • Kualitas keputusan yang diambil, biasanya lebih baik, bila para peserta mempunyai informasi dan pengetahuan yang tidak dipunyai sang pemimpin
  • Bersedia untuk kerjasama dalam mencari suatu pemecahan yang baik, untuk suatu masalah keputusan
  • Keputusan yang diambil, biasanya lebih dapat diterima oleh para partisipan,
  • Peluang untuk memperoleh suatu pengaruh terhadap sebuah keputusan, biasanya akan meningkatkan komitmen dalam hal tersebut
  • Kepuasan terhadap proses pengambilan keputusan, biasanya juga lebih tinggi,
  • Menumbuhkan dan mengembangan keahlian dalam pengambilan keputusan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan cenderung akan meningkatkan kualitas keputusan, ketika partisipan memiliki informasi dan pengetahuan yang tidak dimiliki atasannya dan bersedia bekerja sama dalam menemukan solusi yang baik untuk masalah yang dihadapi.

Referensi :

Pemimpin partisipatif selalu menjauhi sikap mendominasi dalam setiap pengambilan keputusan. Pemimpin akan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengemukakan pendapat, saran dan kritikan untuk kemajuan perusahaan. Keterbukaan karyawan sangat diharapkan pimpinan dalam menciptakan komunikasi yang efektif.

Dalam bukunya yang berjudul Manjemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Malayu S.P. Hasibuan mengatakan bahwa:

Kepemimpinan Partisipatif adalah seorang pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinannya dilakukan secara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi bawahannya. Pemimpin memotivasi para bawahan, agar mereka merasa ikut memiliki perusahaan, Falsafah pemimpin, pemimpin adalah untuk bawahan, dan bawahan diminta untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dengan memberikan informasi, saran-saran dan pertimbangan. Pemimpin menerapkan sistem manajemen terbuka (open management). Informasi dan pembinaan kaderisasi mendapat perhatian yang serius” (Hasibuan, 2006).

Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan partsipatif mempunyai kesempatan untuk lebih sukses sebagai pemimpin (Leader). Gaya kepemimpinan partisipatif sangat efektif dalam menetapkan tujuan karena selalu mengharapkan pendapat, saran dan kritikan dari karyawan pada proses pengambilan keputusan.

Pemimpin yang bergaya kolompok partisipatif menurut pendapat Likert yaitu:

“Pemimpin yang bergaya kelompok partisipatif mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya. Dalam setiap persoalan, selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide-ide dan pendapat-pendapat lainnya dari bawahan, dan mempunyai niat untuk mempergunakan pendapat bawahan secara konstruktif.” (Thoha, 2001).

Oleh karena itu, seorang pemimpin yang mempunyai gaya kepemimpinan partisipatif dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya selalu mengajak para karyawan untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan pendapat, ide-ide, saran dan kritikan pada setiap proses pengambilan keputusan.

Hal tersebut akan menjadi bahan pertimbangan pimpinan sebelum keputusan ditetapkan, karena tanggung jawab pemimpin yang paling besar adalah menetapkan suatu keputusan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Likert, seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif akan mempunyai kesempatan untuk lebih sukses sebagai pemimpin (leader). Lebih jauh dikatakan oleh likert bahwa Pemimpin yang bergaya kelompok partisipatif, adalah sangat efektif di dalam menetapkan tujuan-tujuan dan mencapainya, dan pada umumnya organisasi semacam ini lebih produktif.

Sifat Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam prosedur keputusan yang memberikan orang lain suatu pengaruh tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin. Istilah-istilah lain yang biasanya digunakan untuk menunjuk kepada aspek-aspek kepemimpinan partisipatif mencakup konsultasi, pengambilan keputusan bersama, membagi kekuasaan, desentralisasi, serta manajemen yang demokratis (Yukl, 1998:132).

Macam-macam prosedur pengambilan keputusan yang dapat digunakan pada kepemimpinan partisipatif dengan mengikutsertakan orang lain dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

  1. Keputusan yang otokratik: manajer / pimpinan membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan opini atau saran dari orang lain, dan orang-orang tersebut tidak mempunyai pengaruh yang langsung terhadap keputusan tersebut, tidak ada partisipasi.

  2. Konsultasi: manajer / pimpinan menanyakan opini dan gagasan, kemudian mengambil keputusannya sendiri setelah mempertimbangkan secara serius saran-saran dan perhatian mereka.

  3. Keputusan bersama: manajer / pimpinan bertemu untuk mendiskusikan masalah keputusan tersebut, dan mengambil keputusan bersama, manajer / pimpinan tidak mempunyai pengaruh lagi terhadap keputusan terakhir seperti juga peserta lainnya.

  4. Pendelegasian: manajer / pimpinan memberi kepada seorang individu atau kelompok, kekuasaan serta tanggungjawab untuk membuat keputusan, manajer / pimpinan tersebut biasanya memberi spesifikasi mengenai batasbatas dalam mana pilihan terakhir harus senada, dan persetujuan terlebih dahulu mungkin tidak perlu dimintai sebelum keputusan tersebut dilaksanakan. (Yukl, 1998).

Dimensi dan Ukuran Kepemimpinan Partisipatif

Adapun Dimensi-Dimensi dan indikator-indikator dari Kepemimpinan partisipatif menurut Vroom dan Yetto (1973), House dan Mitchell (1974) yaitu:

a. Prosedur pengambilan keputusan

  • Otokratik
  • Konsultasi
  • Partisipatif

b. Variabel situasi

  • Karateristik tugas
  • Lingkungan karakteristik bawahan

c. Penerimaan keputusan

  • komitmen
  • Kepuasan

d. Peraturan keputusan

  • waktu * motivasi

e. kualitas keputusan

  • Variabilitas
  • Konsekuensi

Menurut Davis, K & Newstrom, John W (1994) Pemimpin partisipatif mendesentralisasikan wewenang. Keputusan partisipatif tidak bersifat sepihak, seperti halnya dengan autokratik, karena keputusan itu timbul upaya konsultasi dengan pengikut dan keikut sertaan mereka. Yang dimaksud bahwa pemimpin yang partisipatif adalah seorang yang melibatkan sepenuhnya kepada semua karyawan untuk membuat keputusan.

Menurut Robins (2002) kepemimpinan adalah suatu keahlian untuk memberikan pengaruh terhadap karyawan sehingga mereka mau melakukan pekerjaan sehingga berhasil mencapai tujuan. Menurut Siagian (2007) seorang pemimpin harus dapat mewujudkan semangat kerja karyawannya. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, itu semua bergantung pemimpin. Oleh karena itu diperlukanlah suatu pendekatan ke karyawan agar pemimpin dapat memberikan pengaruhnya kepada karyawan.

Menurut Mangkunegara (dalam Siagian, 2007) gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya dimana seorang pemimpin melibatkan seluruh karyawannya dalam pengambilan keputusan. Sehingga ada kesan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif ini dapat menumbuhkan rasa demokrasi yang tinggi. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap karyawan, mereka merasa dihargai karena mereka dilibatkan langsung dalam pengambilan kebijakan.

Menurut Gary Yukl (dalam Ardana, 2011) kepemimpian adalah suatu aktivitas untuk mempengaruhi dan membuat seluruh karyawan ikut turut serta memberikan kontribusinya kepada perusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Yang artinya sikap pemimpina tidak hanya mempengaruhi tetapi ikut serta dalam memajukan perusahaan.

Menurut Martoyo yang dikutip oleh Ardana (2011) kepemimpinan adalah kegiatan memberikan pengaruh kepada karyawan dan mendelegasikan tugas sehingga semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya. Yang dimaksud bahwa seorang pemimpin akan memberikan pengaruh juga mendelegasikan tugas karyawan.

Somech (dalam Bell, Clement & Mjoli, Themba, 2014) Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai proses pembuatan keputusan bersama atau setidaknya berbagi dan bawahannya. Yang artinya bahwa pemimpin tidak berjalan sendiri dalam membuat keputusan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan pertisipatif adalah aktivitas yang bersifat autokratik, membuat keputusan dengan melibatkan karyawan, mendelegasikan tugas, mempengaruhi karyawan dan membuat karyawan ikut serta dalam memajukan perusahaan, sehingga dapat menumbuhkan semangat dan solidaritas antara atasan dan bawahan.

Dimensi Gaya Kepemimpinan Partisipatif


Adapun dimensi-dimensi dan indikator dari kepemimpinan partisipatif menurut Vroom dan Yetto (1973), House dan Mitchell (1974) yaitu:

  • Proses pengambilan keputusan
  1. Konsultasi
    Dengan indikator: pemecahan masalah yang relevan dengan bawahan secara individual dan kelompok, kesesuaian saran atau ide atasan dengan bawahan secara individual dan kelompok.

  2. Partisipatif
    Dalam partisipatif, pemimpin dalam memecahkan masalah bersama yang relevan dengan bawahan secara kelompok, tingkat keserasian antara atasan dan bawahan dalam menciptakan dan mengevaluasi dalam memecahkan masalah, peran atasan terhadap bawahannya.

  • Variabel situasi
  1. Karakteristik tugas Pemimpin memberikan tugas yang tidak terstruktur kepada bawahannya, memberikan peran yang jelas kepada bawahannya.

  2. Lingkungan karakteristik bawahan Bawahan merasa senang dalam bekerja, bawahan puas dengan pekerjaannya, bawahan mempunyai keinginan untuk berhasil yang tinggi dalam bekerja, pekerja diberi kebebasan yang tinggi.

  • Penerimaan keputusan
  1. Komitmen Bawahan berkomitmen untuk melaksanakan suatu keputusan.
  2. Keputusan Bawahan memiliki kepuasan terhadap keputusan yang diambil.
  • Peraturan keputusan
  1. Waktu Adanya tekanan waktu pekerjaan terhadap bawahan.
  2. Motivasi Pemimpin mempunyai keinginan untuk mengembangkan bawahannya.

Menurut Thoha (2004) adapun aspek-aspek dalam gaya kepemimpinan partisipatif mencakup: konsultasi, pengambilan keputusan bersama, membagi kekuasaan, desentralisasi dan manajemen yang demokratis. Indikator langsung dari adanya kepemimpinan partisipatif ini terletak pada perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan yang digunakan.

Karakteristik Kepemimpinan Partisipatif


Menurut Wahjosumidjo (dalam Fitriani, 2013) gaya kepemimpinan partisipatif, dicirikan oleh:

  1. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah atau dengan kata lain apabila pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah adanya saran dan pendapat dari bawahan.

  2. Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan pekerjaan.

  3. Hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana yang penuh persahabatan dan saling mempercayai.

  4. Motivasi yang diberikan kepada bawahan tidak hanya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga didasarkan atas pentingnya peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.

Sedangkan menurut Nawawi menuliskan bahwa kepemimpinan partisipatif sama pemahamannya dengan kepemimpinan kompromi (compromiser) yang menunjukkan karakteristik, sebagai berikut:

  1. Seorang pemimpin dalam gaya ini untuk mempertahankan kekuasaanya tidak berorientasi pada anggota organisasi, tetapi pada pimpinan atasanya yang berpengaruh dan menentukan jabatan kepemimpinannya.

  2. Mengikutsertakan bawahan dalam mengambil keputusan, bukan untuk kesempatan menyampaikan gagasan, kreativitas dan lainlain.

  3. Dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan, pemimpin selalu memperhitungkan untung rugi bagi dirinya bukan bagi bawahan atau organisasinya.

  4. Tidak tertarik pada pengembangan pekerjaan dan organisasi melainkan untuk menjalankan tugas guna mempertahankan kepemimpinannya.

  5. Mampu bekerja sama dengan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan.

  6. Memberikan dorongan (motivasi) secara selektif pada anggota organisasi atau bawahan.

Yulk (1998) Kepemimpinan partisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam prosedur keputusan yang memberikan orang lain suatu pengaruh tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin.

Fungsi Kepemimpinan


Fungsi kepemimpinan menurut Hill dan Caroll (1997) yaitu memiliki dua dimensi diantaranya sebagai berikut:

  1. Dimensi tingkat kemampuan mengarahkan (direction) tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.

  2. Dimensi tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas kelompok atau organisasi, yang dijabarkan melalui keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.

Menurut Siagian (2009) terdapat lima fungsi kepemimpinan yakni :

  1. Pemimpin sebagai penentu arah yaitu sebagai penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan penempatan segala sarana dan prasarana yang tersedia.

  2. Pemimpin sebagai wakil atau juru bicara yaitu pemimpun merupakan puncak organisasi menjadi wakil dan juru bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi.

  3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif yaitu suatu proses pemeliharaan hubungan yang baik kedalam maupun keluar oleh seorang pimpinan melalui komunikasi baik lisan maupun tertulis.

  4. Pemimpin sebagai moderator yang handal yaitu seorang pemimpin yang berfungsi sebagai mediator dalam menyelesaikan situasi komplek yang mungkin timbul dalam organisasi, tanpa mengurangi pentingnya situasi konflik dalam hubungan keluar yang dihadapi dan diatasi.

Tipe–Tipe Ke pemimpinan


Menurut Siagian (2008) Ada tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu :

  1. Tipe Kepemimpinan Otoriter
    Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata–mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.

  2. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas
    Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompokkelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.

  3. Tipe Kepemimpinan Demokratis
    Tipe kemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, hasil pikiran, pendapat, kreativitas, inisiatif yang berbeda-beda dapat dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin ini selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin.

    Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Ketiga tipe kepemimpinan di atas dalam praktkinya saling isi mengisi atau saling menunjang secara bervariasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/14173/29/Bab%202.pdf

Model kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena model kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan anak buah. Kepemimpinan partisipatif didefinisikan seorang pemimpin mengikutsertakan anak buah bersama-sama berperan didalam proses pengambilan keputusan. Model kepemimpinan seperti ini diterapkan apabila tingkat kematangan anak buah berada pada taraf kematangan moderat sampai tinggi. Mereka mempunyai kemampuan, tetapi kurang memiliki kemauan kerja dan kepercayaan diri.

Menurut Burhanuddin dalam bukunya analisis administrasi manajemen dan kepemimpinan pendidikan, mendefinisikan model kepemimpinan partisipatif sama pengertiannya dengan kepemimpinan demokratis, yaitu seorang pemimpin mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan atau dikehendaki oleh pimpinan, serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatankegiatan yang telah ditetapkan.

Selain itu telah dipahami juga bahwa kepemimpinan dengan menggunakan gaya atau model partisipatif yaitu seorang pemimpin dan pengikut atau bawahannya saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dalam hal ini komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut atau bawahan. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut atau bawahan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.

Teori kepemimpinan empat faktor menurut Lipham dan Hankom, mencakup empat dimensi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan struktural, kepemimpinan suportif dan kepemimpianan fasilitatif. Jadi, kepemimpinan partisipatif termasuk teori kepemimpinan empat faktor tersebut. Model kepemimpinan partisipatif merupakan model yang menyediakan peluang seluas dan sebaik mungkin kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang menguntungkan kelompok dan individu yang dipimpinnya. Wewenang dari seorang pemimpin yang diberikan kepada bawahan terukur dan sebatas wewenang yang diberikan organisasi dan kedudukannya. Hubungan yang terjalin dan bersifat kekeluargaan antara atasan dengan bawahan dapat dihindari sehingga mereka melaksanakan hubungan kerja sesuai dengan aturan organisasi.

Sedangkan menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd dalam bukunya menjadi kepala sekolah profesional mendefinisikan model kepemimpinan partisipatif disebut juga dengan model atau gaya melibatkan karena kepala sekolah sebagai pemimpin dengan tenaga kependidikanya yang lain bersama-sama berperan didalam proses pengambilan keputusan.16 Dalam hal ini upaya tugas tidak digunakan namun upaya hubungan antar sesama senantiasa ditingkatkan dengan membuka komunikasi dua arah dan iklim yang transparan.

Dari berbagai definisi kepemimpinan dan model kepemimpinan partisipatif diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan partisipatif adalah pemimpin yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai ditingkat bawah, yaitu pemimpin menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem ini pola komunikasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin adalah komunikasi dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk menyampaikan seluruh ide ataupun permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Ciri-ciri Perilaku Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif termasuk model kepemimpinan situasi yang muncul karena model kepemimpinan dalam pembahasan sebelumnya tidak mampu memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam kepemimpinan saat ini. Perilaku kepemimpinan tersebut dapat ditunjukkan dengan tanda-tanda, sebagai berikut:

  • Pendekatan akan berbagai persoalan dengan pikiran terbuka.
  • Mau atau bersedia memperbaiki posisi-posisi yang telah terbentuk.
  • Mencari masukan dan nasehat yang menentukan.
  • Membantu perkembangan kepemimpinan yang posisional dan kepemimpinan yang sedang tumbuh.
  • Bekerja secara aktif dengan perseorangan atau kelompok.
  • Melibatkan orang lain secara tepat dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut H. Hadari Nawawi dalam bukunya kepemimpinan mengefektifkan organisasi menuliskan bahwa kepemimpinan partisipatif sama pemahamannya dengan kepemimpinan kompromi (compromiser) yang menunjukkan karakteristik, sebagai berikut:

  • Seorang pemimpin dalam gaya ini untuk mempertahankan kekuasaanya tidak berorientasi pada anggota organisasi, tetapi pada pimpinan atasanya yang berpengaruh dan menentukan jabatan kepemimpinannya.
  • Mengikutsertakan bawahan dalam mengambil keputusan, bukan untuk kesempatan menyampaikan gagasan, kreativitas dan lain-lain.
  • Dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan, pemimpin selalu memperhitungkan untung rugi bagi dirinya bukan bagi bawahan atau organisasinya.
  • Tidak tertarik pada pengembangan pekerjaan dan organisasi melainkan untuk menjalankan tugas guna mempertahankan kepemimpinannya.
  • Mampu bekerja sama dengan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan.
  • Memberikan dorongan (motivasi) secara selektif pada anggota organisasi atau bawahan.

Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Usaha kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, harus dilakukan dengan mempergunakan strategi yang bagus untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Untuk menjalankan strategi itu pemimpin harus memiliki kemampuan mengimplementasikan fungsi-fungsi kepemimpinan secara efektif dan efisien agar mendapat dukungan tanpa kehilangan rasa hormat, rasa segan dan kepatuhan dari semua anggota organisasi. Sehubungan dengan itu akan dipaparkan beberapa pendapat tentang fungsi-fungsi kepemimpinan.

Selanjutnya sebagaimana terdapat didalam buku kepemimpinan mengefektifkan organisasi, telah dibahas tentang fungsi-fungsi kepemimpinan sebagaimana diuraikan, sebagai berikut:

1. Fungsi pengambilan keputusan

Fungsi pengambilan keputusan sebagai strategi kepemimpinan sangat penting peranannya, karena tanpa kemampuan dan keberanian pemimpin tidak mungkin menggerakkan organisasi.

2. Fungsi instruktif

Fungsi konstruktif sebagai kekuasaan atau wewenang seorang pemimpin untuk memerintahkan anggotanya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota organisasi.

Fungsi Konsultatif

Fungsi konsultatif berarti anggota organisasi diberi kesempatan menyampaikan kritik, saran, informasi dan pendapat yang berhubungan dengan pekerjaan dan organisasi.

3. Fungsi Partisipatif

Fungsi partisipatif menyatakan bahwa dalam pengambilan keputusan perlu mengikutsertakan bawahan dengan memberikan kesempatan untuk menyampaikan saran dan pendapatnya.

4. Fungsi Delegatif

Fungsi pendelegasian harus dilaksanakan untuk mewujudkan organisasi yang dinamis dalam mengikuti perkembangan IPTEK dibidangnya, karena tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh pimpinan puncak.