Bagaimanakah keamanan pangan selama masa pandemi?

Dampak pandemic yang harus diperhatikan adalah ketahanan pangan karena pandemic mengakibatkan penurunan pendapatan. Penurunan ini akan menyebabkan gangguan pada akses pangan. Bagaimanakah keamanan pangan selama masa pandemi?

Pandemi COVID-19 menyebabkan sejumlah negara di dunia memberlakukan kebijakan lockdown untuk mengurangi penyebaran virus corona. Namun sejak bulan juni, kurang lebih sebanyak 195 negara merencanakan langkah perlindungan sosial dengan bantuan sosial. Bantuan tersebut berupa bantuan tunai sementara selama 3 bulan. Hal ini dapat membantu masyarakat terdampak memenuhi kebutuhan nutrisi. Dibutuhkan tanggapan organisasi internasional dan negara maju untuk berkontribusi dalam menanggapi krisis pangan dan pengurangan pendapatan sehingga membantu pemulihan ekonomi global.

Selama masa pandemi, distribusi pangan dibebaskan dari tindakan lockdown. Protocol kesehatan diperlukan untuk melindungi pekerja di rantai makanan dan membantu menahan COVID-19. Insentif, dukungan transportasi, dan logistic dibutuhkan oleh masyarakat. Pemerintah harus terlibat dengan pelaku pasar untuk memastikan kelancaran gungsi pasar dan distribusi seperti benih, pupuk, tenaga kerja, dan kredit terutama untuk pertanian yang membutuhkan waktu yang cukup lama dalam perawatan. Pemerintah di beberapa negara harus memberhentikan pembatasan ekspor makanan dan menjaga alur perdagangan terbuka sesuai dengan aturan dan regulasi multilateral yang disepakati melalui Organisasi Perdagangan Dunia. Selain itu pemerintah harus memudahkan transaksi perdagangan termasuk penerbitan izin dan sertifikat secara elektronik dan memastikan persyaratan sesuai dengan protocol kesehatan.

Peristiwa COVID-19 mengajarkan kepada kita semua bahwa pentingnya deteksi dini penyakit menular baru karena 70% diantaranya bersumber dari hewan. Selain itu peristiwa ini mengajarkan kepada kita bahwa adanya pandemic dapat meningkatkan sistem pengawaasan untuk penyakit yang zoonosis yaitu penyakit yang timbul dari hewan yang digunakan dalam rantai makanan untuk menghindari pandemic dan bencana selanjutnya di masa depan

Sumber:
Laborde, D., Martin, W., Swinnen, J., & Vos, R. (2020). COVID-19 risks to global food security. Science, 369 (6503), 500-502.

image

Tentu saja, keamanan pangan akan sedikit terganggu akibat adanya pandemi Covid-19. Seperti yang ramai diperbincangkan pada saat ini, dimana semua negara berusaha keras untuk menjaga keamanan pangan dinegaranya agar tidak mengalami krisis pangan seperti yang ditakutkan oleh banyak ahli.

Di Indonesia sendiri, pemerintah mati-matian menjaga keamanan pangan agar tidak mengalami krisis pangan seperti berita yang ramai diperbincangkan. Beberapa upaya yang dilakukan adalah,

1. Perubahan pola rantai pasok pangan
Banyak terjadi perubahan pada rantai pasok pangan, baik di sektor hulu, distribusi maupun hilir. Pada sektor hulu para petani dan produsen makanan harus memproduksi bahan pangan sesuai dengan protokol yang ditetapkan untuk menjamin kualitas dan keamanan pangan. Sedangkan, untuk di sektor distribusi mobilisasi mengalami beberapa penyesuaian akibat adanya beberapa wilayah yang menerapkan PSBB sehingga menghambat mobilisasi dari barang tersebut. Jalur pasokan dari bahan pangan lebih banyak menuju ke pasar modern dan juga pasar yang berbasis online. Sedangkan untuk sektor hilir pola konsumsi masyarakat mulai berubah dimana masyarakat lebih menggunakan platform digital atau online untuk membeli kebutuhan pangan.

2. Bulog bertugas untuk menjaga ketersediaan stok dan pangan pokok
Saat ini, ketersediaan stok beras berada pada kisaran 1-1,5 juta ton dan Bulog meyakini bahwa ketersediaan tersebut dapat mencegah Indonesia dari krisis pangan. Perum Bulog juga ditugaskan untuk melaksanakan importasi pangan seperti gula kristal putih, raw sugar, dan daging kerbau dimana terjadi kelangkaan stok didalam negeri

3. Ketersediaan pasokan dan stabilitas harga
Bulog ditugaskan untuk melaksanakan operasi pasar beras medium sepanjang tahun dan dilakukan secara masiv untuk menjamin masyarakat memperoleh beras yang murah dan terjangkau.

4. Operasi pasar pangan pokok melalui kelurahan
Bulog bertugas untuk menjual bahan kebutuhan pokok yang terjangkau dan bekerjasama bersama dengan kelurahan/RW/RT. Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara collective order untuk menghindari kerumunan

5. E-commerce ipanganandotcom
Bulog menyediakan e-commerce untuk mengurangi masyarakat keluar rumah. Sehingga dapat berbelanja melalui aplikasi dirumah dan barang akan dikirim

Ketersediaan pangan di Indonesia per tanggal 15 Juli 2020, menurut Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog adalah sebagai berikut,

  • Beras 1.447.572 ton
  • Daging kerbau 4,31 ton
  • Gula pasir 35.291 ton
  • Tepung terigu 1.786,22 ton
  • Telur ayam 22,64 ton
  • Minyak goreng 2.770,48 kilo liter

Dan Bulog meyakini bahwa ketersediaan pangan tersebut dapat menjamin Indonesia untuk terhindar dari adanya krisis pangan akibat adanya pandemi Covid-19.