Fokus dan proses analisis antropologi sastra boleh berjalan liar.
Bagaimanakah proses analisis dalam antropologi sastra?
Bagaimanakah proses analisis dalam antropologi sastra?
Fokus dan proses analisis antropologi sastra boleh berjalan liar. Artinya, peneliti boleh mengembara lewat imajinasi untuk memaknai fenomena kultural dalam sastra. Titik puncak dari fokus dan proses itu, menurut Richard Reed (Spradley, 1997:9), adalah membuat kesimpulan budaya. Ketika ingin melukiskan kisah orang terjun payung, peneliti boleh mengimajinasikan bagaimana mereka meloncat dari udara. Peneliti tidak harus menjadi penerjun payung, tetapi dapat memahami apa yang dirasakan penerjun lewat imajinasi. Tentu akan lebih hebat jika peneliti juga mengalami langsung. Kesimpulan budayanya akan lebih akurat.
Antropologi sastra termasuk ke dalam pendekatan arketipal, yaitu penelitian karya sastra yang menekankan pada warisan budaya masa lalu. Warisan budaya tersebut dapat terpantul dalam karya-karya sastra klasik dan modern. Karenanya, peneliti antropologi sastra dapat meneliti keduanya dalam bentuk paparan etnografi.
Pada umumnya, penelitian antropologi sastra, menurut Bernard (1994:118–120) lebih bersumber pada tiga hal, yaitu manusia/orang, artikel tentang sastra, dan bibliografi. Ketiga sumber data ini sering dijadikan pijakan seorang peneliti sastra untuk mengungkap makna di balik karya sastra. Ketiga sumber data tersebut dipandang sebagai documentation resources. Hal ini memang patut dipahami karena karya sastra sebenarnya juga merupakan sumber informasi.
Analisis antropologi sastra semestinya akan mengungkap berbagai hal, antara lain sebagai berikut:
Langkah-langkah strategis dalam proses analisis antropologi sastra ada beberapa hal, yaitu berikut ini.
Dari aneka langkah tersebut peneliti dapat melakukan proses penelitian yang tertata. Penelitian antropologi sastra termasuk upaya untuk menggali sejumlah pengalaman budaya melalui langkah-langkah yang matang. Langkah-langkah analisis selalu dikaitkan dengan proses refleksi. Oleh karena asumsi yang dibangun antropologi sastra, karya itu merupakan sebuah cermin budaya. Sastrawan menjadi pemotret budaya yang beragam. Potret itu menjadi sebuah tiruan yang simbolis.
Yang paling dipentingkan dalam fokus analisis antropologi sastra adalah menukik pada persoalan budaya. Budaya menjadi roh sastra. Kedalaman analisis dapat dilakukan manakala peneliti menghayati tiruan kehidupan yang dilukiskan secara simbolis. Getaran bahasa-bahasa kias itulah yang harus ditafsirkan peneliti. Kunci proses analisis antropologi sastra adalah mendeskripsikan budaya lewat fenomena sastra. Sastra menyajikan fakta kultural sehingga harus dipahami sebagai kekayaaan hidup.