Bagaimanakah Desain, Paradigma, dan Pendekatan dalam Penelitian Antropologi Sastra?


Saat akan melakukan penelitian antropologi sastra, tentunya akan memikirkan desain, paradigma, dan pendekatan penelitian seperti pada umumnya.

Bagaimanakah desain, paradigm, dan pendekatannya jika dalam penelitian antropologi sastra?

Desain adalah gambaran abstrak tentang tindakan dalam penelitian. Desain adalah gambaran yang berupa langkah-langkah kerja analisis. Ada desain yang berbentuk gambar ikan, ular, dan binatang lain. Untuk meneliti antropologi sastra, dibutuhkan desain yang utuh. Desain akan menentukan model dan pendekatan penelitian. Jadi, desain adalah rancangan besar tentang penelitian. Dari sisi epistemologi, desain penelitian akan mengarahkan jalannya penelitian. Penelitian antropologi sastra telah banyak dilakukan, tetapi yang secara strategis memanfaatkan epistemologi masih amat jarang. Epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana membuktikan sebuah penelitian secara benar. Banyak hal yang terkait dengan kunci-kunci epistemologi yang sering diabaikan hingga kerancuan sering muncul dalam berbagai hal.

Desain adalah peta perjalanan penelitian, mulai dari perumusan masalah sampai kesimpulan. Kedua istilah ini banyak membangun keyakinan para peneliti antropologi sastra. Desain dan paradigma akan membimbing peneliti menelurkan ide-ide cemerlang tentang apa saja yang dianalisis.

Beberapa istilah epistemologis yang banyak menggoda dan membutuhkan penjelasan antara lain masalah:

  • Paradigma (paradigm),

  • Perspektif,

  • Pendekatan, dan

  • Metode.

Keempat hal itu sering bertabrakan dalam penggunaannya. Kebingungan arah sering menjadi pemicu kesalahpahaman implementatif. Akibatnya, sering terjadi “pertengkaran” antara pembimbing dan terbimbing, antarpenguji, dan penilai. Yang menjadi korban tentu saja si terbimbing karena harus terombang-ambing.

Ketidakjelasan istilah secara epistemologis, juga tercium oleh beberapa penulis buku metode penelitian. Secara sederhana, dalam penelitian sastra ada istilah epistemologi yang disebut etnografi. Etnografi ini dapat digolongkan sebagai metode, pendekatan, paradigma, dan atau pendekatan. Tanpa memahami istilah tersebut secara epistemologis, dapat terjadi hal-hal krusial dan akhirnya si peneliti “mati konyol” dengan makna istilah itu.

Paradigma

Paradigma adalah istilah yang pertama kali digunakan oleh Thomas Kuhn (Sudikan, 2001:4) dalam bukunya, The Structure of Scientific Revolution (1962). Berarti paradigma telah bertahun-tahun ada dan mewarnai dunia penelitian kita. Paradigma memang penting dikemukakan agar para peneliti benar-benar mendapatkan pencerahan dalam menerapkan konsep tersebut. Menurut dia, paradigma adalah pandangan mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dalam ilmu pengetahuan. Pandangan ini lebih menekankan adanya wawasan filosofi terhadap suatu cabang ilmu pengetahuan.

Analog dengan penelitian sastra lisan, ada dua paradigma yaitu sastra lisan sebagai seni dan sastra lisan sebagai produk budaya. Kedua paradigma ini memiliki penekanan yang berbeda. Penelitian sastra kiranya juga dapat terkait dengan dua hal ini. Maksudnya, sastra juga bermuara pada sastra sebagai ekspresi estetis dan sastra sebagai produk sosial budaya pendukungnya. Sebagai produk seni, sastra merupakan karya yang sering dibahas dalam konteks estetika.

Jika demikian, seharusnya peneliti tidak keliru menerapkan paradigma. Paradigma adalah dasar filosofi penelitian yang terkait dengan “arah penelitian”, apa yang hendak diungkap. Anehnya, yang terjadi adalah paradigma sering dikacaukan dengan pendekatan. Oleh karena itu, jika dalam sebuah penelitian ada kata-kata kualitatif dan deskriptif, akan semakin rumit lagi. Kedua kata ini sering disebut pendekatan kualitatif di satu pihak, di lain pihak ada yang menyebut pendekatan. Sementara itu, kita juga mengenal pendekatan etik dan emik, bahkan seringkali terdengar juga ada penyebutan “metode kualitatif” dan “metode deskriptif”.

Pendekatan

Pendekatan adalah istilah yang sering melebar dan mudah diucapkan oleh peneliti. Sungguh tidak mudah untuk meletakkan dasar pemikiran yang dapat diterima semua pihak. Untuk itu, pendekatan perlu diperjelas, terkait dengan pemahaman sastra. Pendekatan sejajar (equal) dengan perspektif. Artinya, sebuah sisi pandang atau sudut pandang penelitian. Pendekatan terkait dengan “bagaimana data diungkap dan bagaimana analisis diproses”, dari sudut pandang apa data penelitian hendak diolah hingga memperoleh kesimpulan yang handal.

Bahkan, beberapa ilmuwan sastra lisan telah terbius terhadap pendekatan ini. Padahal, kalau dicermati, istilah objektif itu tentu tidak begitu tepat sebab ada istilah lain yang disebut subjektif. Sementara itu, Wellek dan Warren menawarkan hadirnya pendekatan instrinsik dan ekstrinsik. Atas dasar hal itu, silakan saja para peneliti sastra memilih dan memilah pendekatan. Ketepatan pendekatan akan mengarahkan bagaimana peneliti mencelupkan diri di lapangan, memproses data, dan menyimpulkannya. Pendekatan tersebut harus sejalan dengan paradigma yang diambil.

Memproses Data

Cara memproses data dan menyimpulkan. Dalam berbagai ranah penelitian, sering muncul pendekatan fenomenologi. Penelitian sastra yang memanfaatkan fenomenologi terkait pula dengan data yang diambil. Fenomenologi adalah penelitian sastra yang menekankan hadirnya fenomena di lapangan apa adanya. Memang ada sejumlah fenomenologi, tetapi yang paling penting di sini, kehidupan sastra dapat dipotret sebagai fenomena nyata. Fenomenologi sering bersebelahan dengan pendekatan naturalistik, yakni cara penyajian data (data display) secara apa adanya. Naturalistik adalah pendekatan yang tanpa menambah dan mengurangi data.

Pendekatan fenomenologi dan naturalistik sering dipertentangkan dengan pendekatan positivistik. Positivistik dalah paham proses analisis yang bersifat hipotetis. Seakan-akan ke lapangan sastra, peneliti akan menguji konsep yang telah mapan. Paham positivistik ini biasanya menggunakan cara penyimpulan secara deduktif. Maksudnya, kesimpulan diambil dari hal-hal khusus ke umum dan ada kesan “memaksakan”. Lawan dari ini adalah teknik menyimpulkan secara induktif, artinya dari hal-hal umum menuju ke sesuatu yang spesifik.

Metode

Metode adalah langkah atau strategi penelitian yang hendak dilakukan. Langkah ini terkait dengan proses analisis data, maka akan muncul metode kualitatif dan kualitatif. Metode kualitatif berkaitan dengan analisis data yang tidak mempergunakan perhitungan statistik, tetapi berupa kata-kata. Kualitas kata ditentukan oleh pengambilan data secara mendalam.

Adapun metode kuantitatif adalah cara penelitian dengan mengandalkan data statistik berupa perhitungan angka-angka. Jika metode kuantitatif cenderung mencari generalisasi, metode kualitatif tidak demikian, tetapi sekadar transferabilitas.

Pemaparan data sastra juga dapat dilakukan secara deskriptif dan etnografis. Deskripsi ini juga sering dikaitkan dengan pendekatan, bahkan ada yang menyebut pendekatan deskriptif. Padahal, deskriptif ini merupakan cara penyajian data. Penyajian data secara deskriptif boleh menggunakan angka, sekadar untuk membantu saja. Namun, yang paling penting, biasanya pemanfaatan kata-kata secara akurat.

Deskripsi adalah penggambaran suatu fenomena. Deskripsi dapat dilakukan secara naturalistik, komprehensif, dan holistik. Deskriptif naturalistik artinya penggambaran apa adanya dari lapangan. Ada pula yang memanfaatkan deskriptif etnografis, terutama istilah ini hadir dari cabang antropologi. Sastra juga dapat dilakukan secara etnografik, artinya melukiskan kehidupan seni sebagai eskpresi kehidupan sosio kultural suatu bangsa.

Masalah paradigma, pendekatan, metode tersebut, kelak akan memengaruhi penggunaan teori. Teori penelitian sastra ada yang memang sudah baku, dipegang teguh selama penelitian, dan ada pula yang longgar. Teori atau konseptual merupakan pegangan peneliti. Teori itu bisa dari satu orang ahli yang telah teruji atau dari beberapa orang yang diramu. Biasanya teori-teori sastra lebih longgar sehingga peneliti boleh berspekulasi.

Referensi

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872518/penelitian/metodologi-antropologi-sastra.pdf