Bagaimanakah cara pengobatan penyakit Vitiligo?

Vitiligo

Vitiligo adalah suatu kondisi di mana kulit Anda kehilangan melanin, pigmen yang menentukan warna kulit, rambut dan mata Anda.

Bagaimanakah cara pengobatan penyakit Vitiligo?

Vitiligo adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kerusakan melanosit, terutama di kulit, dan memberikan gambaran berupa makula dan patch depigmentasi berbatas tegas yang menimbulkan keluhan kosmetik pada penderita.

Vitiligo dapat terjadi pada semua ras dan usia. Prevalensi vitiligo sekitar 0,1–2% populasi seluruh dunia dan sekitar lebih dari setengahnya terjadi pada saat usia 20 tahun.

Pengobatan Vitiligo


Terapi vitiligo terkadang masih belum sepenuhnya memuaskan, meski sudah banyak pilihan terapi yang sudah ada. Penatalaksanaan pada vitiligo bertujuan untuk menghentikan progresifitas vitiligo dan memacu repigmentasi. Terapi vitiligo secara umum dibagi menjadi terapi non bedah (terapi fisik dan medikal) dan terapi bedah.

Berbagai modalitas terapi vitiligo terbaru bekerja dengan memacu proliferasi melanosit atau mempengaruhi faktor-faktor inflamasi. Namun sampai saat ini belum ada terapi tunggal yang mempunyai efektifitas konsisten dengan efek samping yang relatif minimal.

Beberapa hasil penelitian yang sudah menunjukkan adanya keberhasilan terapi vitiligo yakni dengan menggunakan terapi kombinasi takrolimus topikal dan fototerapi NBUVB juga kombinasi terapi takrolimus topikal dan laser excimer 308-nm.

Kedua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil terapi kombinasi pada vitiligo lebih efektif dibandingkan monoterapi. Narrow Band UVB merupakan fototerapi yang menggunakan panjang gelombang 305–311 nm. Fototerapi NBUVB ini dapat digunakan pada anak, wanita hamil atau menyusui, dan penderita disfungsi hati dan ginjal.

Vitiligo

Pada tahun 1997, Westerhof dan Nieuweber-Krobotova pertama kali melaporkan penggunaan fototerapi NBUVB untuk terapi vitiligo. Mereka melaporkan, setelah satu tahun terapi dengan menggunakan fototerapi NBUVB dua kali perminggu didapatkan pada 63% pasien menunjukkan repigmentasi sebesar 75% atau lebih.

Mekanisme terapi NB-UVB pada penderita dengan vitiligo sebenarnya belum sepenuhnya diketahui secara jelas. Pada penderita vitiligo, terjadi kerusakan melanosit yang berada di epidermis, namun proses destruksi tersebut tidak mengenai melanosit di akar folikel rambut. Repigmentasi pada terapi NB-UVB dimungkinkan terjadi karena adanya aktivasi, proliferasi dan migrasi melanosit pada akar folikel rambut tersebut menuju ke epidermis dan menyebabkan pigmentasi perifolikuler.

NB-UVB juga dikatakan dapat menstimulasi peningkatan lepasnya fibroblast growth factor dan endothelin-1 pada keratinosit, yang kedua mediator ini dapat menginduksi proliferasi melanosit. Migrasi melanosit dari akar folikel rambut menuju ke epidermis juga distimulasi oleh NB-UVB melalui ekspresi phosphorylated focal adhesion kinase (p125FAK) pada melanosit dan melalui peningkatan ekspresi aktivitas metalloproteinase-2 pada melanosit.

Calcineurin inhibitor adalah obat imunosupresi yang secara primer digunakan untuk penderita transplantasi organ. Imunomodulator yang dapat digunakan secara topikal antara lain takrolimus dan pimekrolimus. Imunomodulator topikal ini juga dapat digunakan pada penderita dermatitis atopik umur dewasa dan anak lebih dari dua tahun. Imunomodulator ini tidak menyebabkan atrofi, teleangiektasi atau efek okular seperti yang disebabkan oleh kortikosteroid. Namun imunomodulator topikal sama efektifnya dengan kortikosteroid untuk terapi vitiligo. Pada penelitian Choi dan kawan-kawan, pemakaian imunomodulator topikal pada vitiligo menunjukkan repigmentasi yang lebih cepat dibanding kortikosteroid topikal.

Cara kerja imunomodulator topikal pada vitiligo adalah menghambat aksi calcineurin dan menghambat aktivasi sel T sehingga menghambat sintesis dan pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi T helper tipe 1 dan T helper tipe 2. Selain itu juga mempunyai efek secara tidak langsung untuk memacu proliferasi dan migrasi melanosit melalui stimulasi keratinosit.

Penelitian Xu dan kawan-kawan, melaporkan pemakaian takrolimus ointment 0,1% dua kali sehari selama empat bulan pada vitiligo menunjukkan sebanyak 83,3% pasien terdapat repigmentasi ringan hingga sangat memuaskan dan 37,1% pasien terdapat repigmentasi sebesar 76–100%.

Alfa tokoferol terbukti selain bekerja sebagai radical scavenger juga memiliki kemampuan fotoprotektif, sehingga mampu mengurangi eritem yang diinduksi ultraviolet dan mengurangi jumlah terapi dengan perluasan area repigmentasi.25 Penelitian oleh Elgoweini dan Nour El Din (2009), dalam uji klinis acak terapi antioksidan oral dan fototerapi NBUVB pada 24 pasien vitiligo stabil, melaporkan vitamin E 400 mg/hari yang diberikan dalam 2 minggu sebelum dan selama fototerapi NBUVB terbukti efektif dalam meningkatkan repigmentasi dan menurunkan malondialdehyde (MDA), produk dari peroksida lipid.

Beberapa penelitian melaporkan keberhasilan terapi kombinasi fototerapi NBUVB dan takrolimus topikal pada repigmentasi vitiligo. Ostovari dan kawan-kawan, melaporkan perbaikan dengan skala repigmentasi 1 hingga 4 pada 100% pasien vitiligo yanf mendapat terapi kombinasi takrolimus dengan fototerapi NBUVB selama 12 minggu dengan dosis awal 50 mj/cm2.

Penelitian lain oleh Fai dkk, melaporkan terapi kombinasi fototerapi NBUVB dua kali per minggu dan takrolimus ointment dioleskan sekali sehari pada 110 pasien vitiligo dengan total lesi 403 buah, terjadi repigmentasi dengan nilai yang bervariasi pada lebih dari 70% lesi dan repigmentasi lebih dari 50% ditemukan pada 42% lesi. Peneliti menyimpulkan bahwa terapi kombinasi fototerapi NBUVB dan takrolimus dapa digunakan sebagai salah satu alternatif terapi vitiligo refrakter yang berlokasi di wajah, badan, dan tungkai.

Pada laporan kasus ini, terapi kombinasi fototerapi NBUVB, takrolimus dan alfa tokoferol terbukti efektif sebagai terapi vitiligo segmental. Fototerapi dengan dosis awal 200 mJ/cm2 dengan kombinasi takrolimus 0,1% ointment dan alfa tokoferol 400 mg/ hari. Repigmentasi pada pasien mulai tampak pada minggu ke lima setelah penggunaan terapi kombinasi. Perbaikan klinis nyata tampak pada penurunan skor VASI dari 45 menjadi 10 setelah pemberian terapi kombinasi selama 19 bulan. Pada kasus tidak dijumpai keluhan efek samping. Pada kasus ini menunjukkan repigmentasi yang tampak mulai minggu kelima pemberian terapi kombinasi. Pada kasus ini tidak dijumpai adanya keluhan efek samping dengan penggunaan terapi kombinasi.

Sumber :

Rosmarini Estri Sih Hananti, Anik Murwaningsih, Arief Budiyanto, Terapi Kombinasi Fototerapi, Narrow Band Ultraviolet B (NBUVB), Takrolimus 0,1% Ointment dan Alfa Tokoferol pada Vitiligo Segmental, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta