Bagaimanakah Aliran Linguistik Transformasi?

linguistik transformasi
Salah satu aliran dari linguistik adalah aliran linguistik transformasi.

Bagaimanakah aliran linguistik transformasi?

Aliran Linguistik Transformasi

Berkenalan dengan aliran linguistik transformasi, nama Avram Noam Chomsky tidak bisa dilupakan karena linguis inilah pelopornya. Chomsky dipandang sebagai seorang revolusioner dalam bidang linguistik. Pandangan-pandangan linguis ini dituangkan dalam artikel yang berjudul Syntactic Structure (1957) dan Aspect of the Theory of Syntax (1965). Teori dan gagasan Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi dan hipotesis tentang bahasa sebagai satu gejala alamiah dan manusiawi.

Beberapa asumsi yang mendasari kajian linguistik tranformasional adalah seperti berikut ini:

  1. Bahasa merupakan satu produk kebudayaan yang kreatif manusiawi. Dengan jumlah bunyi dan kaidah yang terbatas, seorang penutur suatu bahasa dapat menghasilkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya dan dapat dipahami oleh lawan bicara meskipun ia belum pernah mendengarkan kalimat itu sebelumnya.
  2. Bahasa bukan merupakan rekaman tingkah laku berupa bunyi yang dapat didengar. Bahasa bukan merupakan tingkah laku verbal. Bahasa merupakan proses mentalistik yang dimanifetasikan dalam bentuk (ekspresi lisan dan tulis).
  3. Bahasa merupakan suatu proses kreatif dan produktif
  4. Formulasi matematika dapat digunakan untuk membangun formula (kaidah) sistem bahasa yang produktif.
  5. Analisis bahasa tidak dapat dilepaskan dari hakikat bahasa yang utuh, yakni bunyi dan makna. Jadi, analisis makna harus ditegaskan kedudukannya karena ikut berperan secara nyata dalam proses bahasa.

Berdasarkan asumsi dan hipotesis itu, linguistik transformasi generatif berusaha mengungkapkan kaidah dasar yang dapat menghasilkan eskpresi lingual tidak terbatas. Kidah dasar itu ‘ditransform’ menjadi bentuk-bentuk eksplisit bahasa. Dalam kajian linguistik transformasi generatif, dikembangkan dikotomi-dikotomi sebagai pijakan dasar. Dikotomi itu adalah:

  • competence (kompetensi) dan performance (performansi),
  • deep structure (struktur dalam) dan surface structure (struktur permukaan).

Dikotomi teori linguistik ini merupakan implementasi dari sifat bahasa yang produkstif dan kreatif itu. Kompetensi merupakan kemampuan sistem terwaris yang ditangkap penutur suatu bahasa dan tersimpan dalam otak manusia. Sederhananya, kompetensi merupakan pemahaman seseorang terhadap kaidah-kaidah bahasa, mulai kaidah fonologi hingga sintaksis, wacana bahkan kaidah-kaidah semantik. Komeptensi merupakan potensi yang memungkinkan seseorang dapat menggunakan suatu bahasa. Performansi merupakan realisasi sistem terwaris itu menjadi ujaran. Ujaran adalah performansi. Ujaran itu disistematisasi oleh kompetensi. Seseorang dapat mengerti ujaran orang lain apabila ia memiliki komeptensi linguistik yang sama.

Prinsip kerja analisis linguistik transformasi generatif dapat dirinci seperti berikut ini.

  1. Tata bahasa transformasi generatif bertugas mengungkapkan sebanyak mungkin kalimat. Artinya, kajian linguistik transformasi generatif berpijak dari data empiris.
  2. Tata bahasa generatif harus dapat merumuskan kaidah yang memunculkan kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
  3. Kaidah (sistem) bahassa itu dianalisis pada masing-masing komponen, sehingga menghasilkan kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis.
  4. Setiap struktur bahasa dikonstruksi berdasarkan struktur dalam (deep structure) dan struktur permukaan (surface structure).

Teori linguistik generatif ini mengalami perkembangan hingga mengembangkan extended theory dan tata bahasa kasus atau case grammar. Tata bahasa kasus menekankan pentingnya peran-peran semantik nomina (frase nomina) dalam kalimat. Tata bahasa kasus berpijak pada peran argumen berupa nomina yang wajib dihadirkan oleh verba. Inti kasus terletak pada verba dalam kalimat. Teori linguistik generatif merambah pada semua komponen bahasa sehingga menghasil kajian fonologo generatif, morfologi generatif, sintaksis generatif, dan semantik generatif.

Referensi

http://repo.ikippgribali.ac.id/id/eprint/260/1/Wawasan%20Linguistik%20dan%20Pengajaran%20Bahasa-min.pdf

Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program. Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu

  1. Kalimat yang dihasilkan harus dapat diterima oleh pemakai bahasa,wajar dantidak dibuat-buat.
  2. Berbentuk sedemikian rupa,artinyasemua satuan dan istilah harus sejajar denganteori linguistik tertentu.

Teori ini membedakan antara kemampuan dan perbuatan berbahasa.
Kemampuan : pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya.
Perbuatan berbahasa : pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya.Sehingga dalam tata bahasa generatif yang menjadi objek adalah kemampuan.

Tata bahasa dari setiap bahasa terdiri dari 3 komponen :

  1. Sintaksis merupakan sentral tata bahasa karena menentukan arti kalimat dan menggambarkan aspek kreativitas bahasa.
  2. Semantik, arti kalimat ditentukan oleh komponen ini. Arti sebuah morfem digambarkandengan memberi unsur makna atau ciri semantik yang membentuk arti morfemitu. Ex : kata “Adik” mempunyai ciri semantik /+makhluk/sedangkan kata “Rumah”punya ciri /-makhluk/, sehingga dalam kalimat : “Adik menendang bola” dapatkita terima,sedangkan kalimat “Rumah menendang bola” tidak bisa kita terimakarena kata kerja “menendang” hanya bisa dilakukan oleh benda yang punya ciri semantik /+makhluk/.
  3. Fonologis, memberi interpretasi pada kaidah transformasi.